24 November 2008

LIRIK LAGU-LAGU KITA


Beberapa waktu lalu, saya sempat mendengarkan beberapa lagu yang sedang hits (naik daun) di radio. Mendengarnya ini pun kebetulan; dari sebuah radio di kios makanan ringan.


Saya mendengar, lagu demi lagu, miris rasanya. Betapa lagu-lagu yang katnaa ngetop itu sungguh tidak saja ecek-ecek secara musikal, tetapi juga rendah kasta secara kesastraan. Ayo nikmati lagu bertema selingkuh ini:


Jangan Kau Dustai Aku

Jangan Kau Sakiti Aku

Bila Kau Cinta Padaku

Jangan Kau Bohongi Aku

Jangan Kau Lukai Aku

Bila Kau Sayang Padaku

Reff:

Tanpa Ku Tahu Salahku

Tanpa Ku Tahu Dosaku

Kau Berbuat Semaumu

Jangan Pernah Kau Selingkuh

Jangan Pernah Kau Mendua

Bila Kau Memang Cintaku

(Angkasa - Jangan Pernah Selingkuh)


Aduh, benarkah ini lirik lagu? saya kok tidak habis pikir mendengarnya (ya, sayang sekali kalau pikirnya harus dihabisin). Mana ruang kontemplasi dalam lirik ini? Dug! kontemplasi? Ah, kontemplasi!


Ada pula yang berjudul “Tak Selamanya Selingkuh Itu Indah”. Yakin saya kalau ini merupakan tanggapan si penulis lirik buat Agus Noor yang menulis “Selingkuh itu Indah”. Sebagai sebuah pernyataan sikap, di mata saya, judul lagu ini “benar” dan Agus “salah”. Tetapi, secara estetik, pernyataan jadi terbalik.


betapa ku mengerti sebagai selingkuhanmu

kuharus menjalani ikatan yang tersembunyi

ku mencoba bertahan meskipun menyakitkan

tak menyisakan sebuah sesal di hatiku

(Merpati Band - Tak Selamanya Selingkuh Itu Indah)


Masih dengan tema selingkuh, ada pula yang serupa tapi tak sama, yang mendayu dan bersedih hati:


Pacarku sayangilah aku

Seperti ku menyayangimu

Pacarku cintailah aku

Seperti aku cinta kamu

Bridge:

Tapi kamu kok selingkuh

Tapi kamu kok selingkuh

(Kangen Band - Selingkuh)


Itulah sebagaian kecil lirik lagu band-band Indonesia kita yang dipuja oleh banyak orang di sini. Tidak perlu penelitian serius, ini sudah cukup menjadi sample untuk mengambil gambaran umum: kira-kira, beginiliah selera pasar kita saat ini; beginilah selera musik-sastra masyarakat kita! Asyik, ya?!


Tiba-tiba, saya teringat sebuah band asal surabaya, Grass Rock. Band ini muncul dan awal paruh pertama tahun 80-an, namun baru menjajaki nama belantika musik rock tanah air sejak 90-an. Di tahun 1992/1993 lalu, band yang kerap mengusung karya-karya band art-rock-progresif “Yes” di awal-awal kemunculananya ini pernah ngetop dengan lagu melankoli bertajuk “Bersamamu”. Lagu ini jadi hits di beberapa stasion radioa. Tapi, ya, tentu penjualannya tidak sedahysat band-band sekarang seperti almukarram Kangen Band dan Radja.


Lagu “Bersamamu” adalah lagu rock biasa, dngan tema cinta anak manusia. Hanya saja, lirik yang disajikan bukanlah sekadar cinta yang diobral di pasar cinta Adam dan Hawa. Karena itu, ingat masalah lirik, mari kita coba perhatikan lirik cinta-cintaan milik Grass Rock ini:


BERSAMAMU

Dentang bunyi kedamaian, telah terdengar di kejauhan

hari-hari berlalu, bawa pergi angan dan mimpi

hanya letih kautinggalkan

menanti matahari pagi

ingin kuterbang tinggi lagi

meraih pelangi di angkasa

letakkan jiwaku

Reff:

Rengtangkan sayapmu

janganlah aku kaubiarkan, melayang

hanya bersamamu

semua misteri yang terjadi dapat kita lalui

tanpa sunyi

Hanya lagu ini

yang dapat aku nyanyikan

untuk sepi rinduku

bersama denganmu

segala mendung di langit biru

dapat kita lewati

kau, imanku!


