Adalah Pak Sander. Dia adalah tukang tambal ban yang menekuni pekerjaannya sampai usia tua. Apa yang saya perlu ceritakan dari Pak Sander ini adalah karena dia menekuni pekerjaannnya itu tidak saja sebagai sumber penghidupan. Ya, memang seberapa banyakkah laba dari usaha tambal ban? Sering kali tengah malam orang mengetuk pintu rumahnya untuk minta tolong. Pak Sander tetap menganggap “pasien”-nya itu sebagai tamu. Karena itu, Pak Sander membuatkannya secangkir kopi lebih dulu sehingga orang tersebut bisa santai sambil menunggu ban sepeda motornya selesai ditambal.
Pak Sander adalah tukang tambal yang langka karena dia tidak akan marah dan tidak menggerutu jika dibangunkan tengah malam sekali pun. Namun, sisi lain dari kebaikan ini, ada pula terkadang orang yang memanfaatkannya. Misalnya, ada pengendara sepeda motor lalu meminta tolong ditambalkan bannya, tengah malam, dibikinkan kopi, dan meningglakan utang dengan alasan tidak membawa uang receh atau ketinggalan dompet. Utang-utang itu pun terus tak terlunasi sampai sekarang, sampai Pak Sander telah berpulang. Kasihan.
* * *
Tadi malam, saya menemukan hal serupa. Sewaktu numpang ojek dari Prenduan ke Guluk-Guluk pukul 02.10 dinihari, saya ikut ojek Pak Ram. Ban depan motor Kaze-nya pecah setelah kira-kia 4 kilometer perjalanan. Pak Ram ini menepikan kendaraannya di sebuah rumah di tepi jalan. Ia mengetuk sebuah sambil memanggil sebuah nama. Si tukang tambal keluar sambil kucek-kucek mata. Saya tidak melihat dia merengut. Ia mengeluarkan perkakas dan segera menambal. Kira-kira 20 menit, pekerjaannya selasai kami pun berngkat kembali. Pak Ram berkata, “Memang dia begitu. Dia mau dibangunkan kapan saja jika ada orang yang membutuhkan pertolongannya.”
Saya menjawab, “Orang seperti dia itu pasti sudah jarang kita temukan, ya, Pak.” Pak Ram mungkin tidak mendengar perkataan saya karena desir angin atau suara saya kalah pada bunyi knalpot sepeda motor. Saya meneruskan di dalam hati, “Dia yang bekerja jadi tukang tambal ban tidak semata sebagai sumber penghidupan, melainkan juga sebagai upaya menjadi manusia yang suka menolong.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Di gang menuju sekolah anak saya,ada juga tukang tambal ban yang luar biasa.Ia selalu memberi garansi kepada setiap pasien yang datang.
Katanya,"Kalau tambalan saya ini bocor lagi,bawalah kesini lagi.Gratis!"
Ini mungkin hanya trik marketing saja.Agar terlihat different-nya ketimbang tukang tambal ban lain.
Lha kalau bocornya lagi di Mojokerto,masa motor harus dituntun lagi ke Surabaya?!
@Edwin: iya, betul. caranya juga mungkin ada yagn demikian itu. Cuma yang bikin kasihan dari Pak Sander ini karena dia sering diutangi :-(
Posting Komentar