20 Maret 2021

Pengumuman-Pengumuman di Masjid

 

Saat mau melakukan shalat ta’khir magrib-isya di masjid Baiturrahman, Dumajah, saya bersirobok dengan papan pengumuman yang, dipasang di sana-sini. ‘Oh, ada banyak sekali peraturan di masjid ini rupanya,’ kata saya dalam hati. Petaraturan-peraturan tersebut ditempel di kamar mandi, toilet,  dan areal parkir.

 

Peraturan-peraturan sejenis sudah Anda lihat di masjid yang lain, bukan? Misalnya, anjuran “jagalah kebersihan masjid kita bersama” dan “sandal harap dilepas” itu standar sekali, biasa saja, sebagaimana anjuran “Hati hati dengan barang bawaannya” (yang sebetulnya bisa dibetulkan redaksinya menjadi hati-hati [terhadap] barang bawaan Anda).

Namanya saja iseng, maka saya amati satu per satu. Ternyata, peraturan-peraturan tersebut berisi larangan dan anjuran yang sifatnya keseharian, yang kalau saja kita pikir lebih jauh, sebetulnya kita tak perlu lah sampai diatur sebegitu jelimetnya macam begitu sehingga peraturan seperti itu ditempel di tempat umum.


Masalahnya, publik alias masyarawakat awam, eh, umum itu memang tidak suka berpikir panjang. Sukanya tindak cepat, pikir belakangan; ikuti yang sesuai keenakan, dampak urus belakangan.

Berikut beberapa pengumuman (larangan/anjuran) yang saya amati dan saya komentari:


“Jangan membuang popok/pampers sembarangan”

Lha, iya jelang, Dos. Masa kita mau buang popok sembarangan. Tidak dibuang sembarangan pun, kalau si popok dekat sama hidung kita, baunya tidak sedap. Bayangkan jika lokasi pembuangan popok secara sembarangan itu berlokasi di dekat masjid, di dalam toilet atau bahkan dekat tempat ambil wudu pula, kan cilaka. Alangkah betapanya tindakan seperti itu, dan betapa-alangkah-betapanya jika di dalam popok tersebut masih pula ada ee’-nya.


“Buanglah sampah pada tempatnya”

 

Ini anjuran dan pengumuman paling top se-Indonesia, dipasang di mana-mana. Teks seperti ini lazim kita lihat. Namun, andai saja kita sedikit berpikir, kita bisa bikin lebih baik, misalnya dengan mengganti redaksi menjadi “Jangan mudah bikin sampah!”. Coba pikir, sampah yang dibuang ke tempat sampah tetaplah menjadi sampah, cuman tidak kelihatan dari depan mata dan tidak berceceran, kan? Itu saja keunggulannya.

 

“Setelah pakek air, harap ditutup kembali”

 

Ini juga, termasuk pengumuman yang tidak masuk akal bagi orang-orang di luar sana. Bukan karena redaksi bahasanya yang rancu (tanpa menyebut kata ‘kran’), melainkan karena menunjukkan ada orang yang suka membuka kran dan tidak peduli untuk menutupnya.  Memang benarkah ada orang yang tidak peduli pada kran air yang terbuka sementara jeding sudah penuh dan meluap? Ada, dong, pastinya ada. Orang ‘genre’ seperti ini bernama genre absurd. Yang lebih tidak masuk akal daripada dia adalah dia yang ketika buka kran dan tak ada air, kran dibiarkan tetap terbuka (padahal semula tertutup, dia saja yang membuka). Ketika dia pergi, air dinyalakan oleh takmir, dan meluaplah jeding. Dia tidak tahu. Takmir tidak tahu.

 

“Dilarang mencuci mobil/ganti ban di area masjid tanpa terkecuali”.

 

Saya kira, pengumuman ini termasuk yang paling ganas, savage, yang mungkin dibuat dengan begitu emosional oleh si takmir masjid. Bagaimana mungkin ada tamu masjid yang dengan begitu santuy-nya memperlakukan halaman masjid ibarat bengkel vulkanisir dan/atau tempat cuci salju?

