“Coba kamu SMS, tanyakan di mana lokasinya?”
“Lah, tadi kan
sudah jelas dalam telepon, dekat tambal ban Torbang.”
“Coba SMS saja, biar pasti, sebelah mananya masjid Torbang, gitu?”
“Wah, sudah jelas, kok, Kak. Ditelepon lagi saja agar lebih
jelas dan pasti, daripada SMS masih harus balas-balasan.”
Demikianlah sedikit ngotot-ngototan saya dengan istri.
Tak lama kamudian, ada telepon masuk. Tapi, sungguh saya
kaget karena dikabarkan bahwa saya telah kebablasan. Tempat yang disepakati sebagai
tempat saya bertemu dengan seseorang itu ternyata sudah lewat.
Telepon dari seberang:
“Tadi, kawan saya itu melambai-lambaikan tangannya saat Sampeyan
lewat di dekatnya. Namun, Sampeyan bablas saja katanaya.”
Saya membalas:
“Torbang, to? Ini, Lenteng saja masih belum. Tentu saja saya
tidak memperhatikan dia karena Torbang masih jauh, masih sekitar 8 kilometer
lagi.”
Saya menepikan kendaraan, menelepon lagi orang itu, saudara jauh
yang hendak mempertemukan saya dengan temannya di sebuah tempat yang lokasinya
adalah “pertigaan, jalan kecil, dekat tambal ban”. Ah, terasa repot menentukan
sebuah lokasi dengan ancer-ancer yang sangat mungkin berubah di zaman orang-orang
sudah mengetahui alamat dengan kordinat.
Setelah 3 menitan menunggu, si temannya saudara itu pun
datang. Rupanya, dia menyusul dengan sepeda motor. Saya bertanya, “Kok bisa
tadi bilang Torbang padahal Torbang itu adalah nama desa di dekat Kota Sumenep?”
Dia tersenyum sambil menjelaskan, bahwa “Torbang” yang
dimaksud adalah nama spot tempat dia menunggu.
“Dulu,” katanya sambil tersenyum, “Di sana ada sebuah kantor bank daerah. Orang-orang
menyebutnya TOR BANK, kependekan dari ‘kantor bank’, begitu…”
Saya tertawa dan senang karena di dalam pikiran langsung
muncul gagasan untuk membuat tulisan dengan tema soal homonim, ya, tulisan yang
Anda baca ini. Dan sekarang, jika paragraf-paragraf di atas itu dijadikan sebuah
narasi dalam ujian, akan muncul sebuah pertanyaan: ‘apa saja pelajaran yang
dapat dipetik dari kasus di atas?’.
a) Kebiasaan memangkas kata (menggunakan sebagian sukukata),
seperti juga terjadi pada STNKB menjadi STNK dan menjadi STN
b) homofon bisa membuat salah alamat
c) Terkadang, SMS (tulisan) lebih jelas daripada telepon (lisan)
d) Memperkenalkan nama (tempat) yang tidak populer kepada
orang yang tidak yakin mengetahinya adalah payah
1 komentar:
hahahaa ada-ada saja...
Posting Komentar