05 Februari 2012

Knalpot dan Klakson


Saya tinggal di dekat jalan desa, mungkin kelas III-B. Jarak dari pintu depan dengan jalan kurang dari 15 meter. Jika ada sepeda motor yang dipacu hingga lewat RPM 3000, suara knalpotnya akan terdengar sangat bising sampai ke dalam kamar. Kalau diklasifikasikan, ada tiga suara penting di jalan itu; knalpot, klakson, dan mesin. Bagi saya, deru mesin hanya berada di urutan ketiga dalam tingkat kebisingannya.

Saya termasuk orang yang tidak suka dengan suara klakson. Di lampu merah (APILL), sering saya mendengar orang membunyikan klakson berbarengan dengan lampu yang berubah menjadi hijau. Bunyi klakson itu sama artinya dengan “Ayo jalan, cepat. Tuh sudah hijau!”. Tapi, ada pula orang yang suka membunyikan klakson di mana pun ia berkendara. Saya mengherankan cara ini. Bagi saya, kebiasaan ini diawali oleh cara awal yang salah dalam mengmudi, baik mengemudi sepeda ktoor ataupun mobil. Akhirnya, kita cenderung menggunakan klakson sebagai bagian penting dan vital dari berkendara. Sebentar-sebentar klakson. Suatu waktu, saya pernah mendengar orang membunyikan klakson mobilnya sebanyak 11 kali hanya pada jarak kurang dari 700an meter. Gila, kan? Saya pikir. Betapa telinga kita akan stress mendengar bunyi itu. Padahal, pada saat itu jalan tidak begitu ramai.

Itu soal klakson. Bagaiamana kabar knalpot? Setiap mesin memproduksi kebisingan. Teknologi otomotif menciptakan inovasi demi inovasi pada knalpot untuk meredam kebisingan itu. Namun, kita juga tahu ada knalpot “telo”, knalpot yang bentuknya seperti ubi kayu itu. Knalpot macam ini sangat bising. Lalu, apa cita-cita dari knalpot seperti ini, ya?

Jika semakin hari jumlah penggemar knalpot telo ini semakin bertambah, bukan tidak mungkin pabrik kendaraan bermotor (terutama sepeda motor) akan mengeluarkan varian khusus sepeda motor dengan knalpot yang bising. Buktinya? Bengkel memodifikasi sepeda motor bebek dengan rem cakram, maka keluarlah varian sepeda motor bebek dengan rem cakram. Bengkel lain memodifikasi sepeda motor bebek dengan kopling ganda, keluar pula varian seperti itu dari dealer. Contoh, FIZ-R dan Supra XX.

Sebelum varian sepeda motor berknalpot bising diluncurkan, ada baiknya saya usulkan kepada pabrikan agar nanti, jika varian ini benar-benar diluncurkan, corong knalpotnya diletakkan di tengah, yakni dari manifold mesin langsung ditekuk ke atas, dekat dengan telinga si pengendara. Dengan cara ini, pengendara akan dapat menikmati suara knalpot dengan sempurna. Bahkan, saya akan mengusulkan agar knalpot tersebut dilengkapi dengan “manual equalizer”, sehingga pengendara dapat menentukan selera dan tingkat kebisingannya: mau nge-bass ataupun cempreng sama-sama bisa.

Selamat berinovasi. Teruskan cita-citamu, Knalpot!

referensi lain tentang klakson yang ramah telinga: di sini

5 komentar:

Edi Winarno mengatakan...

Setuju, ra. Sangat setuju.

Ahmad Sahidah mengatakan...

Pelajaran Akhlak masih belum merembes ke jalan. Gus Mustov harus memastikan agar etika terapan ini diajarkan dengan efektif. :)

M. Faizi mengatakan...

@Edi Winarno: terima kasih sudah membaca artikel di atas.

@Ahmad: semoga segera diketahui oleh orang yang kamu sebutkan itu :)

SUBAIDI mengatakan...

Klakson, menurut pengalaman saya, juga dibunyikan untuk saling menyapa antar pengendara motor/supir mobil ketika berpapasan. Karena jika laju kendaraan agak cepat, kurang efektif jika hanya mengandalkan suara dari pita tenggorokan.

*Meski tidak tiap hari, saya seringkali mengecek blog ini untuk melihat jangan2 ad tulisan segar yang baru. Dan pagi ini sambil menikmati kopi saya senang mendapatkannya...

M. Faizi mengatakan...

iya, Subaidi, kita memang sering melihat orang berteriak dan berbicara dengan lawan papasan di jalan dengan cara bertegur sapa yang unik, yaitu dengan "berteriak". Klakson pada saat seperti ini memang kerap menjadi bahasa bersama.