 

“Tidur di ruang ganti”

 

Yang ini bukan pengumuman, tapi kejadian. Memang, tidak ada plakat atau panjelasan apa pun bahwa area khusus di bagian selatan masjid tersebut adalah tempat kaum hawa ganti baju atau mengenakan mukena atau rukuh. Akan tetapi, adanya perlengkapan alat salat wanita, adanya tabir pemisah, sudah cukup jadi penanda bahwa petak itu bukanlah tempat untuk tidur, lebih-lebih bagi cowok. Kalau area itu ditempati orang tiduran, laki-laki pula, terus ibu-ibu dan mbak-mbak mau ganti baju dan pakai mukenanya di mana? Di toilet?

 

Dengan demikian, kesimpulannya, hal-hal yang sangat receh dan sederhana seperti ini sebetulnya tidak perlu dijadikan pengumuman, sebab kita mestinya harus tahu dan harus tahu diri bagaimana kita mesti bersikap di tempat umum. Lalu, mengapa bang takmir masjid sampai-sampai harus bikin pengumuman sebanyak itu? Dugaan saya karena dari saking banyaknya orang yang tidak peduli dan dengan asyiknya melakukan tindakan semena-mena.

 

Walhasil, kita itu sudah cukup banyak lah punya pakar dan intelektual, ahli, dosen-dosen, pemikir-pemikir, kiai-kiai, dan dai-dai, namun masih sangat kekurangan terhadap stok remaja dan papa-papa muda yang tidak malas berpikir.


18 Maret 2021

Salah Jalan


Hujan deras mengguyur kota Surabaya. Hari itu, Sabtu, 13 Maret 2021, saya melintasi Jalan Kenjeran, lurus ke Kapasan. Aspal, di beberapa tempat, bahkan nyaris tidak kelihatan, tertutup oleh genangan air.

Begitu putar balik di Jalan Gombong, saya lalu ambil sisi kiri, menyisi, untuk selanjutnya masuk ke Jalan Waspada, tapi celakanya saya malah yang kurang waspada. Akibat jarak pandang yang sangat buruk karena hujan, saya terjerumus ke pintu masuk Pasar Atom.

Setalah putar-putar di areal parkirnya, tibalah saya di pintu keluar.


“Berapa?”

“10.000,” kata petugas.

“Tapi saya tidak parkir, lho, Bu, cuman tersesat, salah jalan.”
“Iya, 10.000!” Entah mendengar alibi saya karena guyuran hujan atau karena memang mestinya begitu, saya tidak tahu, tapi begitulah jawaban beliau, sang ibu petugas pintu parkir.

 Kaca depan mengabut. Dalam hati ada kalut.  Kata orang, ini kadang disebut gabut.  

 

 

Entri Populer

Shohibu-kormeddaL

Foto saya

Saya adalah, antara lain: 6310i, R520m, Colt T-120, Bismania, Fairouz, Wadi As Shofi, Van Halen, Puisi, Hard Rock dll