Ini sebuah lirik—yang dalam anggapan saya—sangat liris, tentang ratapan panjang yang mungkin mendayu, lambat, namun menyimpan sebuah ambisi permenungnan yang dalam (mohon tidak terlalu jauh membanding-bandingkan lirik lagu ini dengan lirik yang telah disebutkan di atas, nanti hanya akan menimbulkan fitnah dan iri dengki).


Masih milik Grass rock, ini juga petilan lirik lagunya yang lain pada lagu hitsnya yang lain, “Bulan Sabit”:


lantas apa yang didapat olehnya

setelah semua itu akan berakhir

kebenaran yang hilang tanpa sebab

atau kedamaian yang menjadi tengkorak

Wahai bulan sabit

cucu dewa

bulan sabit, cucu dewa

merah darah, putih jiwa


Demikianlah. Pernyataan-pernyataan saya di atas mungkin berpihak: ini pendapat, bukan fakta. Tetapi, faktanya, adalah: tidak saja dari segi kualitas aransemen lagu, lirik lagu-lagu kita sekarang memang punya masalah. Lirik gak diurus. Lirik tidak dilirik. Lirik harus poppish. Lirik tidak mendididk. Lirik tidak puitis. Lirik tidak, ah, sudahlah.. ambu kah!


Tapi, bagaimana pun, proses kreatif haruslah dihargai, seberapa pun itu nilainya.

Untuk Angkasa, Merpati, dan Kangen: salut untuk kreativitas kalian. Berangkatlah duluan. Saya menyusul. Semoga kalian selamat sampai di tujuan Hati-hati di jalan, ya!!


jika ingin mendengarkan lagu "Bersamamu" dan "Peterson (Anak Rembulan" karya Grass Rock, bisa didownlod dari tautan ini.


3 komentar:

Anonim mengatakan...

bentuk tulisan yang seperti ini saya kurang suka karena formatnya sudah basi. dulu ketika saya masih aliyah pernah punya kaset The outsiders yang isi ceritanya merupakan rangkaian dari lagu pertama hingga terakhir. Saran saya, tidak perlu membuat lagi.

M. Faizi mengatakan...

@Hazmi: baiklah, dan maaf terlambat membaca. saya banyak menulis artikel musik di MySpace. Sayang sekali, perubahan tampilah web MySPace membuat entri fasilitas blog-nya juga terhapus

Skullator mengatakan...

Setuju. Hingga sekarang Agustus 2019 album Bulan Sabit dari Grass Rock ini masih saja enak untuk dinikmati dan diikuti tiap-tiap bait syair liriknya. Gagah dan gentle :D
Untuk itu maka saya sengaja membuat artikel di blog khusus untuk lirik lagu Grass Rock album Bulan Sabit ini. Silahkan berkunjung ;)
Kumpulan Lirik Grass Rock di Album Bulan Sabit

Entri Populer

Shohibu-kormeddaL

Foto saya

Saya adalah, antara lain: 6310i, R520m, Colt T-120, Bismania, Fairouz, Wadi As Shofi, Van Halen, Puisi, Hard Rock dll

