10 Januari 2011
Pertanyaan yang Dipertanyakan
Ento menggeleng, “Enggak. Emang kenapa? Mana HP-mu?”
Lelaki penanya bertampang klimis itu mengeluarkan ponsel Nokia E 66-nya dari kantung celana dengan tangan kiri dan memberikannya pada si Ento. Tangan kanan si empunya ponsel tetap sibuk di atas layar sentuh ponselnya yang lain.
Kira-kira semenit kemudian, setelah Ento mencari tahu informasi lewat internet, Ento menjelaskan begini-begininya pada si kawan duduk itu. Ia menjelaskan, lebih tepatnya membacakan ulang berita yang dia baca di sebuah situs, berikut penyebab begitu-begitunya sehingga anggaran daerah kabupaten Anu bermasalah.
Si pemilik HP malah terkaget dan bertanya, “Jadi, ponselku ini bisa dibuat internetan, ya?”
Ento kaget, lalu bertanya, “Lho, emang kamu beli dua ponsel mahal begini untuk apa? Untuk main potret-potretan saja?”
01 Januari 2011
Malam Tahun Baru di Desaku
Sejak habis shalat Isya, yang terdengar dari balik kamarku, hanyalah suara merdu Syaikh Mahmud Khalil al-Husari melagukan surat Al-Hujurat. Suara merdu ini terdengar cempreng melalui speaker TOA, di arah timur laut rumahku. Sementara, entah di arah mana, aku juga mendengar seseorang membunyikan lagu dangdut koplo dari seperangkat sound system, lumayan keras juga, sih. Di luar itu, bunyi-bunyian lainnya adalah rintik hujan dan bunyi kodok bersahutan.
Hingga Subuh, aku terus duduk di depan komputer. Tak ada pesta di sini, tak ada hura-hura, tak terdengar hiruk-pikuk terompet ataupun letusan kembang api. Aku hanya mendengar suara qurra’, pembacaan ayat-ayat suci akhir surat Ali Imran, dari pengeras suara masjid jamik yang berjarak sekitar 375-an meter dari rumahku. Ya, itulah qurra’ sebelum azdan Subuh dikumandangkan.