“Tolong belikan lontong…”
“Di mana?” tanya Lutfi.
“Di warung selatan STIKA, itu lho yang jualan rujak.”
Tiga belas menit berselang, si Lutfi datang membawa sebungkus rujak. Dengan senyum manis ia berkata, “Maaf, tak ada kembalian. Soso’-nya dikasih krupuk!” (waduh, mata uang rupiah yang baru lagi, nih)
Setelah beterima kasih dan si Lutfi pergi, saya panggil Zuhdi.
“Di, tolong belikan lontong, satu saja, di warung selatan STIKA. Barusan saya nyuruh Lutfi tetapi ia salah paham; beli rujak lontong,” kata saya sambil menyerahkan beberapa lembar uang dari saku. Saya lupa tidak melihatnya, berapa.
Tiga belas menit berikutnya, Zuhdi datang membawa lebih dari satu lontong dan tidak ada uang kembalian. Oogh!
6 komentar:
Hehehe.. benar-benar "HIM" :))
Mon ghun Lutfhi ben Zuhdi, tak cokop untuk dibilang 'alaihim, jadi harus ditambah satu orang lg, yaitu Kormeddal sendiri. =))
Cangkolang sakone'...!
sakalangkong ampon kasokan napseragi...
ta'langkong se nyaman ngobu pesse krenningan beih ta' osa soso' PASTI PASSS!!
HIM yang atas mengacu pada bahasa Arab
HIM yang perlu ditambah mengacu pada bahasa Inggris.
Saya menjawab, "Hmmmm...." ndak pakai "i"
Sawa'un kal pathés...
Posting Komentar