30 Oktober 2010

Akhlak Lalu Lintas

Sungguh menyebalkan.

Pengalaman naik mobil di malam hari selama beberapa malam ini, secara berturut-turut, membuat saya tidak mamapu menyembunyikan kekesalan ini. Jika dihitung, memang saya belum sempat menghitung, sepanjang perjalanan kurang lebih 30 kilometeran pergi dan pulang ke rumah, kayaknya kok saya lebih banyak menjumpai sepeda motor dengan lampu belakang yang mati (tidak menyala) daripada yang menyala. Yang bikin tambah kesal karena dari tampilan sipengendara, mereka itu kelihatannya orang yang terpelajar, berpakaian rapi, bukan orang gila, atau anak-anak di bawah umur. Namun, seolah tanpa merasa bersalah, mereka berjalan di jalan raya tanpa lampu belakang.

Kiranya perlu disampaikan, bahwa pelajran akhlak di sekolah-sekolah itu kini sudah saatnya dikembangkan, mencakup sopan-santun di jalan raya. Ya, akhlak itu hendaknya tidak saja selalu diidentifikasi pada rasa hormat pada yang lebih tua, pada guru, pada orangtua, melainkan juga tidak belok mendadak, tidak membiarkan lampu belakang/lampu remnya mati, dan sembarangan ketika menyeberang.

Semoga kita tidak menjadi manusia yang menyebalkan!

10 Oktober 2010

Disalip Sepeda Angin

Dalam sebuah perjalanan ke Situbondo, di ruas Jalan Probolinggo – Paiton, entah di mana tepatnya, kendaraanku terjepit di antara truk dan mobil-mobil lain. Tiba-tiba, Hasan, salah seorang penumpangku, berteriak, “Kak, Kak, lihat. Kamu disalip!”

Mendengar ucapannya, kontan aku melirik ke spion kanan. Tidak ada kendaraan apa pun yang ngeblong dari arah belakang.
“Mana?” tanyaku.
“Itu, lihat ke kiri!”

Betul. Setelah kulihat, ternyata yang nyalip adalah sepeda kayuh yang dipedal sangat cepat. Mereka adalah segerombolan orang, jika tak salah ada tiga orang, yang baru pulang dari sawah dengan sepeda angin. Rupanya, mereka sedang balapan. Ini adalah pengalamanku yang pertama kali; naik mobil disalip sepdan angin. Aku baru bisa mendahuluinya kembali setelah menyalipnya sekaligus menyalip truk di depan. Saat itu, kulihat speedometer menunjukkan angka 60 KM/jam.

03 Oktober 2010

Hidangan Prasmanan

Dalam sebuah pesta walimah, tuan rumah dibikin malu alang-kepalang karena ternyata hidangan makan habis sebelum semua undangan menikmatinya. Para tamu berdatangan. Mereka langsung dipersilakan masuk menuju ke tempat yang telah disediakan.

Nah, beberapa kelompok tamu yang datang terlambat dan tidak mendapatkan sajian, begitu melihat sebuah meja dengan makanan belum tersentuh, mereka menuju ke sana. Makanan itu belum ada yang menikmatinya. Hal itu kelihatan dari tudung koran yang menutupnya. Padahal, di meja sebelah, prasmanan telah ludes. Tetapi, manakala mereka yang datang terlambat itu hendak membuka tudung, pramusaji datang dan melarangnya karena hidangan itu telah dipersiapkan untuk bhisan (besan) yang belum datang.

Barusan, saya menghadiri pesta pernikahan serupa di PP Al-Amien Prenduan. Memang, di sana saya tidak melihat undangan yang kecewa seperti kisah di atas. Hanya seliweran pelayan yang kewalahan karena undangan begitu banyak, ribuan orang. Namun, saya melihat, seorang tamu mengambil lauk lebih dari batas wajar sebagai manusia: tiga kerat daging semur dan entah lauk-pauk apalagi untuk sepiring nasinya. Nah, gaya makan macam inilah yang sering bikin kacau hidangan prasmanan karena dianggap bisa mengambil “semau gue banget sekali”.

Ada yang tahu, sebenarnya, seperti apakah aturan main hidangan prasmanan?

Entri Populer

Shohibu-kormeddaL

Foto saya

Saya adalah, antara lain: 6310i, R520m, Colt T-120, Bismania, Fairouz, Wadi As Shofi, Van Halen, Puisi, Hard Rock dll

Pengikut

Label

666 (1) Abdul basith Abdus Shamad (1) adi putro (1) adsl (1) Agra Mas (1) air horn (1) akronim (1) Al-Husari (2) alih media (1) Alquran (1) amplop (1) Andes (1) Android (1) anekdot (3) aula asy-syarqawi (1) Bacrit (2) bahasa (5) baju baru (1) baju lebaran (1) Bambang Hertadi Mas (1) banter (1) Basa Madura (1) basabasi (1) batuk (1) bau badan (1) bau ketiak (1) becak. setiakawan (1) belanja ke toko tetangga (1) benci (1) bis (3) bismania (2) BlackBerry (1) Blega (1) blogger (2) bodong (1) bohong (2) bolos (1) bonceng (1) bromhidrosis (1) Buang Air Besar (BAB) (1) buat mp3 (1) budaya (1) buku (2) buruk sangka (2) catatan ramadan (4) celoteh jalanan (1) ceramah (1) chatting (1) chemistry (1) cht (1) Cicada (1) Colt T 120 (1) corona virus (1) Covid 19 (1) cukai (1) curhat (5) defensive driving behavior development (1) dering (1) desibel (2) diary (1) durasi waktu (1) durno (1) ecrane (1) etiket (17) fashion (2) feri (1) fikih jalan raya (1) fikih lalu lintas (1) fiksi (2) filem (1) flu (1) gandol (1) gaya (1) ghasab (1) google (1) guru (2) guyon (1) hadrah (1) handphone (1) Hella (1) hemar air (1) Hiromi Sinya (1) humor (2) ibadah (2) identitas (1) ikhlas (1) indihome (1) inferior (1) jalan raya milik bersama (1) jamu (1) jembatan madura (1) jembatan suramadu (2) jenis pekerjaan (3) jiplak (2) jual beli suara (1) Jujur (3) Jujur Madura (1) jurnalisme (1) jurnalistik (3) KAI (1) kansabuh (1) Karamaian (1) karcis (1) Karina (1) Karma (1) Kartun (1) kebiasaan (5) kecelakaan (2) kehilangan (1) kenangan di pondok (1) Kendaraan (2) kereta api (1) keselamatan (1) khusyuk (1) kisah nyata (7) Kitahara (1) kites (1) klakson (1) klakson telolet (1) kode pos (2) kopdar (2) kopi (1) kormeddal (19) korupsi (2) KPK (1) kuliner (2) L2 Super (2) lainnya (2) laka lantas (1) lakalantas (1) lampu penerangan jalan (1) lampu sein (1) layang-layang (1) lingkungan hidup (3) main-main (1) makan (1) makanan (1) malam (1) mandor (1) Marco (1) masjid (1) Mazda (1) menanam pohon (1) mengeluh (1) menulis (1) mikropon (1) mimesis (1) mirip Syahrini (1) mitos (1) modifikasi (1) money politic (1) Murattal (1) musik (1) nahas (1) napsu (1) narasumber (1) narsis (1) Natuna (1) ngaji (1) niat (1) Nokia (1) nostalgia (2) Orang Madura (1) Paimo (1) pandemi (1) pangapora (1) paragraf induktif (1) parfum (1) partelon (1) pasar (1) pekerjaan idaman (1) pemilu (1) peminta-minta (1) pendidikan (1) pendidikan sebelum menikah (1) penerbit basabasi (1) pengecut (1) penonton (1) penyair (1) penyerobotan (1) Pepatri (1) perceraian (2) Perempuan Berkalung Sorban (1) perja (1) perjodohan (1) pernikahan (1) persahabatan (1) persiapan pernikahan (1) pertemanan (1) pidato (1) plagiasi (2) plastik (1) PLN (1) pola makan (1) poligami (1) polisi (1) politik (1) polusi (1) polusi suara (2) Pondok Pesantren Sidogiri (1) ponsel (2) popok (1) popok ramah lingkungan (1) popok sekali pakai (1) PP Nurul Jadid (1) preparation (1) profesional (1) PT Pos Indonesia (1) puasa (5) publikasi (1) puisi (2) pungli (1) Qiraah (1) rasa memiliki (1) rekaan (1) rempah (1) ringtone (1) rock (1) rokok (1) rokok durno (1) rumah sakit (1) Sakala (1) salah itung (2) salah kode (3) sanad (1) sandal (1) santri (1) sarwah (1) sastra (1) sekolah pranikah (1) senter (1) sepeda (3) sertifikasi guru (1) sertifikasi guru. warung kopi (1) shalat (1) shalat dhuha (1) silaturrahmi (1) siyamang (1) SMS (1) sogok bodoh (1) sopir (1) soto (1) sound system (1) stereotip (1) stigma (1) stopwatch (1) sugesti (1) sulit dapat jodoh (1) Sumber Kencono (1) Sumenep (1) suramadu (1) syaikhona Kholil (1) takhbib (1) taksa (1) tamu (2) Tartil (1) TDL (1) teater (1) teknologi (2) telkomnet@instan (1) tengka (1) tepat waktu (1) teror (3) tertib lalu lintas (28) The Number of The Beast (1) tiru-meniru (1) TOA (2) tolelot (1) Tom and Jerry (2) tradisi (1) tradisi Madura (4) transportasi (1) ustad (1) wabah (1) workshop (1) Yahoo (1) Yamaha L2 Super (1)

Arsip Blog