Setelah terucap: “Saya menjual, saya membeli”, ijab-qabul telah terjalin, jual-beli telah terjadi.
Pukul 4.35 pagi, 14 September 2009, mobil ini telah pergi meninggalkan Sabajarin menuju Banyuwangi. Selamat jalan, Mazda! Jasamu padaku cukup banyak meskipun beberapa kali kamu pernah merepotkanku: putus ban kipas dan batere-mu yang gak nge-charge. Dan terjadilah dorong-dorongan. Tapi, da’ apa-apa da’. Biarlah, aku terima itu. Karena dibandingkan dengan jasa-jasamu mengantarkanku pergi ke mana-mana, itu tak seberapa.
Dan ingat ini, ya! Tak perlu pakai acara mogok! Meskipun bagiku mogok itu “mobiliawi”, seperti halnya sakitku yang “manusiawi”, tapi tolong kasihani tuanmu yang baru. Dia masih belum akrab dengan hal-hal semacam itu.
Selamat jalan, semoga selamat sampai tujuan. Hati-hati di jalan. Jangan paksa kalau tubuh capai. Jangan menyalip kalau pandangan tak bebas. Itu bukan tekat, tapi kormeddal namanya!
* * *
Seolah punya perasaan, mobil itu berjalan pelan meninggalkan sesuatu di dada dan mataku. Dengan pengemudi Haji Alwalid dan co-driver Ahmad Kholis, cahaya lampu kota mobil itu merembes dalam gelap, merah di kanan dan putih di kiri karena kaca lampunya yang telah pecah, pelan-pelan semakin meredup, lalu menghilang di tikungan, di atas Sumber Daleman.
Catatan: kok bisa ada emosi di sana, ya? Padahal, ini kontak besi dengan hati. Dari mana chemistry itu? Lalu, jika dengan "besi" saja bisa tersentuh, masa aku tidak akan tersentuh dengan hati sesama? Keterlaluan, kan? :-)
2 komentar:
Subhanalloh.....
Masya Allah...
Terima kasih tasbih-nya, A-chen
Posting Komentar