“Ya, sudah, sabar. Ikhlaskan saja barang yang sudah hilang itu. Semoga kamu dapat ganti yang lebih bagus..”
Sering mendengar ungkapan seperti ini, meskipun mungkin beda redaksinya? Ya, ini ungkapan pelipur lara untuk mereka yang baru kehilangan ponsel atau kecopetan dompet. Doanya juga sangat bagus.
Tapi, yang aneh adalah “ikhlaskan”. Mungkinkah ikhlas akan menyusul dongkol dan kesal karena kehilangan yang tidak dikehendaki?
Sejatinya, ikhlas itu lahir pada saat “memberi”, bukan setelah kehilangan.
6 komentar:
ya juga Ke. Mau ikhlas seharusnya tidak nunggu kehilanagan dulu. Mun saya paggun tak ikhlas dak mun kayak gitu. :D
Yaa, itu kan cara Allah untuk menganti barang yang hilang dengan yang lebih baru, ya dengan uang yang baru juga, tentunya :))
@Cinta S: ya bukan ikhlas, tetapi maksudnya dikhlaskan agar kedengarannya agak ikhlas... ha..ha..ha,
ingat: kedengarannya...
@Abbasi: tafsir untuk komentarmu itu ada di sini
http://kormeddal.blogspot.com/2008/11/ganti-yang-lebih-besar.html
ikuti tautan di atas, ya... harus baca!
he..he..he. dak baca, TILANG.
Ya namanya saja makhluk kok.. he
Yang penting jangan sampe ikhlas kalo kehilangan waktu sholat... :-D
Ya, betul juga. tapi dongkol dalam ikhlas memang duri dalam daging :-)
Ikhlaskan, maksudnya mungkin, realistislah, bahwa barangmu itu sudah hilang.
Jadi, kalau besok ketemu barang dan malingnya, diminta, ga, ya?
Posting Komentar