Tadi malam, habis Isya’…
Membuntuti dua pengendara sepeda motor: setelah melewati satu pengendara sepeda motor, kini giliran pengendara-berboncengan berikutnya. Namun, saat hendak kusalip, tanjakan di depan. Kuurungkan niat karena pandangan tidak bebas. “Setelah tanjakan, baru kudahului,” begitu pikirku.
Saat itu, persneling ada pada gigi terakhir. Laju Titos du Polo lumayan cepat. Dan setelah tanjakan, tiba di jalan datar, barulah aku mendahului pengendara sepeda motor dengan boncengan seorang ibu menggendong bayi dalam dekapannya. Sekilas kulihat begitu. Persis, ketika sedang menyalip, tiba-tiba, dari arah depan tampak bayangan: sebuah sepeda motor tanpa lampu. Betapa kaget diriku. Meneruskan menyalip tidak mungkin karena gugup. Kalau aku nekat, aku menjamin, dalam kecepatan segitu, pengendara motor tidak berlampu itu akan terpental beberapa meter dari jalan raya.
Kuinjak pedal rem, mantap dan dalam. Tiba-tiba, terjadilah keanehan itu: menjelang beberapa depa lagi sepeda motor dan kendaraanku nyaris adu-kambing, tiba-tba si pengendara motor—yang kutahu belakangan Suzuki Satria Merah 2 Tak—menyalakan lampu depananya. Maysa Allah. Ternyata sepeda motor ini ada lampunya. Kok ya belagu-belagu-nya mematikan lampu utama? Cari celaka! Dan hebatnya, saat kami berpapasan, si pengendara sepeda motor malah menarik gagang gasnya dalam-dalam, blayer sebanyak dua-tiga kali, menunjukkan sikap arogannya.
Tiba di rumah:
“Apa yang Anda pikirkan?” Kata Facebook.
“Selama 30-an menit, aku nyaris tetap tidak mempercayai kejadian yang telah aku alami itu. Betul, semkain banyak keanehan di sekelilingku.” Demikian, ingin kutuliskan hal itu, tapi tak jadi karena doa dalam hatiku berbunyi begini: “Semoga, orang-orang arogan seperti itu segera diberi kesadaran, atau penyadaran, oleh Allah Sang Pemilik Bumi dan Seisinya dan Juga Pemilik Jalan Raya dan Lalu Lintasnya, lewat apa pun bentuknya.
8 komentar:
Untuk Rem titosDupolonya masih pakem. Cobak tidak. Gimana laMtas.. Pon tinggel Keh. se Penting salamet dimen..
waduh.. nUlisa "untung" teppak ka "untuk" taker.. :(
SALAH GAK APA-APA
yang penting komentar teratas...
Tiba di rumah:
“Apa yang Anda pikirkan?” Kata Facebook.
Suka dengan kata2 ini neh.. :-D
@Achen Cenderawasih:
habis, nanya begitu terus..
ehm memang lebih prayogi mendoakannya ya... :-)
@Anonim: semoga saja "iya" dan saya juga :-)
Mak saya terro norkopah, Kak? Bhuh...(sambih acopa dan berkacak pinggul :D)
Posting Komentar