“Setiap tamu akan membawa kebahagiaan; kalau tidak datangnya, ya, perginya.”
Sayang saya tidak tahu, ungkapan ini berasal dari mana. Saya pernah mendengar ungkapan ini secara langsung (bukan dari buku) dari mulut seorang kawan yang ketika itu baru didatangi debt collector, dan ia tidak punya uang. Saat tukang tagih duit datang, ia sedih, dan baru senang ketika ia sudah pergi.
Bulan Pebruari ini saya kedatangan banyak tamu dari jauh, antara lain Binhad Nurrohmat, Andy Fuller dan Sarah yang datang awal bulan. Lalu, tak lama setelah itu, datang lagi Nano Darmawansyah, Heru, dan Coradion. Dua hari setelah mereka bertiga, datang lagi rombongan Ade Boim dan Bagus Wiranto dengan 6 orang yang lain. Kebanyakan dari tamu itu adalah teman online, mereka yang sebelumnya saya kenal lewat milis atau jejaring sosial/facebook. Mereka semua berasal dari Jakarta.
Hari ini saya kedatangan tamu dari Gresik, Jauhari Ahmad dan Azmil Muftaqor. Mereka berdua ini, seperti beberapa tamu yang lain, mengaku tidak membawa maksud apa-apa selain silaturrahmi. Jadinya, saya tidak merasa aneh kalau mereka, seperti halnya beberapa tamu di atas lainnya, hanya tidur-tiduran seharian di kamar dan tidak pergi ke mana-mana.
Demikianlah, saya senang dengan kedatangan mereka yang datang tanpa maksud apa-apa. Tadi malam, saya mendengar ceramah seorang muballigh, katanya, “tamu yang banyak maunya, sekali memperoleh apa yang dia maksud dari kita, akan jarang bertandang lagi, bahkan mungkin tidak akan kembali lagi.”
4 komentar:
Kalo saya apakah termasuk tamu, mengingat, menimbang dan seterusnya, saya sering minta kopi dan "jaringan wifi"?
Apokpak: ndak, tidak masuk kamu karena cuma menghabiskan kopi :-D
tukar delivery tapi
mana like nya ini kok tidak ada gambar jampol padahal saya online!
Mommo: langsung berhadiah bu'u' mummu, ndak usah pake jempol
Posting Komentar