02 Juli 2013

Karnaval, Imtihan, Kemacetan

Di beberapa madrasah (pondok pesantren) di Madura khususnya, bulan-bulan Sya’ban (Juni-Juli) seperti sekarang merupakan masa tutup tahun pelajaran. Untuk ini, ada lembaga yang menggunakan istilah ‘haflah akhir sanah’ dan ada pula yang menggunakna istilah ‘halaltful imtihan’. Intinya, haflah atau perayaan atau festival itu adalah bentuk ungkapan rasa syukur anak didik dan awak pendidikan atas telah berakhirnya proses belajar-mengajar selama satu tahuan di sebuah lembaga pendidikan.

Perayaan, namanya perayaan, biasanya selalu dipungkasi dengan lomba-lomba selama beberapa hari sebelum hari-H. Di dekat lokasi, biasanya juga ada bazar alias pasar dadakan. Pada malam puncaknya, malam penganugerahan juara kelas dan siswa teladan, ‘hiburan’-nya .yang umum adalah ceramah agama. Ya, di tempat saya, ceramah agama adalah sejenis ‘hiburan’ bagi masyarakat, bukan konser dangdut atau yang lain.
Namun, hiburan sesungguhnya untuk rakyat biasanya dilangsungkan pada sore hari-H, yaitu karnawal di jalanan. Karnaval ini berupa kirab atau pawai. Biasanya, kelas per kelas menampilkan lakon, seperti happening art, atau semacam drama berjalan. Di awal, atau di ujung  kirab, biasanya ada kelompok drum band.

Di musim seperti sekarang ini, banyak orang males bepergian di sore hari. Soalnya, kirab akan menghadang. Itulah hiburan masyarakat setempat tetapi juga sekaligus mengganggu masyarakat yang lain, terutama mereka yang berlalu lintas. Tidak semua memang, tapi rata-rata, kirab dan pawai macam ini jelas memacetkan jalan. Yang lebih menyebalkan adalah apabila penanggap tidak mau tahu-menahu bagaimana menguraikan kemacetan, seperti turut memikirkan area parkir penonton, lokasi titik akhir dan pembongkaran karnaval, ruang untuk papasan mobil, dan seterusnya.

Apakah karnaval jalanan seperti ini telah mengantongi izin keramaian dari kepolisian? Dalam beberapa kali kesempatan terjebak macet, sama sekali saya tidak melihat adanya pihak kepolisian yang tampak untuk membantu menguraikan kemacetan. Saya maklum karena jumlah aparat yang terbatas sementara jumlah karnaval bisa saja berlangsaung secara bersamaan dalam hari dan jam yang sama. Tapi, mengapa tak satu pun yang datang? Kemacetan seperti ini mungkin tidak dianggap masalah serius bagi masyarakat sekitar yang sudah mengetahui jadwal dan situasi jalan jauh hari sebelumnya. Namun, bayangkan jika yang mengalaminya adalah ambulan atau sejenisnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar sesuai kegundulan