05 Desember 2013

Talqin Mayit dan Malaikat Palsu


Talqin itu, dalam pengertian kamus, berarti inisiasi, yakni upacara atau ujian yang dijalani seseorang yang akan menjadi anggota suatu perkumpulan, dlsb. Dalam pemahaman yang lebih sederhana, ia berarti bimbingan. Sebutan ‘talqin’ umum digunakan untuk mayit (orang yang mati), namun juga digunakan sebagai istilah bimbingan bagi ikhwan thariqah, yaitu membimbing calon anggota thariqah agar tahu fungsi dan cara berdzikir yang benar. Adapun talqin mayit memiliki arti membimbing mayit. Membimbing apa?

Sebagaimana diyakini oleh orang Islam, jenazah yang sudah diliangkan ke dalam kubur itu akan segera dikunjungi oleh dua orang malaikat begitu para pengantar sudah meninggalkan lokasi pemakaman. Kedua malaikat tersebut adalah Munkar dan Nakir. Keduanya akan mengajukan beberapa pertanyaan interogatif. Pertanyaan tersebut, antara lain, berbunyi ‘siapakah Tuhanmu?’. Tentu saja, pertanyaan semacam ini akan dengan enteng dijawab oleh seseorang ketika dia masih hidup. Namun, situasi di dalam kubur tentu berbeda. Nah, maka dibutuhkan talqin agar mayit tidak grogi, kira-kira begitu.

Malam Kamis, pukul 01.00 dinihari, tanggal 14 November lalu, merupakan pengalaman pertama saya dalam menjalani tugas ini; menalqin mayit. Kala itu, paman yang biasa bertugas sedang berhalangan. Tak ada orang lain yang dapat diminta keluarga duka untuk melakukannya selain saya. Namanya pertama kali, ya, sudah barang tentu saya grogi. Kacau, kan, jika si mayit grogi sementara dan si panalqin juga grogi? Bukan lantaran dilakukan di tengah malam, atau di tempat yang sepi dengan rumpun bambu mengelili itulah yang menjadi sebabnya. Namun, sialnya, ketika itu, pada saat saya siap untuk melaksanakan talqin, mendadak saya teringat sebuah cerita konyol.

Begini ceritanya…

Dalam redaksi talqin tertentu, terdapat sebuah kalimat yang berbunyi begini: “fa idza ja-akal malakaani muwakkalani bika wa huma munkarun wa nakiir…” yang artinya kira-kira “apabila telah datang kepadamu dua orang malaikat, dan mereka berdua itu adalah Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir…”. Konon, di tempat tertentu pula, talqin yang aslinya berbahasa Arab itu juga diterjemahkan ke dalam bahasa lokal. Dalam cerita yang saya dengar beberapa bulan yang silam ini, saat si penalqin sampai pada bagian tersebut, ia pun menerjemahkannya.

Akan tetapi, dia sial. Dia apes karena terlanjur salah saat menerjemahkan. Mestinya ia menerjemahkannya menjadi “apabila telah datang kepadamu DUA orang malikat, dan mereka berdua itu adalah Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir…” pun terpeleset menjadi “apabila telah datang kepadamu TIGA orang malikat, dan mereka adalah Munkar-Nakir…”. Si penalqin sadar telah keliru. Namun, agar tidak kaco sebab ia gengsi kalau harus mengulangi, dia pun meneruskan talqin terjemahannya itu menjadi “…maka yakinlah kamu bahwa salah satu dari KETIGA Malaikat itu adalah PALSU!”



5 komentar:

Unknown mengatakan...

Namanya sapa dong? Hahahah..

Grogi, grogi, grogiii..
Jadi salting wkwkwkw

Imam BukhĂ–ri Muslim mengatakan...

haha...:D aya.. aya wae...:)

M. Faizi mengatakan...

@Ekohm Abiyasa: iya, biar ndak grogi, haha, karena situasinya kan beda, Mas.. jadi harus dilatih lagi... hehe

@Imam Bukhori-Muslim: iya, iya.. begitulah. Bagian yang saya ceritakan di atas itu beneran, bagian cerita, yang belakangan, itu hanya 'konon' atau 'katanya si empunya cerita'.

