18 Januari 2009

KELIRU KAMPANYE


Di acara tahlilan Pak Fulan…


Seorang tokoh datang terlambat, yakni ketika tahlilan sudah dimulai. Kedatangannya mencuri perhatian. Yang telat, pasti mencuri perhatian.


“Oh, panjenengan, ya?” kata Sahrul yang menyambut tamu.

“Maaf, saya terlambat,” balas Su’din, orang yang baru datang itu.

“Oh, ndak apa-apa. Baru dimulai kok. Mari, silakan…”


…dan tahlilan pun berjalan sebagaimana biasa! Seusai acara, orang-orang bubar. Tetapi, sebagian yang lain tidak segera pulang karena rupanaya, Su’din tidak segera pulang. Yang lain sungkan. Su’din memulai pembicaraan bernuansa kampanye:


“Hmm. Maaf, telat. Soalnya tadi malam saya melayani tamu sampai larut malam. Kawan-kawan politisi mengundang saya untuk nyaleg. Sebetulnya saya tidak mau mencalonkan diri, tetapi mereka ngotot dan meminta serta memaksa saya untuk menjadi caleg dari PEG yakni “Partai-Eceran dan Grosir”. Saya bilang, pokoknya saya tidak mau mencalonkan diri. Saya akan merasa berat jika mendapat tugas mewakili suara rakyat. Kalau Kalian mau, ya, segala sesuatunya tolong Kalian yang persipakan. Pokonyna saya tidak mau ribet ngurus ini-itunya.”


Su’din menarik napas. Ia menebar senyuman kepada seluruh hadirin yang ada di majelis tahlilan itu. Setelah menyeruput kopinya, ia melanjutkan, “Ya, saya bilang ke mereka tentang suara hati saya itu. Dan mereka akhirnya sepakat. Mereka siap mengurus segala urusan administrasinya.” Su’din tersenym lagi, “Alhmdulillah. ternyata saya masih paraddu (laku) sama kawan-kawan dan masyarakat untuk menjadi caleg yang semoga nanti dapat mewakili suara-suara rakyat di gedung dewan.”


Su’din masih bercerita panjang lebar tentang masalah-masalah masyarakat yang sudah pernah ditanganainya. Pada intinya, dengan ceritanya itu, dia merasa memang cekatan dan mampu menjadi pengayom dan menjadi penyambung lidah masyarakat dengan pemerintah.


Tapi, tiba-tiba Sahrul menyeletuk, “Kalau begitu, saya tidak mendukung Panjenennan!”


Su’din terheran-heran.


Sahrul: “Lha, bagaimana mau mendukung orang yang gak niat? Tadi sampeyan bilang sebetulnya saya tidak mau mencalonkan diri, tetapi dicalonkan… Ini kan tanda gak niat. Saya takut nanti setelah Sampeyan jadi, malah males bersuara di dewan dengan alasan ‘dulu kan saya sudah bilang tidak mau mencalonkan diri…”


Tag: “tidak mencalonkan diri, tetapi mau kalau dicalonkan” adalah pernyataan yang mirip dengan “mengapa pohon-pohon kelapa itu ditebang? Ya, karena kalau dicabut gak ada yang kuwat, Bro!”



Teori Penamaan


Pada acara 40 hari wafat Bu’ Gammar, ibunda H. Saiful (depan PLN Guluk-Guluk), Dullatep (Abdul Lathif) menguasai forum. Ia memulai pembicaraan:

“Mengapa disebut Karang Jati? Karena di situ dulu banyak pohon jatinya!”
Demikian ia berargumen, mengacu pada komplek Karang Jati, kediaman Kiai Abdul Basith Bahar. Rupanya, dia ingin meneguhkan “teori penamaan” (kurang jelas, apakah demikian pula yang dikatakan oleh Vladimir Propp?). Akan tetapi, H. Hafid mencoba memancing di air keruh dengan mencoba membantahnya.
“Lho, itu di rosong, di tempatku, banyak pohon jatinya, kok tidak diberi nama Karang Jati?”
“Lha, beda itu,” potongnya, “karena penanaman jati di rosong itu adalah “jati proyek”, beda dengan Karang Jati tempatnya Kiai Abdul Basith!” Dan belum lagi ada orang lain yang menyahut, tanpa mempedulikan keberatan H. Hafid terhadap sanggahannya, Abdul Lathif meneruskan teorinya
“Dadduwi berarti Madunya Kiai Syarqawi; Berca berarti Somber Caca (sumber gosip); Karduluk artinya mekar dan dhuluk (subur)…”