Pengikut

Label

666 (1) Abdul basith Abdus Shamad (1) adi putro (1) adsl (1) Agra Mas (1) air horn (1) akronim (1) Al-Husari (2) alih media (1) Alquran (1) amplop (1) Andes (1) Android (1) anekdot (3) aula asy-syarqawi (1) Bacrit (2) bahasa (5) baju baru (1) baju lebaran (1) Bambang Hertadi Mas (1) banter (1) Basa Madura (1) basabasi (1) batuk (1) bau badan (1) bau ketiak (1) becak. setiakawan (1) belanja ke toko tetangga (1) benci (1) bis (3) bismania (2) BlackBerry (1) Blega (1) blogger (2) bodong (1) bohong (2) bolos (1) bonceng (1) bromhidrosis (1) Buang Air Besar (BAB) (1) buat mp3 (1) budaya (1) buku (2) buruk sangka (2) catatan ramadan (4) celoteh jalanan (1) ceramah (1) chatting (1) chemistry (1) cht (1) Cicada (1) Colt T 120 (1) corona virus (1) Covid 19 (1) cukai (1) curhat (5) defensive driving behavior development (1) dering (1) desibel (2) diary (1) durasi waktu (1) durno (1) ecrane (1) etiket (17) fashion (2) feri (1) fikih jalan raya (1) fikih lalu lintas (1) fiksi (2) filem (1) flu (1) gandol (1) gaya (1) ghasab (1) google (1) guru (2) guyon (1) hadrah (1) handphone (1) Hella (1) hemar air (1) Hiromi Sinya (1) humor (2) ibadah (2) identitas (1) ikhlas (1) indihome (1) inferior (1) jalan raya milik bersama (1) jamu (1) jembatan madura (1) jembatan suramadu (2) jenis pekerjaan (3) jiplak (2) jual beli suara (1) Jujur (3) Jujur Madura (1) jurnalisme (1) jurnalistik (3) KAI (1) kansabuh (1) Karamaian (1) karcis (1) Karina (1) Karma (1) Kartun (1) kebiasaan (5) kecelakaan (2) kehilangan (1) kenangan di pondok (1) Kendaraan (2) kereta api (1) keselamatan (1) khusyuk (1) kisah nyata (7) Kitahara (1) kites (1) klakson (1) klakson telolet (1) kode pos (2) kopdar (2) kopi (1) kormeddal (19) korupsi (2) KPK (1) kuliner (2) L2 Super (2) lainnya (2) laka lantas (1) lakalantas (1) lampu penerangan jalan (1) lampu sein (1) layang-layang (1) lingkungan hidup (3) main-main (1) makan (1) makanan (1) malam (1) mandor (1) Marco (1) masjid (1) Mazda (1) menanam pohon (1) mengeluh (1) menulis (1) mikropon (1) mimesis (1) mirip Syahrini (1) mitos (1) modifikasi (1) money politic (1) Murattal (1) musik (1) nahas (1) napsu (1) narasumber (1) narsis (1) Natuna (1) ngaji (1) niat (1) Nokia (1) nostalgia (2) Orang Madura (1) Paimo (1) pandemi (1) pangapora (1) paragraf induktif (1) parfum (1) partelon (1) pasar (1) pekerjaan idaman (1) pemilu (1) peminta-minta (1) pendidikan (1) pendidikan sebelum menikah (1) penerbit basabasi (1) pengecut (1) penonton (1) penyair (1) penyerobotan (1) Pepatri (1) perceraian (2) Perempuan Berkalung Sorban (1) perja (1) perjodohan (1) pernikahan (1) persahabatan (1) persiapan pernikahan (1) pertemanan (1) pidato (1) plagiasi (2) plastik (1) PLN (1) pola makan (1) poligami (1) polisi (1) politik (1) polusi (1) polusi suara (2) Pondok Pesantren Sidogiri (1) ponsel (2) popok (1) popok ramah lingkungan (1) popok sekali pakai (1) PP Nurul Jadid (1) preparation (1) profesional (1) PT Pos Indonesia (1) puasa (5) publikasi (1) puisi (2) pungli (1) Qiraah (1) rasa memiliki (1) rekaan (1) rempah (1) ringtone (1) rock (1) rokok (1) rokok durno (1) rumah sakit (1) Sakala (1) salah itung (2) salah kode (3) sanad (1) sandal (1) santri (1) sarwah (1) sastra (1) sekolah pranikah (1) senter (1) sepeda (3) sertifikasi guru (1) sertifikasi guru. warung kopi (1) shalat (1) shalat dhuha (1) silaturrahmi (1) siyamang (1) SMS (1) sogok bodoh (1) sopir (1) soto (1) sound system (1) stereotip (1) stigma (1) stopwatch (1) sugesti (1) sulit dapat jodoh (1) Sumber Kencono (1) Sumenep (1) suramadu (1) syaikhona Kholil (1) takhbib (1) taksa (1) tamu (2) Tartil (1) TDL (1) teater (1) teknologi (2) telkomnet@instan (1) tengka (1) tepat waktu (1) teror (3) tertib lalu lintas (28) The Number of The Beast (1) tiru-meniru (1) TOA (2) tolelot (1) Tom and Jerry (2) tradisi (1) tradisi Madura (4) transportasi (1) ustad (1) wabah (1) workshop (1) Yahoo (1) Yamaha L2 Super (1)

Arsip Blog