Unknown mengatakan...

Ass. Wr. Wb.
Adanya perbedaan dalam Islam, sebenarnya tidak perlu dipertajam. Sebab dengan memperuncing perbedaan itu tak ubahnya seseorang yang suka menembak burung di dalam sangkar. Padahal terhadap Al-Qur’an sendiri memang terjadi ketidak samaan pendapat. Oleh sebab itu, apabila setiap perbedaan itu selalu dipertentangkan, yang diuntungkan tentu pihak ketiga. Atau mereka sengaja mengipasi ? Bukankah menjadi semboyan mereka, akan merayakan perbedaan ? Hanya semoga saja jika pengomporan dari dalam, hal itu bukan kesengajaan. Kalau tidak, akhirnya perpecahan yang terjadi.
Apabila perbedaan itu memang kesukaan Anda, salurkan saja ke pedalaman kepulauan nusantara. Disana masih banyak burung liar beterbangan. Jangan mereka yang telah memeluk Islam dicekoki khilafiyah furu’iyah. Bahkan kalau mungkin, mereka yang telah beragama tetapi di luar umat Muslimin, diyakinkan bahwa Islam adalah agama yang benar. Sungguh berat memang.
Ingat, dari 87 % Islam di Indonesia, 37 % nya Islam KTP, 50 % penganut Islam sungguhan. Dari 50 % itu, 20 % tidak shalat, 20 % kadang-kadang shalat dan hanya 10 % pelaksana shalat. Apabila dari yang hanya 10 % yang shalat itu dihojat Anda dengan perbedaan, sehingga menyebabkan ragu-ragu dalam beragama yang mengakibatkan 9 % meninggalkan shalat, berarti ummat Islam Indonesia hanya tinggal 1 %.
Terhadap angka itu Anda ikut berperan, dan harus dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT. Astaghfirullah.
Wass. Wr. Wb.
hmjn wan@gmail.com

M. Faizi mengatakan...

@ hmjn wan: wa alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuhu.

Komentar Adan ini untuk diary saya di atas? Saya ingin minta pendapat Anda, pada bagian atau paragraf mana dari diary di atas yang menunjukkan kalau tulisan tersebut ‘memperuncing perbedaan dan masalah furu’yah’?

Entri Populer

Shohibu-kormeddaL

Foto saya

Saya adalah, antara lain: 6310i, R520m, Colt T-120, Bismania, Fairouz, Wadi As Shofi, Van Halen, Puisi, Hard Rock dll

