31 Juli 2009

Duo Italiano, aaaaaapa kamO??!!

Skill dan profesionalisme berjalan timbal-balik dengan kedawaman, kesenantiasaan. Dalam istilah secara lebih ‘Arab, mungkin bisa juga disebut dengan “istiqamah” sebagai ‘ainul karomah. Seorang sopir bis bumel, rela ngelen reguler demi menghargai kesetiaan pelanggan. Dia menolak carter/pariwisata karena hal itu akan membuat sebagian pelanggannya mengaggap sang pengemudi tidak istiqamah.


Jika ada seorang anak muda yang dalam usia yang relatif muda telah meraih berbagai piala, orang-orang akan berdecak kagum. Hebat, hebat, hebat. Begitu sanjungannya. Tapi, pada saat itu, sang pengagum dan “sang peng-ingin-serupa” tidak merasa, atau bahkan tidak peduli, atas jerih payah dan rasa capek si anak muda tersebut dalam mengembangkan dan melatih skill-nya. Orang berdecak kagum pada Yngwie J Malmsteen atas kecepatan sweeping-nya, atau pada Tiago Della Vega dengan picking-nya sampai-sampai bisa memainkan gitar dengan kecepatan 320 bpm (beats per minute) tanpa merasa peduli, berapa jam yang dihabiskan kedua gitaris tersebut dalam melatih skill, termasuk buat senam jari dalam sehari-semalam.

Nah, ini dia…

Andrea Pirlo dan Valentino Rossi sektor Guluk-Guluk. Duo italiano ini maunya jadi pemain profesional di bidangnya. Yang satu jadi penendang bebas paling terukur, yang satu ingin jadi pembalap paling kampiun. Tapi, ya, karena si Pirlo Luk-Guluk ini jarang main bola dan malah sering nyopir, lupalah dia cara menandang bola karena kaki kanannaya lebih sering buat nginjak pedal gas. Dan karena Si Rossi Luk-Guluk ini lebih suka bermain, lupalah dia cara menikung secara aerodinamika tubuhnya karena paha dan lututnya lebih banyak buat keluyuran…


Paya…




[Valentino aaaaaaaapa kamO!!?!]

27 Juli 2009

The Number of The Bus

Angka, ternyata tidak sekadar angka. Milsanya, angka 7, 9, serta angka 13, mempunyai misteri dan rahasia tersendiri.


Dalam Al-Quran, angka tujuh (7) beserta turunannya (seperti 70) disebutkan berkali-kali. Penyebutan angka ini bahkan cenderung secara metaforis. Demikian pula kita mengenal orang hamil tujuh bulan, dendam tujuh turunan, pusing tujuh keliling (untuk ada obat puyer Bintang Tujuh). Banyak orang yang sangat menggemari angka ini, di antaranya adalah beberapa orang kiai masyhur yang saya kenal, serta juga James Bond. Angka tujuh dipesan untuk angka nomor polisi kendaraan pribadinya dan bahkan nomer ponselnya (Man Towan Partelon mungkin bis-a menjelaskan tentang Seventh Son of a Seventh Son).


Sementara angka 13, biasanya identik dengan angka sial. Misalnya, tak ada kamar hotel nomor 13. Lalu, ada pula film serial Friday The 13th atau “Jumat Ketigabelas”. Di sebuah majalah Intisari yang saya baca di perpusnya Man Towan Tastabun (yang lama tidak posting di blog), entah edisi berapa, saya pernah baca tentang kesialan angka 13 ini. Konon, ada orang iseng membentuk “Tim 13” yang didirikan pada tanggal 13 dan beranggotakan 13 orang untuk melacak misteri angka 13. dan. Akhirnya, sebelum membuat laporan/kesimpulan, tim ini bubar duluan.


Angka sembilan, juga turunannya, tak kalah seru. Sembilan adalah angka pemungkas dari keluarga bilangan. Biasanya, bayi lahir dalam usia 9 bulan di kandungan, Wali Songo ada sembilan, Asmaul Husna berjumlah 99, bahkan, konon, saya baca—“konon” kok saya baca? He..he..—jika ada 3 digit angka serupa (sama) dan kita kalikan pada angka sembilan, hasilnya sama dengan angka tersebut kali sembilan (plus menambahkan angka “99” di tengah-tengahnya). Yang jelas, variannya berkisar antara 1-8; 2-7, 3-6, 4-5…


Pusing dikit. Maklum, matematika merah!

Tapi, sabar! Ini, sudah mau nyampe…


Jumlah sembilan dari varian 1-8, 2-7, 3-6, 4-5, oleh sebagian orang mazhab “kyu-kyu”, biasanya dijadikan nomer polisi sebagai nomer keberuntungan … Bis Safari Dharma Raya (OBL), dulu yang saya tahu, menggunakan varian 27 pada plat nomornya, seperti AA-2772-xx, AA-7272-xx, dan seterusnya.

