Siang ini aku ikut pembukaan acara Kongres I Bahasa Madura di Pendopo Ronggosukowati Pamekasan. Saat mendaftar ulang tadi siang di pendopo wabup, tor-ator-nya (hidangan) berupa makanan khas; seperti kocor, krupuk tanggug dan juga tajin dengan minuman poka'. Ya, andai yang disuguhkan hanya teh dan kopi, mungkin aku mengeluarakan rokok Liem Seeng Tee (234). Tapi karena ada poka', kukeluarkan juga itu pa' lopa'.
''Kita adalah apa yang kita bawa,'' demikian tadi kubilang pada teman duduk. Jika kita membawa laptop, orang yang melihat kita akan langsung mengidentifikasi kita dengan hal-hal yang berhubungan dengan laptop (meskipun laptop pinjaman), seperti aktivis sosial, peneliti, penulis, dll., dan bukannya nelayan tradisional atau petani. Jika kita bawa Toyota Alphard untuk beli sayur di pasar, maka kita akan dianggap orang sebagai tajir yang tidak saja mampu membeli berton-ton sayuran, melainkan juga mampu membeli pasar itu sendiri.
Nah, bagaimana jika kita bawa pa' lopa' yang kita keluarkan dari gulungan sarung? Kita akan dianggap udik (ngadhisa)? Mungkin iya, karena itu anggapan umum. Tapi jangan salah, mungkin ada orang yang turun dari Nissan Serena dan mengeluarakan pa' lopa' dari gulungan sarungnya. Karena tembakau dalam pa' lopa' itu adalah tembakau Jambangan; tembakau terbaik dimuka bumi ini... (ini-nya Madura).
Apa kabar pa' lopa'?
2 komentar:
ada pa'lopa' lain yang bukan alat hisap tapi dihisap "sesuatu yang lain". ia tidak keluar dari gulungan sarung tapi sarungnya harus digulung dulu agar bisa keluar.
hahaha...
Posting Komentar