23 Desember 2012

Kopi Darat Blogger Madura

Hari ini, Ahad 23 Desember 2012, menjadi hari menyenangkan bagi saya. Pagi ini, pukul 09.00, saya bisa berkumpul dengan para blogger dari seluruh Madura yang tergabung dalam komunitas Nak-Kanak Blogger Plat-M. Sejak membuat blog pertama kali pada bulan Agustus 2005, hari ini adalah kali pertama saya kopdar dengan sesama blogger. Pertemuan dilaksanakan di Taman Adipura (Taman Bunga) Sumenep, sisi selatan.

Acara ini merupakan rangkaian peringan “toron tana”, bertepatan dengan ulang tahun Nak-Kanak blogger Madura yang ke-3. Mereka semula mendirikan komunitas ini di UTM (Universitas Trunojoyo Madura; dulu Unibang) di Bangkalan. Menurut Wahyu Alam, lurah Plat-M, acara bincang-bincang pagi tadi merupakan kali pertama yang mengangkat tema non-IT. Sebelumnya, acara diskusi atau bincang santai tak jauh-jauh dari tema internet, informasi, teknologi, dan sekitar-sekitar itu.

Dalam kesempatan itu, saya diminta bicara tentang “keindahan Madura”. Secara berkelakar saya katakan, jika “keindahan” dimaksud hanya selalu diacu pada panorama alam dalam konsep pariwisata seperti saat ini, maka sulit mencari keindahan itu di Madura. Lombang dan Slopeng di Sumenep, Jumiang dan Api Alam di Pamekasan, atau Nepa dan Waduk Klampis di Sampang, serta Rato Ebu dan Mertajasa di Bangkalan, belum cukup menarik orang luar untuh jatuh cinta berkali-kali pada Madura. Pandangan inferior selama ini harus diluruskan lebih dulu dengan keindahan Madura yang sejati, misalnya pada ketulusan menyambut tamu, kegigihan dalam bekerja, kesejatian dalam bersahabat, dst.

Terkadang arah pembicaraan saya juga ‘kormeddal’ alias ‘asal bunyi’, seenaknya. Akan tetapi, saya yakin, rekan-rekan blogger mamakluminya. Di luar itu, kepada mereka saya jelaskan, bahwa saya juga seorang blogger. Ngeblog, bagi saya, merupakan sebuah jalan untuk memberikan kemungkinan tertuangnya ide tulisan. Jika harus menulis untuk media massa konvensional, seperti koran, majalah, jurnal, sementara energi kita untuk menulis terlalu melimpah sementara media yang dimaksud itu terbatas, cara pandang ini akan berbahaya. Kita akan punya ketergantungan pada media cetak, dan itu jelas tidak sehat.

Sekadar tambahan informasi, hingga saat ini saya merawat 6 blog yang semua saya kelola dan saya perbarui. Memang, kebaruan masing-masing blog tidak sama satu dan lainnya. Adapun keenam blog tersebut saya rinci berdasarkan tema yang saya pilih sejak awal dibuatnya. Inilah blog-blog yang saya maksud:
1.     Sareyang di Blogspot: blog ini berisi puisi dan beberapa artikel sastra
2.     Sareyang di MySpace: berisi lagu dan artikel tentang musik
3.     Kormeddal di Blogspot: blog ini berisi kolom dan hal-hal unik, remeh-temeh, namun dianggap menarik untuk ditulis
4.     Kormeddal di Multiply: blog ini barisi banyak gambar dan catatan perjalanan
5.     Titosdupolo di Blogspot: blog ini merupakan catatan harian kendaraan tua yang saya miliki, Mitsubishi Colt T-120. Bahkan, boleh jadi ini merupakan sedikit dari yang sangat sedikit “kendaraan yang punya diary dan catatan perjalanan”
6.     Sabajarin di Wordpress: blog yang (sementara) terakhir saya buat ini merupakan blog untuk gagasan/pemikiran saya, umumnya features dan kolom
Tergoda untuk membaca? Silakan klik saja nama-nama blog tersebut. Dan saya ucapkan terima kasih bagi yang berkenan mengunjunginya.








08 Desember 2012

Foto Keluarga

Jika Anda bertamu ke rumah seseorang, kadang terpajang di serambi depan atau bagian lain di rumah itu; beberapa foto. Kadang ada foto seorang tentara; foto pernikahan; foto wisuda; foto keluarga, dan semacamnya. Kerap juga ditemukan foto-foto kiai dan tokoh keagaamaan di sana.

Foto-foto itu sepintas tampak hanya sebagai bagian dari seni dekorasi, seperti halnya lukisan atau gambar buah-buahan di ruang makan, ataupun kaligrafi di ruang khusus. Namun, sesungguhnya foto-foto itu memberikan informasi tentang identitas pemilik rumah. Foto berbicara banyak hal tentang arah dan kecenderungan orangnya.

Saya tidak sedang menulis sebuah analisa tentang hubungan foto pajangan dan pemilik rumah. Karena untuk memhami hal semacam itu sebetulnya cukup dengan cara membiasakan diri mengamati foto-foto di setiap rumah orang yang kita kunjungi. Saya tiba-tiba teringat sesuatu; foto keluarga, saat seorang teman bertanya tentang 'keluarga' saya beberapa bulan yang lalu.

Di banyak tempat, terutama luar negeri, pertanyaan tentang keluarga sebagai identitas amatlah krusial, sangat sensitif. Namun karena teman dan saya sama-sama mengerti satu sama lain, pertanyaan itu menjadi pertanyaan hiburan yang mengesankan keakraban. Dan justru dari situlah saya sadar bahwa selama ini, selama 9 tahun pernikahan, kami belum pernah foto bersama secara khusus untuk membuat sebuah "foto keluarga".

Belakangan saya tahu, ada banyak keluarga yang mengundang fotografer profesional untuk mengabadikan kebersamaan keluarganya dalam sebuah foto. Ada pula yang menyewa pakaian, berdandan, dan pergi bersama-sama ke sebuah foto studio untuk kepentingan foto bersama. Secara kebetulan, akhirnya kami bisa membuat foto keluarga setelah kedatangan tamu seorang instruktur foto di sebuah sekolah fotografi terkenal di Jakarta. Ya, hari itu, Bapak Tedi K. Wardhana mengambil gambar untuk foto keluarga kami untuk yang pertama kalinya.