Bukan lantaran bersedekah itu dianjurkan oleh Islam-lah yang
menjadi dasar tradisi ini, melainkan adanya beberapa hadits nabi (sebagaimana
termaktub dalam kitab-kitab hadits; antara lain Riyadus Shalihin) yang secara
khusus mengindikasikan ter-ater. Pernyataan ini hanyalah analisa saya semata dalam
memandang tradisi ini. Salah satunya adalah sebuah hadits Nabi tentang anjuran ter-ater
alias berkirim makanan (kuah) ke rumah-rumah tetangga (terdekat) jika di antara
kita sedang masak-masak.
Namun, ter-ater yang ini sungguh berbeda.
Tersebutlah Kiai Jauhari dari Jember. Secara nasab, beliau
adalah juju’ (buyut/ayah kakek) saya. Buktinya adalah karena kakek/nenek
saya memanggilnya ‘paman’. Dulu, semasa mendiang kakek-nenek saya masih ada,
beliau sering bertandang ke rumah, membawa gula, kopi, dan selalu ater-ater
benda yang tidak lazim, seperti perangkat pengeras suara misalnya, dll. Barang
bawaannya yang berjibun itu juga dibagikan kepada saudara-saudara yang lain. Beliau membawa sebuah Holden tua untuk mengangkutnya. Kadang,
beliau juga bersama rombongan pengiring dalam sebuah station wagon.
Nah, dalam empat tahun terakhir, ter-ater dari juju’ ini
mengalami perubahan. Ia tetap membawa kopi dan oleh-oleh yang lain. Namun, yang
‘lain-lain’ inilah yang sungguh tidak lazim. Ter-ater-nya berupa mobil. Tahun
pertama, ter-ater itu adalah sebuah Mitsubishi L300 bensin untuk Kiai Ahmad Basyir.
Tahun kedua, ter-ater-nya adalah Toyota Hiace untuk Kiai A. Warits. Berikutnya di
tahun ketiga, beliau kembali membawa L300 bensin untuk keluarga Kiai Ishom.
Yang terakhir adalah tahun ini, 2013, ter-ater Suzuki Carry untuk keluarga Kiai
Abdul Basith AS.
Kira-kira setahun yang lalu, saya sempat bertemu dengan putranya,
Tantowi, lalu menanyakan perihal ter-ater yang unik ini. Dia malah menjawab
dengan pertanyaan begini sambil tertawa: “Apakah ter-ater berikutnya mau digulirkan
ke Sabajarin (tempat saya)?”. Ditanya begitu, saya menjawab begini: “Ha, ha,
terima kasih, Mbah! Kebetulan saya juga sudah mendapatkan ter-ater serupa dari seseorang.
Sementara ini kami belum butuh. Barangkali ada saudara kita yang lain dan
membutuhkannya.”
Orang yang unik harus dilayani secara unik. Maka, si Mbah
yang masih muda ini pun menghadiahi saya biji-biji kopi yang konon berasal dari
perkebunannya. Tak ada mobil, kopi pun jadi. Itulah pepatahnya.
2 komentar:
KARENA yang setiap hari berbunga tiada henti di depan rumah saya adalah turi, dan tak satu pun tetangga saya mempunyai pohonnya, maka semua orang di gang tempat tinggal saya ini semua telah merasakan ter-ater ala saya; satu tas kresek kembang turi.
Ya, Mas Edi. Kembang turi akan menarik juga di antara kembang kembang plastik tentu, haha
Posting Komentar