Beberapa waktu yang lalu, Pak Sulim bersama istrinya berkunjung ke rumah adik iparnya. Letak rumah si ipar ini tidak begitu jauh dari tempat tinggal Pak Sulim, tetapi bukan berarti dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Karenanya, di siang hari Rabu yang cerah itu, Pak Sulim sangat berbahagia karena bisa menaiki sepeda motornya yang baru dibelinya. Sepeda motor baru ini dibelinya dengan harga murah karena bodong-gelap alias superdurno (tidak ada STNKB dan BPKB).
Sepulang dari rumah si ipar, di suatu pertigaan, Pak Sulim kaget alang-kepalang karena tanpa diduganya, saat ia melintasi jalan itu, dari balik batang pohon asam yang besar, tiba-tiba muncul seorang petugas berseragam coklat, menghentikan perjalanannya. Pak Sulim tidak menyangka sama sekali karena ternyata petugas ini memarkir kendaraan berplat hitam-kuningnya itu di balik rerimbun pepohonan yang terhalang dari pandangan.
“Selamat siang, Pak!”
Pak Sulim gemetar. Ia tidak menjawab.
“Bisa lihat STNK-nya?” tanya si petugas, mendekat, meminta Pak Sulim mengeluarkan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor alias STNKB. Karena Pak Sulim masih ketakutan dan diam saja, istri Pak Sulimlah yang menjawab.
“Maaf, Pak. Motor kami ini baru dibeli, itupun dengan model cicilan. Kata si penjual, STNK-nya masih akan dibuatkan.”
“Mau dibuatkan?” petugas mengernyitkan kening.
Disangkanya si petugas mulai termakan permohonan ampun dan rengekannya, istri Pak Sulim justru semakin bergairah menjelaskan identitas sepeda motornya itu apa adanya.
“Ya, Pak. Soalnya, motor ini tidak ada STNK-nya..”
5 komentar:
kejujuran yang 'kebablasan' :D
Cinta Syahadah harus mendapatkan tepuk tangan yang panjang daris aya karena selama ini, selalu komentar pertama kali...
terima kasih....
untuk yang kesekian kalinya... semata-mata karna mendukong.. :D
Saya tidak ingin mengomentari karena saya sudah terlanjur tertawa saja... ^^
@Achen: syukurlah, mumpung nggak ditarip, he
Posting Komentar