Kini, giliran H. Saiful yang menyanggah, “Begini, Tep. Coba kamu perhatikan Kebun Jeruk, ndalemnya Kiai Naufal itu, mana ada pohon jeruknya? Gak ada, kan?”
Bagaimana jawaban dia?
“Siapa suruh mau diberi nama Kebun Jeruk! Salah sendiri mau dikasih nama begitu! Harusnya kamu menolak, Mister!”

11 Januari 2009

Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalu lintas (laka-lantas) merupakan ''pekerjaan rumah'' yang sangat berat bagi pihak kepolisian, (apa juga Dep.Hub, ya?). Di samping karena angka kecelakaan yang bertambah, jumlah kendaraan bertambah, jumlah orang terburu-buru bertambah, juga karena ini adalah ''pekerjaan jalan'' yang dikerjakan di rumah (''pekerjaan rumah')'.

Konon, meskipun pertumbuhan GDP / pemasukan per kapitanya berbeda, Indonesia, India, dan Italia dapat disamakan dalam hal lalu lintasnya. Katanya si empunya cerita: sama-sama tidak disiplin!
Ini cuma gambaran:

seorang kawan bercerita kalau pada suatu saat, ia mengajak kawannya yang orang Brazil, naik bis ''Restu'' dari arah Malang menuju Surabaya. Si Brazil ini sudah minta ampun dan tobat amit-amit mau turun melihat cara mengemudi bis yang tampaknya lebih hebat daripada Schumi.

Padahal, bis baru nyampe Singosari. Kawan saya itu memenuhi permintaannya. Akhirnya, si Brazil mengajak pindah ke bis yang lain. Eh, sopir bis "Pemudi'', bis yang yang akhirnya dicegatnya itu, juga tak kalah hebatnya.

Akhirnya, mereka berdua tetap naik bis tersebut ke Surabaya. Kawan saya santai saja. Sedangkan si Berhasil ini tidak ''brazil'' menaklukkan ketegangannya: sport jantung Malang-Surabaya.
(Buat K. Naqib Hasan, maaf saya tidak mengganti nama bis Restu dan Pemudi dengan Jawa Indah dan Pelita Mas; buat Pak Darmaningtyas: ''Apakah Instran sudah mengadakan penelitian tentang laka-lantas dan munghubungkannya dengan kecerdasan korban/pengguna jalan?'')

Nah, enaknya gimana, ya? Masyarakat tidak senang antri. Palang pintu kereta api pun diterobos kalau keretanya kelamaan lewat. Bikin SIM pakai "orang dalam" karena males antri (meskipun memang sering tanpa tes), akibatnya; lampu sen/leting yang berkedip-kedip itu pun dikira lampu disko. Gak tau gunanya kalau lampu itu diciptakan agar berguna BAGI ORANG LAIN dan bukan buat diri sendiri. Lampu lalu-lintas (lampun merah) pun diterabas. Setelah kena semprit, sebelum terjadi gencatan senjata atau tilang, berdialog dulu yang enak;

DIALOG I:
Petugas; ''tau apa gunanya lampu merah?''
Pelanggar; ''tau, pak.''
Petugas; ''kok nerobos?''
Pelanggar; ''gak kelihatan soalnya''
Petugas; ''hah?? lampu terang gede merah kayak itu masih gak kelihatan?''
Pelanggar; ''bukan lampunya, pak. Bapaknya yang nggak kelihatan sama saya. Eh, pak, emang dari tadi bapak ada di mana sih?''

DIALOG II (setelah ditilang):
Petugas; ''Hati-hati di jalan. Jangan grusa-grusu.. Keluarga Anda menunggu di rumah''
Pelanggar; ''lha, ya, itulah... Saya ada tamu dari jauh, tadi ditelepon. Makanya terburu-buru, Pak. Saya ditunggu keluarga di rumah..''

