Salah satu tekanan yang merendahkan (inferior) terhadap orang Madura adalah pernyataan bahwa Bahasa Madura tidak mengenal kosa kata yang sepadan dengan “hijau”. Dalam bahasa ini, hijau ditulis/dilafalkan “bhiru”.
Meskipun dalam Bahasa Madura ada kosa kata ejuh (ijo), namun umumnya selalu digandengkan dengan kata yang lain dan membentuk frase, misalnya “nyior eju” (kelapa [berwarna] hijau), “kacang eju” (kacang ijo), dan sebagainya. Penggunaannya pun sangat terbatas serta tidak lazim jika digunakan secara mandiri (eju).
Kembali ke masalah “bhiru”: dengan merujuk pada beberapa contoh, saya beranggapan sementara, “bhiru” dalam Bahasa Madura, baik ditulis bhiru, biru, atau bhiruh, memiliki makna ganda: hijau dan biru. Contoh “bhiru” (dengan arti hijau), antara lain, “bhiru daun” (hijau daun), “bhiru butol” (hijau seperti botol [kecap/Sprite]); “bhiru” (dengan arti biru), antara lain, “bhiru langnge’” (biru seperti warna langit), dan seterusnya.
Nah, ini contohnya. Di dalam STNKB kendaraan di bawah ini, “warna KB”-nya tertera “biru botol metalic”. Oh, ya, warna kendaraan di bawah ini hijau atau biru?