Entri Populer

Shohibu-kormeddaL

Foto saya

Saya adalah, antara lain: 6310i, R520m, Colt T-120, Bismania, Fairouz, Wadi As Shofi, Van Halen, Puisi, Hard Rock dll

Pengikut

Label

666 (1) Abdul basith Abdus Shamad (1) adi putro (1) adsl (1) Agra Mas (1) air horn (1) akronim (1) Al-Husari (2) alih media (1) Alquran (1) amplop (1) Andes (1) Android (1) anekdot (3) aula asy-syarqawi (1) Bacrit (2) bahasa (5) baju baru (1) baju lebaran (1) Bambang Hertadi Mas (1) bani (1) banter (1) Basa Madura (1) basabasi (1) batuk (1) bau badan (1) bau ketiak (1) becak. setiakawan (1) belanja ke toko tetangga (1) benci (1) bis (3) bismania (2) BlackBerry (1) Blega (1) blogger (2) bodong (1) bohong (2) bolos (1) bonceng (1) bromhidrosis (1) Buang Air Besar (BAB) (1) buat mp3 (1) budaya (1) buku (2) buruk sangka (2) catatan ramadan (4) celoteh jalanan (1) ceramah (1) chatting (1) chemistry (1) cht (1) Cicada (1) Colt T 120 (1) corona virus (1) Covid 19 (1) cukai (1) curhat (5) defensive driving behavior development (1) dering (1) desibel (2) diary (1) durasi waktu (1) durno (1) ecrane (1) etiket (17) fashion (2) feri (1) fikih jalan raya (1) fikih lalu lintas (1) fiksi (2) filem (1) flu (1) gandol (1) gaya (1) ghasab (1) google (1) guru (2) guyon (1) hadrah (1) handphone (1) Hella (1) hemar air (1) Hiromi Sinya (1) humor (2) IAA (1) ibadah (2) identitas (1) ikhlas (1) indihome (1) inferior (1) jalan raya milik bersama (1) jamu (1) jembatan madura (1) jembatan suramadu (2) jenis pekerjaan (3) jiplak (2) jual beli suara (1) Jujur (3) Jujur Madura (1) jurnalisme (1) jurnalistik (3) KAI (1) kansabuh (1) Karamaian (1) karcis (1) Karina (1) Karma (1) Kartun (1) kebiasaan (5) kecelakaan (2) kehilangan (1) kenangan di pondok (1) Kendaraan (2) kereta api (1) keselamatan (1) khusyuk (1) kisah nyata (7) Kitahara (1) kites (1) klakson (1) klakson telolet (1) kode pos (2) kopdar (2) kopi (1) kormeddal (19) korupsi (2) KPK (1) kuliner (2) L2 Super (2) lainnya (2) laka lantas (1) lakalantas (1) lampu penerangan jalan (1) lampu sein (1) layang-layang (1) lingkungan hidup (3) main-main (1) makan (1) makanan (1) malam (1) mandor (1) Marco (1) masjid (1) Mazda (1) MC (1) menanam pohon (1) mengeluh (1) menulis (1) mikropon (1) mimesis (1) mirip Syahrini (1) mitos (1) modifikasi (1) money politic (1) Murattal (1) musik (1) nahas (1) napsu (1) narasumber (1) narsis (1) Natuna (1) ngaji (1) niat (1) Nokia (1) nostalgia (2) Orang Madura (1) Paimo (1) pandemi (1) pangapora (1) paragraf induktif (1) parfum (1) partelon (1) pasar (1) pekerjaan idaman (1) pemilu (1) peminta-minta (1) penata acara (1) pendidikan (1) pendidikan sebelum menikah (1) penerbit basabasi (1) pengecut (1) penonton (1) penyair (1) penyerobotan (1) Pepatri (1) perceraian (2) Perempuan Berkalung Sorban (1) perja (1) perjodohan (1) pernikahan (1) persahabatan (1) persiapan pernikahan (1) pertemanan (1) pidato (1) plagiasi (2) plastik (1) PLN (1) pola makan (1) poligami (1) polisi (1) politik (1) polusi (1) polusi suara (2) Pondok Pesantren Sidogiri (1) ponsel (2) popok (1) popok ramah lingkungan (1) popok sekali pakai (1) PP Nurul Jadid (1) preparation (1) profesional (1) PT Pos Indonesia (1) puasa (5) publikasi (1) puisi (2) pungli (1) Qiraah (1) rasa memiliki (1) rekaan (1) rempah (1) ringtone (1) rock (1) rokok (1) rokok durno (1) rumah sakit (1) Sakala (1) salah itung (2) salah kode (3) sanad (1) sandal (1) santri (1) sarwah (1) sastra (1) sekolah pranikah (1) senter (1) sepeda (3) sertifikasi guru (1) sertifikasi guru. warung kopi (1) shalat (1) shalat dhuha (1) silaturahmi (1) silaturrahmi (1) siyamang (1) SMS (1) sogok bodoh (1) sopir (1) soto (1) sound system (1) stereotip (1) stigma (1) stopwatch (1) sugesti (1) sulit dapat jodoh (1) Sumber Kencono (1) Sumenep (1) suramadu (1) syaikhona Kholil (1) syawalan (1) takhbib (1) taksa (1) tamu (2) Tartil (1) TDL (1) teater (1) teknologi (2) telkomnet@instan (1) tengka (1) tepat waktu (1) teror (3) tertib lalu lintas (28) The Number of The Beast (1) tiru-meniru (1) TOA (2) tolelot (1) Tom and Jerry (2) tradisi (1) tradisi Madura (4) transportasi (1) ustad (1) wabah (1) workshop (1) Yahoo (1) Yamaha L2 Super (1)

Arsip Blog