Pengikut

Label

666 (1) Abdul basith Abdus Shamad (1) adi putro (1) adsl (1) Agra Mas (1) air horn (1) akronim (1) Al-Husari (2) alih media (1) Alquran (1) amplop (1) Andes (1) Android (1) anekdot (3) aula asy-syarqawi (1) Bacrit (2) bahasa (5) baju baru (1) baju lebaran (1) Bambang Hertadi Mas (1) bani (1) banter (1) Basa Madura (1) basabasi (1) batuk (1) bau badan (1) bau ketiak (1) becak. setiakawan (1) belanja ke toko tetangga (1) benci (1) bis (3) bismania (2) BlackBerry (1) Blega (1) blogger (2) bodong (1) bohong (2) bolos (1) bonceng (1) bromhidrosis (1) Buang Air Besar (BAB) (1) buat mp3 (1) budaya (1) buku (2) buruk sangka (2) catatan ramadan (4) celoteh jalanan (1) ceramah (1) chatting (1) chemistry (1) cht (1) Cicada (1) Colt T 120 (1) corona virus (1) Covid 19 (1) cukai (1) curhat (5) defensive driving behavior development (1) dering (1) desibel (2) diary (1) durasi waktu (1) durno (1) ecrane (1) etiket (17) fashion (2) feri (1) fikih jalan raya (1) fikih lalu lintas (1) fiksi (2) filem (1) flu (1) gandol (1) gaya (1) ghasab (1) google (1) guru (2) guyon (1) hadrah (1) handphone (1) Hella (1) hemar air (1) Hiromi Sinya (1) humor (2) IAA (1) ibadah (2) identitas (1) ikhlas (1) indihome (1) inferior (1) jalan raya milik bersama (1) jamu (1) jembatan madura (1) jembatan suramadu (2) jenis pekerjaan (3) jiplak (2) jual beli suara (1) Jujur (3) Jujur Madura (1) jurnalisme (1) jurnalistik (3) KAI (1) kansabuh (1) Karamaian (1) karcis (1) Karina (1) Karma (1) Kartun (1) kebiasaan (5) kecelakaan (2) kehilangan (1) kenangan di pondok (1) Kendaraan (2) kereta api (1) keselamatan (1) khusyuk (1) kisah nyata (7) Kitahara (1) kites (1) klakson (1) klakson telolet (1) kode pos (2) kopdar (2) kopi (1) kormeddal (19) korupsi (2) KPK (1) kuliner (2) L2 Super (2) lainnya (2) laka lantas (1) lakalantas (1) lampu penerangan jalan (1) lampu sein (1) layang-layang (1) lingkungan hidup (3) main-main (1) makan (1) makanan (1) malam (1) mandor (1) Marco (1) masjid (1) Mazda (1) MC (1) menanam pohon (1) mengeluh (1) menulis (1) mikropon (1) mimesis (1) mirip Syahrini (1) mitos (1) modifikasi (1) money politic (1) Murattal (1) musik (1) nahas (1) napsu (1) narasumber (1) narsis (1) Natuna (1) ngaji (1) niat (1) Nokia (1) nostalgia (2) Orang Madura (1) Paimo (1) pandemi (1) pangapora (1) paragraf induktif (1) parfum (1) partelon (1) pasar (1) pekerjaan idaman (1) pemilu (1) peminta-minta (1) penata acara (1) pendidikan (1) pendidikan sebelum menikah (1) penerbit basabasi (1) pengecut (1) penonton (1) penyair (1) penyerobotan (1) Pepatri (1) perceraian (2) Perempuan Berkalung Sorban (1) perja (1) perjodohan (1) pernikahan (1) persahabatan (1) persiapan pernikahan (1) pertemanan (1) pidato (1) plagiasi (2) plastik (1) PLN (1) pola makan (1) poligami (1) polisi (1) politik (1) polusi (1) polusi suara (2) Pondok Pesantren Sidogiri (1) ponsel (2) popok (1) popok ramah lingkungan (1) popok sekali pakai (1) PP Nurul Jadid (1) preparation (1) profesional (1) PT Pos Indonesia (1) puasa (5) publikasi (1) puisi (2) pungli (1) Qiraah (1) rasa memiliki (1) rekaan (1) rempah (1) ringtone (1) rock (1) rokok (1) rokok durno (1) rumah sakit (1) Sakala (1) salah itung (2) salah kode (3) sanad (1) sandal (1) santri (1) sarwah (1) sastra (1) sekolah pranikah (1) senter (1) sepeda (3) sertifikasi guru (1) sertifikasi guru. warung kopi (1) shalat (1) shalat dhuha (1) silaturahmi (1) silaturrahmi (1) siyamang (1) SMS (1) sogok bodoh (1) sopir (1) soto (1) sound system (1) stereotip (1) stigma (1) stopwatch (1) sugesti (1) sulit dapat jodoh (1) Sumber Kencono (1) Sumenep (1) suramadu (1) syaikhona Kholil (1) syawalan (1) takhbib (1) taksa (1) tamu (2) Tartil (1) TDL (1) teater (1) teknologi (2) telkomnet@instan (1) tengka (1) tepat waktu (1) teror (3) tertib lalu lintas (28) The Number of The Beast (1) tiru-meniru (1) TOA (2) tolelot (1) Tom and Jerry (2) tradisi (1) tradisi Madura (4) transportasi (1) ustad (1) wabah (1) workshop (1) Yahoo (1) Yamaha L2 Super (1)

Arsip Blog