Di mushalla rumahku, hal semacam ini juga berlangsung selama bertahun-tahun. Meskipun yang mendaras Alquran tidak banyak, namun dari jumlah yang sedikit itu, yang patut diacungi jempol adalah kesiapan mereka untuk duduk bertahan di depan kitab suci Alquran selama berjam-jam.
Namun, sejak tahun yang lalu, atas permintaan beberapa pini sepuh, lantunan orang yang mendaras Alquran akhirnya tidak lagi dikumandangkan melalui loud speaker yang umumnya digantung di tiang penyangga khusus, atau menara. Alasannya, suara yang keras bukan tidak mungkin akan mengganggu ketengangan warga sekitar, apalagi jika salah seorang tetangga mushalla ada yang sakit dan butuh ketenangan.
10 komentar:
Saya kan memang tanyak dari dulu, sama sampeyan dak dijawap-jawap: apa hukum lospiker, Kak?
Jangan dijawap "tidak apa-apa, asal merk marshal"....
Pangapora: kamu mimang, sungguh pandai kamO. Itulah yang kumaksud ternyata sudah kamu maksud. "Maksudnya terkandung dalam hatinya masing-masing," kata Pak Tetanggaku itu.
Hahahaha....bikin ketawa bc komentar pangapora. Hahahahahahha......
MasyaAlloh......
Selalu ada untung dan ruginya. Kalau lospiker, siapa tahu orang yang mendengarkan jadi pengin ikutan. Kalau orang sakit, sih, biasanya malah suka dengar orang ngaji.
Tapi Misnawar, tetangga saya, pasti terganggu karena isterinya yang lagi liat sinetron jadi naikkan volume tvnya kuenceng sekali untuk imbangi suara orang baca Quran.
Yans: sedih saya! nulis serius selalu ditakdirkan mendapat komentar yang ciqiqiqiqiqk..... lain kali gak mau serius lagi, ah...
Qudsi: keluarga Misnawar banyak di sekitar kita. Selalu ada perkecualian dan selera umum dalam penetapan hukum :-)
Guh... keLlas beRRat ini... ;-)
Beruntung masih punya Pini Sepuh yang begitu perhatian, katanya memang gitu ya, kalo Ibadahpun harus tahu adab dan tata caranya, dan Saya tak bisa membayangkan pas nanti ada Orgen Tunggal ngorkess ampe larutlarutmalam di sekitar musholla tadi... waduh panjang tapi kok mbingungi keknya ya, ndak papa wis komentarnya orang bingung mo ngomentarin apa... he
Kak.... Postingmu pennuh hikmah...
Aduh Kak. Maaf. Ternyata saya baru baca posting ini sekarang. Setelah baca, langsung saya komentari. Ternyata.... Aduuuuu.... Malu saya, Kak. Ternyata saya sudah punya komen di posting ini. Paling atas lagi. Padahal saat itu KAYAKnya saya belum baca. Aduuuu.... Malu saya, Kak.
Posting Komentar