LAMPU BIS

Bagi Anda yang akan melakukan saro atau perjalanan malam hari (terutama dari arah Madura ke Jawa yang notabene akan naik AKAS), info ini mungkin bisa jadi bahan perenungan; sejenis payung sebelum hujan.

Di malam hari, saya sering melihat orang yang salah cegat bis. Dikira bis, eh, ternyata truk. Pemandangan ini saya lihat di partelon Prenduan. Keadaan seperti ini, pada malam hari, dapat disiasati dengan cara melihat ''lampu kota''-nya (karena kalau malam, pengawal partelon seperti Pak Ahmad yang suka membantu kita mencegat bis biasanya sudah undur diri/off air).

TRUK: lampu kotanya ada di tengah dan atas (bak)
BIS: lampu kotanya ada di atas dan tidak ada di tengah
TRUK: lampu kotanya cenderung warna-warni kayak lampu disko
BIS: lampu kotanya rata-rata satu warna (kuning) karena memang buat bis, bukan buat lampu disko

Lagi..(khusus Madura), perhatikan ciri-ciri ini.

AKAS ASRI: 6 lampu berwarna kuning berderet sejajar

AKAS NNR: 6 lampu berderet sejajar; 5 berwarna kuning, 1 (di bagian kanan atas) berwarna merah

MILA: 6 lampu berderet sejajar; 4 berwarna kuning, 2 (masing-masing di ujung kiri/kanan) berwarna hijau

AKAS IV (warna ABU-ABU; biasanya jurusan Muncar (via Situbondo) atau Bondowoso (via Arak-Arak): 6 lampu berwarna kuning, TETAPI TIDAK sejajar; 1 di ujung kiri, 4 di tengah, 1 lagi di ujung kanan

*) Lampu kota AKAS AG ([grup AKAS-II], PELITA MAS, dan AKAS I [yang tulisan AKAS-nya ditulis secara terpisah/tidak berangkai]) belum dapat diinformasikan.

DAMRI: posisi lampu kotanya mirip AKAS IV, hanya saja lampu bagian tengah berwarna biru

BIS MALAM (Karina, Pahala Kencana, Safari Dharma Raya, dll.): hampir semua bis malam hanya menggunakan 2 lampu kota di bagian atas dan berwarna kuning. Mereka irit strum karena trayeknya jauh.

TIPS: ini sekadar contoh. Jika Anda hendak ke Besuki (langsung gak pakai operan) pada malam hari, cegatlah bis yang memiliki ''6 lampu berwarna kuning, TETAPI TIDAK berderet sejajar; 1 di ujung kiri, 4 di tengah, 1 lagi di ujung kanan''.

"DILARANG MENGELUARKAN ANGGAUTA BADAN. HATI-HATI BARANG BAWAAN ANDA. BARANG HILANG ATAU RUSAK DITANGGUNG SENDIRI DAN JANGAN CARI GANTI NGEMBAT BARANG ORANG LAIN"


04 Januari 2009

BAIZAR DAN SARAN BERKENDARA


Baizar (bacanya bis3r) adalah sopir berpengalaman yang tua di atas jok T-120: jadi sopir taksi sejak usia 16 tahun. Banyak keahliann yang kutahu. Dia bisa memperlakukan colt T seperti Ferrari saat berputar balik 360°. Berlebihan? Ya, biarlah. Tapi ini sarannya untuk sopir-sopir muda:

SAAT MAU BERANGKAT:
* jangan lupa baca basmalah
* jangan kormeddal, lihat spion lebih dulu
* pastikan melepas hand rem (rem tangan) sebelum berangkat, injak pedal gas perlahan dengan tumit menyentuh lantai agar mobil bergerak tanpa hentakan; (jangan injak rem saat mau berangkat karena mobil ndak bakal mau bergerak).

