HARI RABU, 27 Nopember 2012, kami kedatangan 4 orang tamu dari Jakarta. Mereka adalah Ahmad Rizali (panggilannya Nanang, aneh, ya!), Liza (istri Pak Nanang), Tedi K. Wardhana dan juga istrinya, Sekar. Mereka datang ke Annuqayah sebagai tamu. Ini mungkin biasa saja. Yang tidak biasa adalah karena mereka datang dengan mengendarai sepeda.
Sore hari Rabu, saya menerima sebuah panggilan.
“Pak, ini dari Sekar, rombongan Pak Nanang.”
“Iya, posisi Anda di mana?”
“Di sekitar sekolah-sekolah, dekat masjid.”
“Ya, tunggu, saya segera ke situ.”
Saya heran, mengapa Pak Nanang bisa lupa lokasi Annuqayah padahal kedatangan dia ke Guluk-Guluk ini bukan kali pertama. Rupanya, setelah saya menjumpai rombongan, saya tahu kalau mereka masuk komplek pesantren dari utara, bukan dari arah timur sebagaimana biasanya. Langsung saya menyalami Pak Nanang. Saya perhatikan, pakaiannya basah. Tanpa pikir panjang, saya bertanya.
“Wah, selamat datang kembali, Pak Nanang. Kena hujan di mana?”
“Hujan? Tidak, kok. Cuaca cerah sepanjang perjalanan.”
“Itu kaos Anda kok basah?”
“Weleh, ini basah oleh keringat.”
Saya tersadar, mereka pasti capek karena mengayuh sepeda dari Ketapang (Sampang) sejak pagi setelah semalam bermalam di rumah Imam Junaedi. Mereka berangkat hari Selasa dari Bangkalan. Berdasarkan keter bagasi yang saya temukan, sepeda ini mereka bawa naik Garuda Indonesia dari Jakarta. ‘Perjalanan sepeda ontel yang cukup jauh’, batin saya.
Pak Nanang bersama rombongan akhirnya bernalam di rumah penginapan Pondok Pesantren Annuqayah. Esoknya, Kamis, 28 Nopember, Tedi K. Wardhana mengisi pelatihan fotografi. Pelatihan bertema “Pelatihan Fotografi dengan Kamera Ponsel” ini bertempat di komplek SMA 3 (Putri) Annuqayah. Adapun peserta terdiri dari siswa dan guru di lingkungan PP Annuqayah. Ada pula beberapa yang datang dari lembaga pendidkan sekitar (untuk membaca laporan tentang pelatihan fotografi, sialakan ikuti tautan ini).
Mendampingi Pak Tedi, hadir di acara itu Eko Prasetyo dari Jawa Pos. Dia memberikan materi bagian kepenulisan. Acara ini berlangsung seharian. Peserta sangat antusias, terutama pada sesi praktek. Muhammad Mushthafa selaku kepala SMA 3 Annuqayah, yang notabene juga dikenal sebagai penggerak “naik sepeda” di lingkungan kami, mengawal acara ini hingga selesai menjelang sore.
Rombongan meninggalakan Annuqayah pada hari Jumat, 30 Nopember 2012. Sebelum berangkat, saya kembali bertanya
“Ngayuh lagi ke Surabaya, Mas?”
“Ya, ndak lah, itu terlalu heroik,” balas Pak Nanang sambil tertawa.
Rombongan kembali ke Surabaya menggunakan angkutan umum. Kami mengantarkan mereka ke Prenduan. Semula mereka menunggu patas. Namun karena bis yang ditunggu tak kunjung lewat, juga karena adanya pertimbangan ingin merasakan penyeberangan Kamal-Perak dengan kapal ferry, akhirnya mereka pun memilih naik minibus saja, menuju Kamal. Sementara sepeda-sepeda mereka diangkut dengan mobil bak terbuka.
(KETERANGAN: 3 foto di atas oleh Sekar Dinihari; 2 foto lainnya oleh saya, M. Faizi)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
5 komentar:
Enak banget ya bisa jalan - jalan mengendarai sepeda.
Ceritanya sangat memotivasi pembacanya.
@Obat Herbal: ya, begitulah mereka itu.
@Agen: terima kasih sudah membaca
wah...wah...keren dan senang, yaa...
@Zyadah: iya, kami sangat senang dan mereka ternyata juga membuat catatan perjalanan dengan sepedanya. Pak Tedi bilang bahwa mereka akan kembali lagi.
Posting Komentar