15 Januari 2019

Mabuk Kepayang Rawon



Pernah dengar ungkapan “mabuk kepayang”? Frase ini—setidaknya dalam pemahaman saya—berasosiasi terhadap situasi tergila-gila akan sesuatu, terutama yang disebabkan oleh faktor asmara. Belakangan, saya baru tahu kalau kepayang itu ternyata nama lain dari keluak, atau kluwek kami sebut. Ia adalah jenis tumbuhan dan buah, bagian dari keluarga besar rempah-rempah.

Rawon Rosobo, Mojoagung, Jombang 
Kepayang itu memabukkan, bahkan dapat menjadi racun. Ia seperti gadung. Jika salah mencuci dan penyajian, si pemakan akan mabuk. Makanya, di tempat kami masyhur pula istilah mabuk gadung, mungkin sebagai imbangan daripada mabuk kepayang karena buah kepayang tidak populer di tempat kami.

Tapi, bagaimana rasanya sajian rawon andai tanpa kepayang? Rawon tanpa kecambah tetaplah rawon. Tapi, rawon tanpa kepayang atau kluwek, ia akan menjadi bukan rawon, atau rawon-rawonan, atau rawon palsu. Kepayang adalah rempah kunci untuk masalah berkuah hitam dan lezat ini. Dipasangi kepayang pun, jika tidak sesuai dengan kadar, seperti terlalu sedikit, misalnya, maka rawon pun tidak akan punya nilai standar kelezatan.

Dari sini saya sadar, betapa hebat rempah-rempah di Nusantara ini, di bumi Indonesia ini. Yang semula dianggap racun bisa jadi nikmat jika dicelupkan ke tempat yang benar. Begitu pula seperti buah pala yang di Barat dianggap sebagai sejenis narkotika Timur, karena dapat membuat orang tidur lelap. Pala adalah rempah yang digunakan untuk banyak jenis masakan. Bahkan, pala jauh lebih sering digunakan daripada kepayang. Di Maluku sana tempatnya, di Pulau Ternate khususnya.

Terima kasih harus kita sampaikan kepada penemu rawon, jangan cuma berterima kasih kepada Newton dan Thomas Alfa Edison.

3 komentar:

  1. Hahaha..

    Abdina juga baru tahu ini dari Jenengan, Ra. Membaca ini, jadi lebih jelas, mengapa #Ahmad Yulden Erwin tertarik dengan dan/meneliti tema rempah Indonesia untuk satu dari tiga antologi puisi terbarunya yang berjudul "Perawi Rempah", dan lolos sebagai nominator Buku Puisi Pilihan Kusala Sastra Katulistiwa. Ternyata frase 'mabuk kepayang' dan 'manusia gadungan' misalnya, bila ditelisik, keduanya memiliki hubungan kekerabatan dengan nama-nama rempah dan/atau buah dalam tanah :).

    https://www.buruan.co/ahmad-yulden-erwin-puisi-itu-sains/

    BalasHapus
  2. @ Soemarda: yang begitu juga ditulis oleh Azhari Aiyub. Kalau dalam Kura-Kura Berjanggut, saya tidak tahu.

    BalasHapus

Silakan berkomentar sesuai kegundulan