11 Maret 2020

Rangkuman Kisah Asmara Keluarga dalam Tiga Percakapan


Saya bikin tiga ringkasan percapakan ini. Ketiganya menggambarkan fase hubungan suami-istri. Semoga termasuk ke dalam golongan percakapan yang lucu. Amin.  

BARU KENAL, GOMBAL

“Dik, jika engkau Shinta, akulah Sri Rama.”
“Tapi, kan ada Rahwana, Mas? Kalau aku diculik, ntar gimana?”
“Lah, adegan itu ‘kan ada di buku jilid II? Ya, gak usah dibacalah!”

SETELAH MENIKAH, CEMBURU

“Kang, mengapa kamu keramas?”
“Kok jadi masalah, sih, Jeng? Bukannya kalau mandi justru wangi?”
“Soalnya, Akang mandi basah itu ‘kan hanya kalau junub, padahal aku lagi datang bulan!”

SUDAH LAMA, LUPA

“Mas, dulu kamu bilang, kita bagai Rama dan Shinta, tapi kini, beras habis pun kamu tak peduli!”
“Lah, kamu emang tidak baca jilid II-nya, Dik? Saat Kerajaan Wideha mengalami paceklik?”

***

Asmara dalam pernikahan itu fluktuatif, bukan cuman nilai tukar rupiah dan bursa efek yang begitu-begitu. Pernikahan sendiri tidak pernah berada dalam status selalu aman, pasti akan ada masa kritisnya.
Maka, cerita dalam keluarga itupun tidak pernah datar. Jika ingin cerita yang lempeng dan lurus, protagonis menang terus, antagonis kalah melulu (atau kalau perlu ditiadakan), maka bikinlah roman atau novel sendiri, baca sendiri, sebab kalau dijual, kisah yang seperti itu harus masuk waktu agak malam lebih dulu yang mau laku, itupun jika diobral dan diecer oleh pedagang asongan profesional.