Pengikut

Label

666 (1) Abdul basith Abdus Shamad (1) adi putro (1) adsl (1) Agra Mas (1) air horn (1) akronim (1) Al-Husari (2) alih media (1) Alquran (1) amplop (1) Andes (1) Android (1) anekdot (3) aula asy-syarqawi (1) Bacrit (2) bahasa (5) baju baru (1) baju lebaran (1) Bambang Hertadi Mas (1) banter (1) Basa Madura (1) basabasi (1) batuk (1) bau badan (1) bau ketiak (1) becak. setiakawan (1) belanja ke toko tetangga (1) benci (1) bis (3) bismania (2) BlackBerry (1) Blega (1) blogger (2) bodong (1) bohong (2) bolos (1) bonceng (1) bromhidrosis (1) Buang Air Besar (BAB) (1) buat mp3 (1) budaya (1) buku (2) buruk sangka (2) catatan ramadan (4) celoteh jalanan (1) ceramah (1) chatting (1) chemistry (1) cht (1) Cicada (1) Colt T 120 (1) corona virus (1) Covid 19 (1) cukai (1) curhat (5) defensive driving behavior development (1) dering (1) desibel (2) diary (1) durasi waktu (1) durno (1) ecrane (1) etiket (17) fashion (2) feri (1) fikih jalan raya (1) fikih lalu lintas (1) fiksi (2) filem (1) flu (1) gandol (1) gaya (1) ghasab (1) google (1) guru (2) guyon (1) hadrah (1) handphone (1) Hella (1) hemar air (1) Hiromi Sinya (1) humor (2) IAA (1) ibadah (2) identitas (1) ikhlas (1) indihome (1) inferior (1) jalan raya milik bersama (1) jamu (1) jembatan madura (1) jembatan suramadu (2) jenis pekerjaan (3) jiplak (2) jual beli suara (1) Jujur (3) Jujur Madura (1) jurnalisme (1) jurnalistik (3) KAI (1) kansabuh (1) Karamaian (1) karcis (1) Karina (1) Karma (1) Kartun (1) kebiasaan (5) kecelakaan (2) kehilangan (1) kenangan di pondok (1) Kendaraan (2) kereta api (1) keselamatan (1) khusyuk (1) kisah nyata (7) Kitahara (1) kites (1) klakson (1) klakson telolet (1) kode pos (2) kopdar (2) kopi (1) kormeddal (19) korupsi (2) KPK (1) kuliner (2) L2 Super (2) lainnya (2) laka lantas (1) lakalantas (1) lampu penerangan jalan (1) lampu sein (1) layang-layang (1) lingkungan hidup (3) main-main (1) makan (1) makanan (1) malam (1) mandor (1) Marco (1) masjid (1) Mazda (1) MC (1) menanam pohon (1) mengeluh (1) menulis (1) mikropon (1) mimesis (1) mirip Syahrini (1) mitos (1) modifikasi (1) money politic (1) Murattal (1) musik (1) nahas (1) napsu (1) narasumber (1) narsis (1) Natuna (1) ngaji (1) niat (1) Nokia (1) nostalgia (2) Orang Madura (1) Paimo (1) pandemi (1) pangapora (1) paragraf induktif (1) parfum (1) partelon (1) pasar (1) pekerjaan idaman (1) pemilu (1) peminta-minta (1) penata acara (1) pendidikan (1) pendidikan sebelum menikah (1) penerbit basabasi (1) pengecut (1) penonton (1) penyair (1) penyerobotan (1) Pepatri (1) perceraian (2) Perempuan Berkalung Sorban (1) perja (1) perjodohan (1) pernikahan (1) persahabatan (1) persiapan pernikahan (1) pertemanan (1) pidato (1) plagiasi (2) plastik (1) PLN (1) pola makan (1) poligami (1) polisi (1) politik (1) polusi (1) polusi suara (2) Pondok Pesantren Sidogiri (1) ponsel (2) popok (1) popok ramah lingkungan (1) popok sekali pakai (1) PP Nurul Jadid (1) preparation (1) profesional (1) PT Pos Indonesia (1) puasa (5) publikasi (1) puisi (2) pungli (1) Qiraah (1) rasa memiliki (1) rekaan (1) rempah (1) ringtone (1) rock (1) rokok (1) rokok durno (1) rumah sakit (1) Sakala (1) salah itung (2) salah kode (3) sanad (1) sandal (1) santri (1) sarwah (1) sastra (1) sekolah pranikah (1) senter (1) sepeda (3) sertifikasi guru (1) sertifikasi guru. warung kopi (1) shalat (1) shalat dhuha (1) silaturrahmi (1) siyamang (1) SMS (1) sogok bodoh (1) sopir (1) soto (1) sound system (1) stereotip (1) stigma (1) stopwatch (1) sugesti (1) sulit dapat jodoh (1) Sumber Kencono (1) Sumenep (1) suramadu (1) syaikhona Kholil (1) takhbib (1) taksa (1) tamu (2) Tartil (1) TDL (1) teater (1) teknologi (2) telkomnet@instan (1) tengka (1) tepat waktu (1) teror (3) tertib lalu lintas (28) The Number of The Beast (1) tiru-meniru (1) TOA (2) tolelot (1) Tom and Jerry (2) tradisi (1) tradisi Madura (4) transportasi (1) ustad (1) wabah (1) workshop (1) Yahoo (1) Yamaha L2 Super (1)

Arsip Blog