25 November 2009

Ceper

Sejak era The Filnstones, ketika suspensi belum dikembangkan karena zaman itu masih zaman batu: naik mobil batu, pakai roda batu, dan mungkin juga pompa anginnya juga bari batu, manusia mencari cara agar saat naik kendaraan, getaran dan goyangan dapat diminimalisir sebaik mungkin. Walhasil, targetnya: naik mobil agar enak dan empuk.

Dengan teknolgi hidup pun jadi lebih mudah. Manusia menemukan teknologi suspensi. Mulai dari per daun, shockbreaker, hingga per keong, dan belakangan suspensi udara (air suspension).


Namun, karena kreativitasnya pula, manusia juga selalu ingin menemukan pembaruan, meskipun terkadang hal itu tidak lazim, tidak “pada umumnya”, yang intinya: yang tidak sama dengan yang lain. Baru!

Salah satu cara mencari yang baru adalah dengan langkah modifikasi. Dan salah satu bentuk modifikasi di bidang ini adalah memendekkan jarak ground clearance (jarak bagian bawah kendaraan dengan bumi). Istilah modifikasinya adalah ceper (mapa’ dalam bahasa Madura).


Mobil yang diceperkan, tentu suspensisnya jadi tidak enak. Tujuannya, mungkin, demi sedap saat dipandang atau tidak banyak beradu satu-lawan-satu dengan angin yang datang dari depan saat melaju kencang.


Tapi, terus terang aku belum paham jika langkah ini diterapakan pada kendaraan besar, seperti bis. Mengapa bis Omah Mlaku yang bermesin Volvo B12M ini juga ceper, ya? Dibandingkan bis lainnya, ground clearance bis ini sungguh dekat sekali dengan permukaan jalan.


Dan aku akan lebih tidak paham lagi jika langkah ini diterapakan pada songkok: “songkok ceper”! Suspensi bagian mana yang jadi tujuannya? Entahlah..

5 komentar:

  1. Oh begitu sejarahnya ya bos. Nice posting. Salam kenal.

    BalasHapus
  2. ya, sejarah versi kormeddal saja, hi..hi....
    salam kenal balik

    BalasHapus
  3. hihihih, songkok ceper......?
    ya biar nggak mbohongi ketinggian mungkin... :-)

    BalasHapus
  4. songkok ceper supaya tidak perlu di'tekket'

    BalasHapus
  5. a-chen: wah, komentar Anda baru ditemukan. hahaha.. ceper tenan

    @Bendhoro: oh, kok iya ya... saya baru nyadar...

    BalasHapus

Silakan berkomentar sesuai kegundulan