06 Juni 2019

Rapor Kita di Bulan Puasa



Ketika Ramadan selesai, apa yang tersisa? Lupa, hari-hari kembali berjalan seperti biasanya

Saya ingat, bulan puasa tahun ini saya absen tiga kali di mihrab saat tarawih, tapi bukan berarti tidak tarawih. Saya tetap menjadi mamkum di tempat yang lain. Jadi, untuk tarawih, saya hadir setiap malam dan kabar ini mestinya menyenangkan karena berarti saya telah menyelesaikan 30 malam, tak kurang.

Rapor puasa saya juga baik, tidak batal. Saya harap, Anda juga begitu. Lalu, kita bertanya, diterima atau tidak? Ini bukan urusan kita. Tapi, tentu saja kita akan berharap—sebagaimana doa yang kita panjatkan setiap selesai shalat witir—agar laporan amal kita, kelak, bakal diterima dan—nauzubillah—bukannya dihempaskan kembali ke muka kita sebagai tanda tidak diterima.

Mengaji Alquran? Bagaimana? Kita pasti akan ngaji di bulan puasa. Lebih baik lagi jika ngajinya sampai khatam, dan lebih baik-baiknya lagi kalau sampai khatamnya hingga lebih dari satu kali. Tapi, bagi yang mampu berpuasa saja sudah berat, mengaji dan khatam di bulan puasa akan tampak sebagai kegiatan mewah, padahal kita tahu, bulan puasa adalah “Bulan Alquran”. Maka, dengan sendirinya, kita harus malu kalau tidak mengisi hari-hari puasa dengan mendarasnya. Istimewa jika kita sanggup mempelajari kandungan atau tafsirnya.

Lalu, apa kesimpulan rapor kita selama sebulan ini?

Setelah masuk Syawal, di jalanan saya kembali bertemu dengan orang yang terus-menerus menyalakan lampu jauhnya dan persis nyentrong muka orang yang datang dari lawan arahnya. Saya juga bertemu dengan orang yang  kembali mengambil hak-hak orang lain, dari level paling rendah hingga level tertinggi. Yang paling rendah bahkan dapat dilihat langsung saat habis shalat ied,  yaitu orang-orang yang nyerobot antrian salaman dengan imam. Tak lama sesudahnya, akan terdengar pula gunjingan orang tentang dia yang kemarin puasa tanpa bolong tapi santai nyogok untuk mendapatkan kesempatan yang mestinya milik orang lain. Akan ada pula cerita orang yang tanpa merasa bersalah sedikit pun dalam melalukan dosa-dosa sosial dan environmental, bahkan ini biasanya terjadi langsung di pagi pertama bulan Syawal.

Jadi, kalau ingat ini, bagaimana rapor puasamu? Hanya nilai-nilai yang bagus tapi tanpa dampak yang juga bagus untuk memperbaiki kualitas ibadah dan kualitas hidup?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar sesuai kegundulan