“Hah?” Perempuan itu membelalakkan matanya “Ini kamarmu, San?”
Hasan tersipu. Ia tahu, Icha tidak akan menyangka kalau ada banyak tumpukan cucian yang terserak di sudut-sudut kamarnya, berkebalikan dengan dandanan Hasan yang setiap hari tampil rapi ke kampus. Hari itu adalah hari nahas bagi Hasan. Bagaimana tidak, Hasan yang selama ini mencari-cari perhatian Icha yang ditaksirnya, justru kena batunya di kontrakan dia sendiri, pada suatu sore yang tidak terduga.
Sore itu, Icha datang hanya untuk meminjam buku catatan. Ia tidak minum teh, tidak mengobrol, tidak pula duduk. Icha hanya berdiri, menyampaikan keinginan untuk meminjam buku kepada Hasan, dan setelah itu pulang. Nah, karena itulah, Hasan melakukan antisipasi. Ia yakin, tak lama lagi, barangklai esoknya atau paling telat lusa, Icha akan kembali lagi untuk mengembalikan buku catatan yang telah dipinjamnya. Disimpannya tumpukan bajunya itu. Buku-buku dikembalikan ke rak. Perabotan yang berserak dirapikannya. Dan agar Icha lebih terkesan jika ia datang, Hasan memasang kapur barus gantung dan bola kapur barus di sudut kamarnya agar wanginya lebih tahan dan menyemerbak.
Setelah Icha datang, Hasan pun senang. Dan betul sekali, saat Icha datang untuk mengembalikan buku catatan, Icha pun berkomentar.
“Hah?” Icha membelalakkan kedua bola matanya yang bulat “Ini kamarmu, San? Kok wanginya berkesan toilet?”
(Ini kisah nyata, namun nama bukan nama asli)