“Kalimat efektif itu, Saudara- saudara,” kata Pak dosen itu berapi-api, “Adalah kalimat yang secara tepat mampu mewakili gagasan atau perasaan si penulis. Kita semua tahu, bahwa kalimat itu tidak serta-merta dengan sendirinya akan dapat mewakili apa yang kita sampaikan, bukan? Kadang-kadang, saat kita menulis A, yang muncul justru tanggapan bernada B; salah-paham.”
Pak dosen mundur selangkah ke belakang, mendekati papan, lalu menambahkan begini: “Lagi soal kalimat efektif: agar efektif, kalimat hendakanya memiliki kesatuan gagasan, yakni lengkap subjek-predikatnya, dan boleh objek dan keterangan jika dibutuhkan, harus padu, hemat bahasanya, tidak bertele-tele.”
“Dan tentunya, agar kalimat kita benar-benar efektif, kita juga harus “sadar diksi”, kita harus bisa memilah dan memilih kata yang benar-benar cocok. Tidak menggunakan “mengintip”, meliankan “menjenguk”, jika yang kita maksud adalah “melihat orang sakit”. Oya, ejaan dan tanda baca harus diperhatikan juga ya!”
Diam sejenak. Tampaknya, kali ini saatnya untuk membuka sesi pertanyaan.
“
Semua mahasiswa extension yang kebanyakan telah berusia 30 tahun ke atas itu diam saja. Sepertinya mereka sudah sangat paham dengan penjelasan materi “kalimat efektif” hari itu.
“Mari,” kata pak dosen mempersilakan sekali lagi. “Apa Anda semua sudah paham betul dengan kalimat efektif ini?” Wajah-wajah datar menghampar di hadapan pandangan pak dosen berkaca mata itu.
Tiba-tiba, satu orang mengacungkan tangan.
“Iya!” Kata pak dosen menyambut dengan senyuman
“Efektif itu artinya apa, Pak?”
5 komentar:
huahahahahaha...cukup satir
ini cerita beneran, lho... satir dan getir.
@a-chen: senyum juga atas senyummu...
Dosen punya mahasiswa bernama Nidin.
@aNONIM: makasih sudah membaca
Posting Komentar