04 Juni 2019

Segera Azan, Segera Berbuka


Ada dua sikap terburu-buru yang saya catat di bulan puasa ini. Yang pertama berasa langsung, yang kedua harus direnungkan lebih dulu untuk merasakan sensasi keterburu-buruannya. Mari simak satu per satu.

SEGERA BUKA

Termasuk sunnah puasa adalah segera berbuka, selain sahur dan mengakhirkan waktu sahurnya. Tapi, yang dialami oleh Nidin ini ternyata berbeda di saat untuk pertama kalinya ia berkunjung ke rumah bibinya.

Sore itu, ia haus sekali karena sahurnya kebablasan, tidak bangun dan tidak sempat makan sahur. Ia bibi sudah menyiapkan minuman pembuka, semacam es blewah, dan sudah siap di tangan kanannya. Begitu terdengar grakgrok-grakgrok dari TOA masjid dan disusul oleh lantunan "Allaaa...h", langsung saja si Nidin ini main teguk saja. Bibinya—yang ketika itu melihat—sontak membelalak, memanggil-manggil Nidin untuk melarangnya: "Diiiiiin...."

Apa daya, setengah gelas sudah tandas. Nidin menoleh dan ia sadar kalau suara di TOA bukanlah azan, melainkan si takmir membaca shalawat sebagai pengantar menjelang azan maghrib yang merupakan kebiasaan di masjid rumah si Bibi tersebut.

"Allaaah...

“....humma shaalli 'alaa Muhammad. Yaa rabbi shalli 'alaihi wa sallim..."

PERUMPAMAAN: kejadian ini ibarat main bola 45 menit x 2 dan tidak kebobolan gol sama sekali, tapi pada masa-masa injury time, ia nendang bola mau dikembalikan ke kiper, tapi si kiper lengah dan terjadilah gol bunuh diri

* * *

SEGERA AZAN

Di langgar Al-Furqan, azan maghrib khusus bulan puasa ada sedikit beda dengan hari-hari biasa. Durasi azannya singat dan tidak mendayu-dayu. Hal ini karena ada pesan dari imam agar azannya dipersingkat supaya orang yang hendak berbuka itu sama-sama dapat pahala sunnah: sunnah menjawab azan dan sunnah segera berbuka.

Di sekitar kampung itu, banyak sekali musala yang kalau bulan puasa mengumandangkan azan juga. Tapi hanya ada satu masjid yang mengumandangkan qiraah menjelang maghrib, disusul shalawat (yang biasanya dilantunkan oleh Syaikh Mahmud Khalil al Husari), lalu azan sesudah tiba waktunya.

Akan tetapi, ketika pembacaan shawalat hampir mencapai baris terakhir ("wa alaa aalika wa ashaabika ajmaiiin...." biasanya, belum pula azan, surau dan langgar di sekitar masjid jamik lain yang memang tidak ikut menjaga waktu dari awal dan hanya azan seringkali azan duluan, sering nyerobot: azan duluan. Akhirnya, azan di masjid jamik yang takmirnya memutar qiraah 30 menit sebelumnya itu akhirnya azan paling belakang... Pernah kejadian: s shalawat diputar hingga dua kali karena ternyata (mungkin) si takmir salah perhitungan untuk memantau waktu azan. Nah, kalau seperti ini kejadiannya, bisa berabe: azan duluan sebelum masuk waktu maghrib. Di hari-hari biasa mungkin mendingan karena orang tidak langsung mendirikan shalat, tapi di bulan puasa bisa berabe karena orang pasti langsung berbuka.

PERUMPAMAAN: kalau diibaratkan rasa ‘baper’, situasinya mirip orang yang menunggu waktu untuk melamar gadis ke orangtuanya, tapi begitu sampai di depan rumah, ternyata ada orang lain yang melamar dulaun dan diterima. Begitulah, saya kira orang nyerobot itu hanya ada di jalan raya, eh, azan pun ternyata ada juga.

Hargailah itu azan maghrib di bulan puasa. Dari siang ditunggu-tunggu, tapi bergitu ia datang dan berkumandang, kita cuekin begitu saja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar sesuai kegundulan