Sementara angka 666, disebut sebagai angkat setan, atau “The Number of The Beast” dalam bahasa Bibel-nya, dan sebagaimana dijadikan judul album oleh band heavy metal dari Inggris, Iron Maiden. Angka six-six-six ini rupanya sangat menakutkan. Ih, ngeri. Tapi, mengapa ada pula bis yang menggunakannya? Nah, itu yang saya tak tahu. Mungkin, inilah yang disebut dengan plesetan Si Ini Pangapora dengan “The Number of The Bus”




24 Juli 2009

Nara Sumber Kencono

Saya merasa heran ketika beberapa tempo hari yang lalu, beberapa hari setelah merebaknya berita mutiliasi di bis Sumber Kencono, ada orang/kawan yang bertanya kepada saya tentang itu? Ngeri campur lucu. Apakah karena saya suka naik bis Sumber Kencono? Tidak juga! Apakah karena saya bisa bercerita tentang mutilasi? Waduh, saya lebih dak taw lagi. Apakah karena saya pernah bercita-cita jadi pengemudi bis Sumebr Kencono? Apalagi….

Waduh, ah, ugh...


Untung tak ada yang bertanya ini-itu lagi. Jika masih berlanjut, saya membayangkan akan duduk di meja depan dalam sebuah forum yang membahas semua ini…

21 Juli 2009

Mujair, Bandeng, Kucing

Manusia adalah hewan yang berakal; hayawan an-nathiq, atau, meskipun tidak sepenuhnya searti, homo sapiens, lah… Kucing adalah hewan yang tidak nathiq. Ia menjadi terkenal karena merupakan hewan piaraan pada banyak keluarga.

Di rumahku, kucing tidak dipiara, tetapi jumlahnya cukup banyak. Kemarin, saat aku teledor tidak menutup pintu, seekor kucing dari lingkungan rumahku sendiri mengembat bandeng dalam kardus pemberian saudara sepupuku yang dihadiahi tunangannya dari pesisir utara Jawa. Padahal, dalam kardus tersebut, terdapat bandeng dan mujair. Namun, mengapa sang kucing lebih memilih bandeng daripada mujair? Pilihan sang kucing ini nyaris sama dengan pilihan hampir semua hayawan an-nathiq pada umumnya.



Dalam kasus ini, adakah unsur seentah-berapa-persen “nathiq” dalam kucing atau hanya kebetulan belaka? Sementara saya tidak memikirkan hal ini karena saya telah mekasa puas dengan memakan mujair sebagai ‘ashobah dari “peninggalan” kucing itu. Sekarang, saya sedang menimbang nilai “kepasrahan ketika barang itu telah hilang” jika dibanding sejajar dengan “pasrah diberikan ketika kita sedang memilikinya dalam keadaan berlimpah”?




“Pasrahkan saja!”
Mengapa “pasrahkan saja!” sering kali muncul setelah barang itu hilang dan pada saat kita masih sedang menyayanginya?


11 Juli 2009

Kendaraan Tempurku



Memilih barang, anggaplah itu gadget tertentu, haruslah disesuaikan setidaknya pada dua hal: tingakat kemanfaatan dan dana. Anggapalah kita menggunakan ponsel berteknologi tinggi tetapi hanya akan thok digunakan untuk menelpon dan SMS, uang kita akan lebih banyak terbuang, bukan? Demikian pula, napsunya membeli Mercy tetapi dan cukup sampai di Carry, ya, juga harus lihat dulu kanan-kiri.


Berdasarkan banyak pertimbangan, menyangkut medan yang sering dilewati, tingkat keperluan, dan kemungkinan sering gonta-gantinya joki, plus ketersediaan dana: saya pilih kendaraan ini:


Keputusan ini saya ambil setelah saya menerima email cantik berikut ini:


Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah Jurnal Tahswirul Afkar edisi ke-27 telah terbit. Saudara sebagai salah satu penulisnya berhak mendapatkan honorarium dan jurnal sebagai bukti pemuatan. Oleh karena itu, kami mohon alamat rekening dan alamat rumah ke mana jurnal itu hendak dikirimkan. Terima kasih.

Wassalammu'alaikum Wr. Wb.

Hormat Kami,


Redaksi


Nah, itu dia, honor-nya bisa buat tumapakan… untuk pertama kali, terhitung sejak tanggal 1 Juli 2009, saya punya sepeda bermesin setelah bertahun-tahun cuma andai-andainya saja. Saya memang tidak punya target untuk membeli Kawasaki Ninja 4 tak. Alhamdulillah… Terima kasih Tashwir… ini bukan sepeda Durno, lho, Wiiir !!!


