Ketika Ramadan selesai,
apa yang tersisa? Lupa, hari-hari kembali berjalan seperti biasanya
Saya ingat, bulan
puasa tahun ini saya absen tiga kali di mihrab saat tarawih, tapi bukan berarti
tidak tarawih. Saya tetap menjadi mamkum di tempat yang lain. Jadi, untuk
tarawih, saya hadir setiap malam dan kabar ini mestinya menyenangkan karena berarti
saya telah menyelesaikan 30 malam, tak kurang.
Rapor puasa saya juga
baik, tidak batal. Saya harap, Anda juga begitu. Lalu, kita bertanya, diterima
atau tidak? Ini bukan urusan kita. Tapi, tentu saja kita akan berharap—sebagaimana
doa yang kita panjatkan setiap selesai shalat witir—agar laporan amal kita,
kelak, bakal diterima dan—nauzubillah—bukannya dihempaskan kembali ke muka kita
sebagai tanda tidak diterima.
Mengaji Alquran? Bagaimana?
Kita pasti akan ngaji di bulan puasa. Lebih baik lagi jika ngajinya sampai
khatam, dan lebih baik-baiknya lagi kalau sampai khatamnya hingga lebih dari
satu kali. Tapi, bagi yang mampu berpuasa saja sudah berat, mengaji dan khatam di
bulan puasa akan tampak sebagai kegiatan mewah, padahal kita tahu, bulan puasa
adalah “Bulan Alquran”. Maka, dengan sendirinya, kita harus malu kalau tidak
mengisi hari-hari puasa dengan mendarasnya. Istimewa jika kita sanggup mempelajari
kandungan atau tafsirnya.
Lalu, apa
kesimpulan rapor kita selama sebulan ini?
Setelah masuk
Syawal, di jalanan saya kembali bertemu dengan orang yang terus-menerus
menyalakan lampu jauhnya dan persis nyentrong muka orang yang datang dari lawan
arahnya. Saya juga bertemu dengan orang yang
kembali mengambil hak-hak orang lain, dari level paling rendah hingga
level tertinggi. Yang paling rendah bahkan dapat dilihat langsung saat habis
shalat ied, yaitu orang-orang yang
nyerobot antrian salaman dengan imam. Tak lama sesudahnya, akan terdengar pula
gunjingan orang tentang dia yang kemarin puasa tanpa bolong tapi santai nyogok untuk
mendapatkan kesempatan yang mestinya milik orang lain. Akan ada pula cerita
orang yang tanpa merasa bersalah sedikit pun dalam melalukan dosa-dosa sosial
dan environmental, bahkan ini biasanya terjadi langsung di pagi pertama bulan
Syawal.
Jadi, kalau ingat
ini, bagaimana rapor puasamu? Hanya nilai-nilai yang bagus tapi tanpa dampak
yang juga bagus untuk memperbaiki kualitas ibadah dan kualitas hidup?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar