06 Desember 2008
KOSONG LAPAN SATU
Suatu ketika, saya mengeluh atas pemotongan pulsa yang tidak semestinya pada sebuah operator GSM yang biasanya selalu beres tetapi kali ini ternyata tidak beres. Pulsa saya diembat di luar tarip yang ditentukan. Saya minta ganti. Dan alhamdulillah diganti dengan yang lebih banyak.
Suara lembut di seberang: “Cengsongsel Selamat Pagi dengan Rini ada yang bisa dibantu?”
Aku: “Begini, Rini, saya…” (dan seterusnya)
Suara di seberang semakin lembut: “Bisa disebutkan lebih dulu nomer handphone-nya, Pak Faizi!”
Aku: “Nol Delapan Satu, Blegedez Blegedez Blegedez, Tujuh Tujuh, Dua-Dua, Dhezthang Dhezthang.”
Suara di seberang: “Baik, Pak. Terima kasih atas informasi yang telah diberikan. Kami ulangi, ya: KOSONG Delapan Satu …”
Aku: “Eh, Rini?”
Suara di seberang tidak terkejut: “Kenapa, Pak?”
Aku: “Saya bilang NOL Delapan Satu, bukan KOSONG Delapan Satu. Nol itu angka, Rin. Kalau kosong itu volume.” (Jadi, beda dong…Rin… Ah, kamu Rin, rumahmu di mana? Aku main ke rumahmu, ya?) Catatan: yang di dalam kurung ini saya tambahkan sekarang, bukan di saat kejadian.
(Dialog saya putus sampai di sini. Menurut Anda, meskipun Anda tahu kalau semua customer service itu sangat ramah di saat bicara dengan pelanggannya, kira-kira suara hati Si Rini (nama customer service itu) mengeluh; “Huh, Bapak ini ada-ada saja!” atau begini; “Terima kasih atas kritiknya, Pak Faizi!” seperti yang dia ucapkan kepada saya dengan suara selembut bulut se gi’ nga’-anga’?)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
5 komentar:
Komentaren kana', mara pah... dulih
saya berkomentar.
tul keh, nol lapan satu, eh salah nol delapan satu!
hahaha...
kalau dibilangin sama pak usman/sirri tentang kosong lapan satu, mereka pasti juga sama-sama protes,
Posting Komentar