SAAT MENGOPER:
* ngopernya pelan-pelan saja, Coy, biar ndak cepet rusak itu perseneling, apalagi kamu pakai Hiace tahun 80-an; tapi ndak apa-apa kecuali kalau mobil kamu bukan Hiace
* manfaatkan gaya dorong kendaran agar kamu dianggap mengerti fisika, nggak usah maksa mamacu kendaraan sampai 3500 - 4000 rpm untuk mengoper biar ndak dikira sedang angkut semen berpuluh-puluh zak

SAAT MENDAHULUI:
* pastikan tidak ada rintangan kalau sedang mendahului, karena lawan arah bukan togel yang bisa ditebak
* jangan mendahului di tikungan saat berada pada jalan dua arah di siang hari, kecuali memang ingin menunjukkan kalau IQ, SQ, dan E.S.Q kamu jelek

SAAT PARKIR:
* kalau memarkir kendaraan, pastikan roda depan lurus dengan roda belakang; jangan biarkan dalam posisi "serong kanan" biar ndak dikira tidak modis dalam etiket berparkir
* kalau mundur saat parkir dan mobil kamu ndak pakai CCTV atau sensor di bumper belakang, cukup liat spion saja, ndak perlu melongokkan kepala keluar jendela biar ndak kayak kucing

PESAN TAMBAHAN:
* ndak usah ngebut di jalanan agar ndak dikira "kebeles pipit"
* jika memang terburu-buru, berangkatlah sehari sebelumnya

Semua pesan ini disampaikan Baizar kepada wartawan KormeddaL untuk saya dan kaum sopir yang muda-muda!


JUNG-JUNGAN: TA' KALA A-JUNG


Tiago: kalo di negaraku, (dia ini orang Brazil, bukan orang Portugal) minum kopi itu gratis. Di negaramu ini kok mahal, ya. Aku beli kena 35.000 di Starbuck.

Jamudin: ya, maklumlah, Go! negaramu kan kaya kopi. Di sana juga banyak kayu, ya?

Tiago: ya, kayu di Hutan Amazon itu emang mau diapain kalau gak ditebang. Kalaupun ditebang tiap hari, sampai kiamat pun gak bakal gundul. Paling-paling kayak kamu si "Agus Umar": agak gundul sedikit -- untung masih ada rambut.

Jamudin: kaya pisang juga, kan? Negaramu itu memang negara pisang!

Tiago: Ho-o.. di samping banyak, pisang di negaraku itu gede-gede. Bahkan ada yang kayak "Monas".

Jamudin: Hah??? Gede amir... Tapi, di negaraku sini ada pembuat wajan yang segede-gede stadion Sao Paulo itu.

Tiago: emang buat apa wajan segede itu?

Jamudin: ya, buat menggoreng pisang yang kamu bilang kayak Monas itu…


Entri Populer

Shohibu-kormeddaL

Foto saya

Saya adalah, antara lain: 6310i, R520m, Colt T-120, Bismania, Fairouz, Wadi As Shofi, Van Halen, Puisi, Hard Rock dll

