“Guru, bagaimana jika kelak ada pesawat terbang komersil yang
kecepatannya sama dengan kecepatan cahaya, sehingga andai kita naik pesawat tersebut
pada pukul 13.00, maka kita akan tiba di tempat tujuan juga pada pukul 13.00 andai pun
kita melakukan perjalanan nonstop selama 9 jam, misalnya, dan bagaimana hukum
shalat kita di dalam rentang waktu perjalanan itu?
“Sebentar,” pangkas sang guru, “Apakah pesawat terbang itu sudah
ada saat ini?”
“Belum ada, Guru. Ini cuma andai saja…”
“Oh, iya, kalau begitu aku tidak perlu sesegera mungkin
mencarikan jawaban untuk pertanyaan kamu ini, karena banyak persoalan penting
yang kiranya lebih mendesak untuk dicarikan jawabannya, misalnya, mengapa kita lebih
minat mengembangkan teknologi kendaraan bermotor berbahan bakar fosil dan jelas
akan semakin menambah kemacetan lalu lintas kita yang sudah terkenal semrawut? Mengapa
kita tidak merekayasa dan menciptakan teknologi yang berpihak pada pertanian
dan kelautan saja mengingat hal itu merupakan kekayaan kita?”
Si murid tersenyum dan berharap tak ada pelajaran di kelas,
hari ini, sehingga dia dapat mempergunakan waktunya untuk berpikir panjang
mengenai jawaban untuk pertanyaan sang guru itu.
7 komentar:
Tak mudah memindah ide besar ke dalam cerita. Kita memerlukan kisah-kisah seperti untuk memantik kepekaan berpikir, merasa dan pada akhirnya bertindak.
Fiqh awwaliyat Qardhawi mengajari umat untuk membuat prioritas. Semoga.
ca'na epon den kaule mi' pade ban jajarbeen Madura, "mon bhede reng adzan, aqomat kaaada'"...ternyata dialog mencerahkan.
salam
Murid itu geleng-geleng dan merutuk dalam hati: "PalaM guru ini! Ditanyak bertanyak!" (Kembali ke judul)
PENDEK TAPI PANJANG.
Catatan pendek tapi membuat pembacanya berpikir panjang. Ker-pekkeran tak lemmareh.
Terima kasih telah mengajak saya bertafakkur, K. Faizi.
Salam.
:)
Hadirnya ide untuk membuat pesawat secepat cahaya, adalah andai-andai yang kurang baik. Kecepatannya bisa membuat kita akan sering kecelakaan, Lihat sudah banyak pesawat yang celaka sebelum landas di beberapa kota akhir-akhir ini.
ternyata, nenek moyang pengetahuan bukan hanya "kebetulan", tapi juga pukulan "pertanyaan berhembus tindih menindih"... :-)
Posting Komentar