03 Oktober 2013

Kapok Berbohong

Bohong, dalam banyak kitab hadits dan akhlak, termasuk kebiasaan buruk yang sangat serius. Salah satu buktinya adalah karena bab bohong, juga atau pelit, selalu disebut pada bagian-bagian awal kitab. Bahkan, ia tergolong penyakit yang sulit disembuhkan.

Saat itu tahun 1993. Saya ingat pernah bohong seperti ini:

Saya naik bis dari Prenduan menuju Surabaya. Lalu, bis AKAS yang saya naiki itu singgah di Terminal Pamekasan untuk ambil penumpang. Sesampainya di sana, naiklah beberapa orang. Satu di antaranya duduk sebangku dengan saya. Dan seperti lazimnya penumpang Madura, dia ini mudah akrab, tanya ini tanya itu segala.

Ketika itu saya lagi malas bicara. Makanya, saya kurang suka jika diurus ‘dari danmau ke mana’-nya. Karena desa saya merupakan desa yang terkenal di daerah saya, yaitu Guluk-Guluk, saya lantas berbohong kalau saya berasal dari desa itu. Dugaan saya, jika saya bilang “dari Guluk-Guluk” kepadanya, teman duduk ini pasti makin gencar nanya ini-itunya.

“Sampeyan mau ke mana?”
“Surabaya.”
“Tadi naik dari mana?”
“Prenduan.”
“Aslinya dari mana?”

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini lazim terjadi di angkutan umum di Madura. Jadi, jangan kaget kalau Anda ditanya teman duduk yang belum kenal sama sekali dengan cecaran pertanyaan mirip pertanyaan KPK ini. Dia bahkan mirip hansip atau petugas pemeriksa yang mengorek informasi terdakwa. Maka, saya pun berbohong untuk menghindari interogasi lebih lanjut.

“Dari Bata’al...” jawab saya, berbohong.

Dengan menjawab begitu, saya berharap dia tidak tahu banyak tentang desa tetangga ini sehingga tidak mengajak saya bicara ini-itu lagi. Saya males, saya ingin tidur. Tapi, ia malah bertanya lagi; sebuah pertanyaan yang membuat saya tak bisa menyembunyikan kebohongan.

“Oya! siapa, ya, kepala desa Bata'al sekarang, ya?”

Saya tidak bisa menjawab karena memang tidak tahu. Saya pun tampak bodoh: mengaku warga desa Bata’al adalah bohong kalau bahkan kepada nama kepala desanya saja saya tidak tahu. Saya sungguh malu.

* * *

Itulah pengalaman berbohong saya yang membuat saya kapok. Nah, saat ini, sungguh banyak kita temukan orang berbohong untuk hal kecil yang seolah-olah itu tidak dianggap kesalahan. Padahal, berbohong itu tak pandang level, tidak ada takaran prosentasenya. Ia seperti nilai halal dan haram: tidak ada 100% halal dan tidak bisa pula hanya 90% halal, atau sebaliknya. Ia kaku, hitam-putih: bohong atau jujur; halal atau haram.

Saat ini, kebiasaan berbohong, dalam segala jenisnya, sudah merasuk ke dalam ranah kehidupan kita semua. Bukan saja pada ranah korupsi dana jutaan rupiah, tapi juga dalam hal yang sangat sepele. Coba kita perhatikan jawaban di telepon: “Ini sudah di jalan” untuk pertanyaan yang mendesak “sudah berangkat belum? Kok nggak muncul-muncul, sih?” padahal sejatinya dia belum berangkat. Banyak ‘kan kebohongan sejenis itu dan seolah-olah itu dianggap biasa? Semoga kita segera sadar bahwa orang bohong yang ‘selamat’ itu bukan karena ia bisa menghindari dari kebohongan, melainkan hanya karena belangnya belum terkuakkan. Itu saja.

Entri Populer

Shohibu-kormeddaL

Foto saya

Saya adalah, antara lain: 6310i, R520m, Colt T-120, Bismania, Fairouz, Wadi As Shofi, Van Halen, Puisi, Hard Rock dll

Pengikut

Label

666 (1) Abdul basith Abdus Shamad (1) adi putro (1) adsl (1) Agra Mas (1) air horn (1) akronim (1) Al-Husari (2) alih media (1) Alquran (1) amplop (1) Andes (1) Android (1) anekdot (3) aula asy-syarqawi (1) Bacrit (2) bahasa (5) baju baru (1) baju lebaran (1) Bambang Hertadi Mas (1) banter (1) Basa Madura (1) basabasi (1) batuk (1) bau badan (1) bau ketiak (1) becak. setiakawan (1) belanja ke toko tetangga (1) benci (1) bis (3) bismania (2) BlackBerry (1) Blega (1) blogger (2) bodong (1) bohong (2) bolos (1) bonceng (1) bromhidrosis (1) Buang Air Besar (BAB) (1) buat mp3 (1) budaya (1) buku (2) buruk sangka (2) catatan ramadan (4) celoteh jalanan (1) ceramah (1) chatting (1) chemistry (1) cht (1) Cicada (1) Colt T 120 (1) corona virus (1) Covid 19 (1) cukai (1) curhat (5) defensive driving behavior development (1) dering (1) desibel (2) diary (1) durasi waktu (1) durno (1) ecrane (1) etiket (17) fashion (2) feri (1) fikih jalan raya (1) fikih lalu lintas (1) fiksi (2) filem (1) flu (1) gandol (1) gaya (1) ghasab (1) google (1) guru (2) guyon (1) hadrah (1) handphone (1) Hella (1) hemar air (1) Hiromi Sinya (1) humor (2) ibadah (2) identitas (1) ikhlas (1) indihome (1) inferior (1) jalan raya milik bersama (1) jamu (1) jembatan madura (1) jembatan suramadu (2) jenis pekerjaan (3) jiplak (2) jual beli suara (1) Jujur (3) Jujur Madura (1) jurnalisme (1) jurnalistik (3) KAI (1) kansabuh (1) Karamaian (1) karcis (1) Karina (1) Karma (1) Kartun (1) kebiasaan (5) kecelakaan (2) kehilangan (1) kenangan di pondok (1) Kendaraan (2) kereta api (1) keselamatan (1) khusyuk (1) kisah nyata (7) Kitahara (1) kites (1) klakson (1) klakson telolet (1) kode pos (2) kopdar (2) kopi (1) kormeddal (19) korupsi (2) KPK (1) kuliner (2) L2 Super (2) lainnya (2) laka lantas (1) lakalantas (1) lampu penerangan jalan (1) lampu sein (1) layang-layang (1) lingkungan hidup (3) main-main (1) makan (1) makanan (1) malam (1) mandor (1) Marco (1) masjid (1) Mazda (1) menanam pohon (1) mengeluh (1) menulis (1) mikropon (1) mimesis (1) mirip Syahrini (1) mitos (1) modifikasi (1) money politic (1) Murattal (1) musik (1) nahas (1) napsu (1) narasumber (1) narsis (1) Natuna (1) ngaji (1) niat (1) Nokia (1) nostalgia (2) Orang Madura (1) Paimo (1) pandemi (1) pangapora (1) paragraf induktif (1) parfum (1) partelon (1) pasar (1) pekerjaan idaman (1) pemilu (1) peminta-minta (1) pendidikan (1) pendidikan sebelum menikah (1) penerbit basabasi (1) pengecut (1) penonton (1) penyair (1) penyerobotan (1) Pepatri (1) perceraian (2) Perempuan Berkalung Sorban (1) perja (1) perjodohan (1) pernikahan (1) persahabatan (1) persiapan pernikahan (1) pertemanan (1) pidato (1) plagiasi (2) plastik (1) PLN (1) pola makan (1) poligami (1) polisi (1) politik (1) polusi (1) polusi suara (2) Pondok Pesantren Sidogiri (1) ponsel (2) popok (1) popok ramah lingkungan (1) popok sekali pakai (1) PP Nurul Jadid (1) preparation (1) profesional (1) PT Pos Indonesia (1) puasa (5) publikasi (1) puisi (2) pungli (1) Qiraah (1) rasa memiliki (1) rekaan (1) rempah (1) ringtone (1) rock (1) rokok (1) rokok durno (1) rumah sakit (1) Sakala (1) salah itung (2) salah kode (3) sanad (1) sandal (1) santri (1) sarwah (1) sastra (1) sekolah pranikah (1) senter (1) sepeda (3) sertifikasi guru (1) sertifikasi guru. warung kopi (1) shalat (1) shalat dhuha (1) silaturrahmi (1) siyamang (1) SMS (1) sogok bodoh (1) sopir (1) soto (1) sound system (1) stereotip (1) stigma (1) stopwatch (1) sugesti (1) sulit dapat jodoh (1) Sumber Kencono (1) Sumenep (1) suramadu (1) syaikhona Kholil (1) takhbib (1) taksa (1) tamu (2) Tartil (1) TDL (1) teater (1) teknologi (2) telkomnet@instan (1) tengka (1) tepat waktu (1) teror (3) tertib lalu lintas (28) The Number of The Beast (1) tiru-meniru (1) TOA (2) tolelot (1) Tom and Jerry (2) tradisi (1) tradisi Madura (4) transportasi (1) ustad (1) wabah (1) workshop (1) Yahoo (1) Yamaha L2 Super (1)

Arsip Blog