Ada dua sikap
terburu-buru yang saya catat di bulan puasa ini. Yang pertama berasa langsung,
yang kedua harus direnungkan lebih dulu untuk merasakan sensasi
keterburu-buruannya. Mari simak satu per satu.
SEGERA BUKA
Termasuk sunnah
puasa adalah segera berbuka, selain sahur dan mengakhirkan waktu sahurnya.
Tapi, yang dialami oleh Nidin ini ternyata berbeda di saat untuk pertama
kalinya ia berkunjung ke rumah bibinya.
Sore itu, ia haus
sekali karena sahurnya kebablasan, tidak bangun dan tidak sempat makan sahur. Ia
bibi sudah menyiapkan minuman pembuka, semacam es blewah, dan sudah siap di
tangan kanannya. Begitu terdengar grakgrok-grakgrok dari TOA masjid dan disusul oleh lantunan "Allaaa...h", langsung saja si Nidin ini main teguk saja.
Bibinya—yang ketika itu melihat—sontak
membelalak, memanggil-manggil
Nidin untuk melarangnya: "Diiiiiin...."
Apa daya, setengah
gelas sudah tandas. Nidin menoleh
dan ia sadar kalau suara di TOA bukanlah azan, melainkan si takmir membaca
shalawat sebagai pengantar menjelang azan maghrib yang merupakan kebiasaan di
masjid rumah si Bibi tersebut.
"Allaaah...”
“....humma
shaalli 'alaa Muhammad. Yaa rabbi shalli 'alaihi wa sallim..."
PERUMPAMAAN: kejadian
ini ibarat main bola 45 menit x 2 dan tidak kebobolan gol sama sekali, tapi
pada masa-masa injury time, ia nendang bola mau
dikembalikan ke kiper, tapi si kiper lengah dan terjadilah gol bunuh diri
* * *
SEGERA AZAN
Di langgar
Al-Furqan, azan maghrib khusus bulan puasa ada sedikit beda dengan hari-hari
biasa. Durasi azannya singat dan tidak mendayu-dayu. Hal ini karena ada pesan
dari imam agar azannya dipersingkat supaya orang yang hendak berbuka itu
sama-sama dapat pahala sunnah: sunnah menjawab azan dan sunnah segera berbuka.
Di sekitar
kampung itu, banyak sekali musala yang kalau bulan puasa mengumandangkan azan
juga. Tapi hanya ada satu masjid yang mengumandangkan qiraah menjelang maghrib,
disusul shalawat (yang biasanya dilantunkan oleh Syaikh Mahmud Khalil al
Husari), lalu azan sesudah tiba waktunya.
Akan tetapi, ketika
pembacaan shawalat hampir mencapai baris terakhir ("wa alaa aalika wa ashaabika
ajmaiiin...." biasanya, belum pula azan, surau dan langgar di sekitar
masjid jamik lain yang memang tidak ikut menjaga waktu dari awal dan hanya azan
seringkali azan duluan, sering nyerobot: azan duluan. Akhirnya, azan di masjid
jamik yang takmirnya memutar qiraah 30 menit sebelumnya itu akhirnya azan
paling belakang... Pernah kejadian: s shalawat diputar hingga dua kali karena
ternyata (mungkin) si takmir salah perhitungan untuk memantau waktu azan. Nah,
kalau seperti ini kejadiannya, bisa berabe: azan duluan sebelum masuk waktu
maghrib. Di hari-hari biasa mungkin mendingan karena orang tidak langsung
mendirikan shalat, tapi di bulan puasa bisa berabe karena orang pasti langsung
berbuka.
PERUMPAMAAN: kalau
diibaratkan rasa ‘baper’, situasinya mirip orang yang menunggu waktu untuk
melamar gadis ke orangtuanya, tapi begitu sampai di depan rumah, ternyata ada
orang lain yang melamar dulaun dan diterima. Begitulah, saya kira orang
nyerobot itu hanya ada di jalan raya, eh, azan pun ternyata ada juga.
Hargailah itu
azan maghrib di bulan puasa. Dari siang ditunggu-tunggu, tapi bergitu ia datang
dan berkumandang, kita cuekin begitu saja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar