19 November 2019

Gara-Gara Nginjak Kucing

Ini kisah lama. Kejadiannya mungkin awal tahun 2000-an. Saya dapat cerita dari salah seorang tokoh yang ada di dalamnya. Hanya cerita tentang kucing liar yang kenal injak dan mengalami dislokasi tulang, sih, tidak penting-penting amat. Cuma ketimbang nganggur, boleh juga dibaca.

* * *

Saat Afifi dan Hamzah mau pulang dari kantor dan tiba di parkiran sepeda motor, mendadak terdengar jeritan seekor kucing, eyaaaww.... Afifi langsung meloncat mundur. “Ya Allah!” serunya, kontan, eh, spontan. Secara tak sengaja, salah satu kakinya menginjak kucing ketika ia melangkah mundur. Si meong tidak tidak kelihatan karena berada di belakang tumitnya.

Waduh. Gawat.
Terus gimana?
Ini kayaknya keseleo.”
Kayaknya patah itu, bukan cuman keseleo.”

Sejurus berpikir, Afifi lantas ngajak Hamzah untuk membawa kucing tersebut dokter hewan. Berangkatlah mereka ke tempat yang dimaksud.

“Kenapa?” kata pak dokter.
“Anu, Pak, kena injak.”

Dokter memeriksa. Setelah mengamat-amati, menimang-nimang, mengusap-usap, dokter bilang. “Ia dislokasi tulang. Saya tidak sanggup, harus dirujuk ke Rumah Sakit Hewan.”
“Memang ada, Pak?”
“Ada, di Sekip sana, di FKH UGM.”

Air muka kedua orang tadi sontak berubah. ‘Kok jadi berabe begini, ya?’ pikir salah seorang keduanya.  Kucing liar yang secara tak sengaja kena injak itu ternyata menyita banyak waktu mereka. Mestinya, mereka sudah sampai ke kontrakan masing-masing, tapi ini malah ribet mengurusnya.

Keduanya mengadakan diskusi dadakan, “Quo Vadis Kucing Ini”. Kucing liar yang tak bertuan tersebut telah menyulitkan mereka. Dibiarin kok rasanya berdosa karena tak tanggung jawab,
Diurus kok malah menghabiskan jatah waktu untuk leyeh-leyeh mereka berdua. Kucing tadi telah membuat mereka harus nambah shift untuk sesi tak terduga.

“Kucing ini harus operasi besar.” Pak dokter menatap wajah Afifi dan Hamzah bergantian.
“Terus, biaya opname kira-kira berapa?
“Sekitar 600-an ribu, belum termasuk biaya operasi...”
“Pak,” Afifi memotong.”Tidak ada cara yang lain, Pak? Anu, Pak. Ini sebetulnya kucing liar...” dan dia pun menjelaskan kronologi kejadiannya dari depan. “Jadi, kucing ini bukan kucing piaraan seperti kucing Angora itu.”
“Ada.”
“Apa itu?”
“Euthanasia!”

Afifi dan Hamzah saling padang. Air mukanya keruh mendadak. Keduanya OTW pingsan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar sesuai kegundulan