28 Desember 2011
Rapat
Setiap ada undangan rapat, saya merasa malas untuk menghadirinya. Mengapa? Setiap kali menghadiri undangan rapat, biasanya, dan hal ini berkali-kali saya alami, saya hanya mendengar orang mengeluh. Peserta rapat umumunya menyampaikan keluhan.
Nah, dari keluhan yang satu muncul keluhan yang lain. Keluhan salah seorang peserta rapat memancing gairah peserta yang lain untuk juga mengeluh. Misalnya begini, jika ada salah seorang peserta menyampaikan keluhan tentang kebiasan buruk orang yang suka membuang sampah bukan pada tempatnya, peserta yang lain cenderung menambah persoalan serupa, tentang kebiasaan buruk yang lain. Ia juga menyampaikan keluihan, bukan turut membantu menyelesaikan masalah yang sedang dibicarakan
Dalam rapat, saya berusaha untuk tidak menambah beban kerutan kening peserta rapat. Saya jarang berkomentar untuk hal-hal yang seperti itu. Karena itulah, saya berusaha hanya menyampaikan komentar yang menyengkan, sekurang-kuranganya dapat menetralkan kekalutan air muka para peserta, misalnya dengan ucapan: “Para peserta rapat, nanti kita akan makan siang dengan menu ikan bakar dan nasi rawon.”
Semoga itu menjadi menu untuk rapat mendatang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Betul, Gus. Rapat semestinya menjadi jalan keluar dari masalah tertentu, bukan mengumpulkan masalah-masalah baru.
Agar berhasil, silahkan tiru Pak Dahlan Iskan, bahwa barang siapa yang mempunyai gagasan yang bernas akan diganjar mobil Avanza.
Cikgu
Ah, sayang saya terlambat membalas komentar Anda. Saya ingin bercerita dan mendapatkan cerita menarik dari Pak Dahlan Iskan.
Posting Komentar