Entri Populer

Shohibu-kormeddaL

Foto saya

Saya adalah, antara lain: 6310i, R520m, Colt T-120, Bismania, Fairouz, Wadi As Shofi, Van Halen, Puisi, Hard Rock dll

Pengikut

Label

666 (1) Abdul basith Abdus Shamad (1) adi putro (1) adsl (1) Agra Mas (1) air horn (1) akronim (1) Al-Husari (2) alih media (1) Alquran (1) amplop (1) Andes (1) Android (1) anekdot (3) aula asy-syarqawi (1) Bacrit (2) bahasa (5) baju baru (1) baju lebaran (1) Bambang Hertadi Mas (1) banter (1) Basa Madura (1) basabasi (1) batuk (1) bau badan (1) bau ketiak (1) becak. setiakawan (1) belanja ke toko tetangga (1) benci (1) bis (3) bismania (2) BlackBerry (1) Blega (1) blogger (2) bodong (1) bohong (2) bolos (1) bonceng (1) bromhidrosis (1) Buang Air Besar (BAB) (1) buat mp3 (1) budaya (1) buku (2) buruk sangka (2) catatan ramadan (4) celoteh jalanan (1) ceramah (1) chatting (1) chemistry (1) cht (1) Cicada (1) Colt T 120 (1) corona virus (1) Covid 19 (1) cukai (1) curhat (5) defensive driving behavior development (1) dering (1) desibel (2) diary (1) durasi waktu (1) durno (1) ecrane (1) etiket (17) fashion (2) feri (1) fikih jalan raya (1) fikih lalu lintas (1) fiksi (2) filem (1) flu (1) gandol (1) gaya (1) ghasab (1) google (1) guru (2) guyon (1) hadrah (1) handphone (1) Hella (1) hemar air (1) Hiromi Sinya (1) humor (2) ibadah (2) identitas (1) ikhlas (1) indihome (1) inferior (1) jalan raya milik bersama (1) jamu (1) jembatan madura (1) jembatan suramadu (2) jenis pekerjaan (3) jiplak (2) jual beli suara (1) Jujur (3) Jujur Madura (1) jurnalisme (1) jurnalistik (3) KAI (1) kansabuh (1) Karamaian (1) karcis (1) Karina (1) Karma (1) Kartun (1) kebiasaan (5) kecelakaan (2) kehilangan (1) kenangan di pondok (1) Kendaraan (2) kereta api (1) keselamatan (1) khusyuk (1) kisah nyata (7) Kitahara (1) kites (1) klakson (1) klakson telolet (1) kode pos (2) kopdar (2) kopi (1) kormeddal (19) korupsi (2) KPK (1) kuliner (2) L2 Super (2) lainnya (2) laka lantas (1) lakalantas (1) lampu penerangan jalan (1) lampu sein (1) layang-layang (1) lingkungan hidup (3) main-main (1) makan (1) makanan (1) malam (1) mandor (1) Marco (1) masjid (1) Mazda (1) menanam pohon (1) mengeluh (1) menulis (1) mikropon (1) mimesis (1) mirip Syahrini (1) mitos (1) modifikasi (1) money politic (1) Murattal (1) musik (1) nahas (1) napsu (1) narasumber (1) narsis (1) Natuna (1) ngaji (1) niat (1) Nokia (1) nostalgia (2) Orang Madura (1) Paimo (1) pandemi (1) pangapora (1) paragraf induktif (1) parfum (1) partelon (1) pasar (1) pekerjaan idaman (1) pemilu (1) peminta-minta (1) pendidikan (1) pendidikan sebelum menikah (1) penerbit basabasi (1) pengecut (1) penonton (1) penyair (1) penyerobotan (1) Pepatri (1) perceraian (2) Perempuan Berkalung Sorban (1) perja (1) perjodohan (1) pernikahan (1) persahabatan (1) persiapan pernikahan (1) pertemanan (1) pidato (1) plagiasi (2) plastik (1) PLN (1) pola makan (1) poligami (1) polisi (1) politik (1) polusi (1) polusi suara (2) Pondok Pesantren Sidogiri (1) ponsel (2) popok (1) popok ramah lingkungan (1) popok sekali pakai (1) PP Nurul Jadid (1) preparation (1) profesional (1) PT Pos Indonesia (1) puasa (5) publikasi (1) puisi (2) pungli (1) Qiraah (1) rasa memiliki (1) rekaan (1) rempah (1) ringtone (1) rock (1) rokok (1) rokok durno (1) rumah sakit (1) Sakala (1) salah itung (2) salah kode (3) sanad (1) sandal (1) santri (1) sarwah (1) sastra (1) sekolah pranikah (1) senter (1) sepeda (3) sertifikasi guru (1) sertifikasi guru. warung kopi (1) shalat (1) shalat dhuha (1) silaturrahmi (1) siyamang (1) SMS (1) sogok bodoh (1) sopir (1) soto (1) sound system (1) stereotip (1) stigma (1) stopwatch (1) sugesti (1) sulit dapat jodoh (1) Sumber Kencono (1) Sumenep (1) suramadu (1) syaikhona Kholil (1) takhbib (1) taksa (1) tamu (2) Tartil (1) TDL (1) teater (1) teknologi (2) telkomnet@instan (1) tengka (1) tepat waktu (1) teror (3) tertib lalu lintas (28) The Number of The Beast (1) tiru-meniru (1) TOA (2) tolelot (1) Tom and Jerry (2) tradisi (1) tradisi Madura (4) transportasi (1) ustad (1) wabah (1) workshop (1) Yahoo (1) Yamaha L2 Super (1)

Arsip Blog