Sehabis isya, tadi, aku berangkat menuju kediaman almarhum Sa'di di Bataal. Malam ini adalah malam ketujuh hari wafatnya. Dengan mengendarai sepeda motor dinasku, Yamaha L2 Super yang selalu susah dinyalakan kalau lama parkir, aku meluncur di jalan beraspal yang gelap gulita karena tak ada lampu penerangan jalan serta bohlam lampu sepeda motorku pun yang juga usang.
Saat gigi perseneling telah mentok, di jalan menurun rumah Bu' Ga, tiba-tiba lampu depan motor mati. Untunglah, tak jauh dari TKP, kulihat ada dua motor sedang diparkir di rumah Pak Zaini. Serta merta aku memanggil salam dan menyampaikan maksud keinginan.
"Biar Sampeyan saya antar," kata Wafiq, seorang remaja likuran tahun.
Sambil memutar sepeda motornya dari halaman ke jalan beraspal, aku berkata, "Sebetulnya aku mau ke Bataal. Tapi, mendadak lampu depan sepeda motorku mati. Malu aku jalan malam pakai sepeda motor mati lampu meskipun malam ini bulan bersinar terang.."
Wafiq tersenyum, hampir tertawa.
Ayunan starter diterjang. Yamaha Force One itupun menderum. Aku membonceng. Motor dijalankan. Tapi, ternyata, sepeda motor ini pun juga kacau. Lampu depan juga lampu belakangnya sama-sama tak menyala.
Dalam hati aku berkata, "kuat beli motor, kuat isi bensin, tapi tak mampu beli lampu.."
Terima kasih telah mengantarku dalam keadaan sport jantung, meskipun sebentar.
saran: sebaiknya juga baca yang ini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
he he.. ternyata sawaaun bainahuma wala farku bainahuma.. CMIIW :D
@CS: Penjelasan untuk komentarmu:
http://kormeddal.blogspot.com/2009/02/sawa-un-alaihim.html
Posting Komentar