Pengikut

Label

666 (1) Abdul basith Abdus Shamad (1) adi putro (1) adsl (1) Agra Mas (1) air horn (1) akronim (1) Al-Husari (2) alih media (1) Alquran (1) amplop (1) Andes (1) Android (1) anekdot (3) aula asy-syarqawi (1) Bacrit (2) bahasa (5) baju baru (1) baju lebaran (1) Bambang Hertadi Mas (1) banter (1) Basa Madura (1) basabasi (1) batuk (1) bau badan (1) bau ketiak (1) becak. setiakawan (1) belanja ke toko tetangga (1) benci (1) bis (3) bismania (2) BlackBerry (1) Blega (1) blogger (2) bodong (1) bohong (2) bolos (1) bonceng (1) bromhidrosis (1) Buang Air Besar (BAB) (1) buat mp3 (1) budaya (1) buku (2) buruk sangka (2) catatan ramadan (4) celoteh jalanan (1) ceramah (1) chatting (1) chemistry (1) cht (1) Cicada (1) Colt T 120 (1) corona virus (1) Covid 19 (1) cukai (1) curhat (5) defensive driving behavior development (1) dering (1) desibel (2) diary (1) durasi waktu (1) durno (1) ecrane (1) etiket (17) fashion (2) feri (1) fikih jalan raya (1) fikih lalu lintas (1) fiksi (2) filem (1) flu (1) gandol (1) gaya (1) ghasab (1) google (1) guru (2) guyon (1) hadrah (1) handphone (1) Hella (1) hemar air (1) Hiromi Sinya (1) humor (2) IAA (1) ibadah (2) identitas (1) ikhlas (1) indihome (1) inferior (1) jalan raya milik bersama (1) jamu (1) jembatan madura (1) jembatan suramadu (2) jenis pekerjaan (3) jiplak (2) jual beli suara (1) Jujur (3) Jujur Madura (1) jurnalisme (1) jurnalistik (3) KAI (1) kansabuh (1) Karamaian (1) karcis (1) Karina (1) Karma (1) Kartun (1) kebiasaan (5) kecelakaan (2) kehilangan (1) kenangan di pondok (1) Kendaraan (2) kereta api (1) keselamatan (1) khusyuk (1) kisah nyata (7) Kitahara (1) kites (1) klakson (1) klakson telolet (1) kode pos (2) kopdar (2) kopi (1) kormeddal (19) korupsi (2) KPK (1) kuliner (2) L2 Super (2) lainnya (2) laka lantas (1) lakalantas (1) lampu penerangan jalan (1) lampu sein (1) layang-layang (1) lingkungan hidup (3) main-main (1) makan (1) makanan (1) malam (1) mandor (1) Marco (1) masjid (1) Mazda (1) MC (1) menanam pohon (1) mengeluh (1) menulis (1) mikropon (1) mimesis (1) mirip Syahrini (1) mitos (1) modifikasi (1) money politic (1) Murattal (1) musik (1) nahas (1) napsu (1) narasumber (1) narsis (1) Natuna (1) ngaji (1) niat (1) Nokia (1) nostalgia (2) Orang Madura (1) Paimo (1) pandemi (1) pangapora (1) paragraf induktif (1) parfum (1) partelon (1) pasar (1) pekerjaan idaman (1) pemilu (1) peminta-minta (1) penata acara (1) pendidikan (1) pendidikan sebelum menikah (1) penerbit basabasi (1) pengecut (1) penonton (1) penyair (1) penyerobotan (1) Pepatri (1) perceraian (2) Perempuan Berkalung Sorban (1) perja (1) perjodohan (1) pernikahan (1) persahabatan (1) persiapan pernikahan (1) pertemanan (1) pidato (1) plagiasi (2) plastik (1) PLN (1) pola makan (1) poligami (1) polisi (1) politik (1) polusi (1) polusi suara (2) Pondok Pesantren Sidogiri (1) ponsel (2) popok (1) popok ramah lingkungan (1) popok sekali pakai (1) PP Nurul Jadid (1) preparation (1) profesional (1) PT Pos Indonesia (1) puasa (5) publikasi (1) puisi (2) pungli (1) Qiraah (1) rasa memiliki (1) rekaan (1) rempah (1) ringtone (1) rock (1) rokok (1) rokok durno (1) rumah sakit (1) Sakala (1) salah itung (2) salah kode (3) sanad (1) sandal (1) santri (1) sarwah (1) sastra (1) sekolah pranikah (1) senter (1) sepeda (3) sertifikasi guru (1) sertifikasi guru. warung kopi (1) shalat (1) shalat dhuha (1) silaturrahmi (1) siyamang (1) SMS (1) sogok bodoh (1) sopir (1) soto (1) sound system (1) stereotip (1) stigma (1) stopwatch (1) sugesti (1) sulit dapat jodoh (1) Sumber Kencono (1) Sumenep (1) suramadu (1) syaikhona Kholil (1) takhbib (1) taksa (1) tamu (2) Tartil (1) TDL (1) teater (1) teknologi (2) telkomnet@instan (1) tengka (1) tepat waktu (1) teror (3) tertib lalu lintas (28) The Number of The Beast (1) tiru-meniru (1) TOA (2) tolelot (1) Tom and Jerry (2) tradisi (1) tradisi Madura (4) transportasi (1) ustad (1) wabah (1) workshop (1) Yahoo (1) Yamaha L2 Super (1)

Arsip Blog