Ada beberapa tugas/pekerjaan yang harus diselesaikan manusia selagi dia hidup di dunia. Sebagian besar pekerjaan itu—bahkan secara bersamaan—dapat dikerjakan sejak (atau ketika) muda, seperti belajar, mengaji, mencari ilmu, banyak membaca, dll. Jika itu tidak dilakukannya sejak muda, dan karena ia merupakan tugas yang harus dilaksanakan sebelum mati, maka banyak dijumpa orang yang justru sibuk di masa tuanya. Mereka yang sibuk itu terkadang bukan melakukan sesuatu yang baru, melainkan hanya mengganti tugas-tugas tertunda yang sejatinya bisa dibereskan di masa mudanya.
Kian hari, tugas kian banyak, pekerjaan terus bertambah, sedangkan bilangan waktu tetap 24 jam sehari-semalam, tidak berubah. Pada praktiknya, masa tua itu, masa yang diandaikan sebagai masa tenang dan rehat kala kita masih remaja, ternyata juga merupakan masa penuh aktivitas. Jadi, tak ada waktu yang benar-benar santai dalam hidup ini kecuali hanya di saat kita ngopi di warung, itupun kalau tidak sibuk sambil main gadget.
Menghadapi situasi seperti ini, maka tugas-ganda (multitasking) harus diterapkan. Pepatah lama; “sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui”, sebetulnya sudah mengacu pada prinsip ini. Contoh: ada seorang ibu sambil lalu melipat pakaian, ia juga nonton televisi dan login Facebook dalam waktu yang bersamaan. Atau bisa juga seperti menyiapkan buku bagi Anda yang punya jaringan internet lemot sehingga berkesempatan membaca paragraf demi paragrafnya di saat menunggu laman yang dibuka tak kunjung nongol.
Kian hari, tugas kian banyak, pekerjaan terus bertambah, sedangkan bilangan waktu tetap 24 jam sehari-semalam, tidak berubah. Pada praktiknya, masa tua itu, masa yang diandaikan sebagai masa tenang dan rehat kala kita masih remaja, ternyata juga merupakan masa penuh aktivitas. Jadi, tak ada waktu yang benar-benar santai dalam hidup ini kecuali hanya di saat kita ngopi di warung, itupun kalau tidak sibuk sambil main gadget.
Menghadapi situasi seperti ini, maka tugas-ganda (multitasking) harus diterapkan. Pepatah lama; “sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui”, sebetulnya sudah mengacu pada prinsip ini. Contoh: ada seorang ibu sambil lalu melipat pakaian, ia juga nonton televisi dan login Facebook dalam waktu yang bersamaan. Atau bisa juga seperti menyiapkan buku bagi Anda yang punya jaringan internet lemot sehingga berkesempatan membaca paragraf demi paragrafnya di saat menunggu laman yang dibuka tak kunjung nongol.
Orang yang mampu melakukan banyak hal dalam satu kali
kesempatan bukanlah orang sakti. Dia hanya orang biasa yang beruntung karena mampu
‘mengelola’ waktunya. Andaipun ia diberondong dengan pertanyaan-pertanyaan
sejenis ‘sudahkah Anda’ yang mencakup hal-hal seputar ibadah, ilmiah, amaliyah,
seperti ‘sudahkah Anda membaca (Alquran, shalawat, buku) hari ini?’, ‘sudahkah
Anda ngopi hari ini?’, atau ‘sudahkah Anda mandi/sikatan hari ini?’, dengan
mudah dia akan “Yes to All” lalu “Enter”.
Jika Facebook dianggap tidak berguna, tinggalkan. Jika nge-blog
tidak berguna, tinggalkan. Jika SMS dan telepon juga tidak berguna, tinggalkan.
Akan tetapi, Anda harus dapat mengimbangi alasan buang-buang
waktu itu dengan pekerjaan yang nyata bermanfaat. Maka, tentu menjadi rugi jika
dengan ‘meninggalkan banyak hal’ itu waktu kita ternyata juga tidak lebih
efektif untuk berinteraksi dengan Tuhan, dengan manusia, pun dengan alam dan
tidak mampu “Yes to All” untuk beberapa pekerjaan harian. Eh, hampir lupa. Ada satu hal lagi: perlu diingat,
bahwa ‘aktivitas berganda dalam sekali waktu’ ini tidak dapat diterapkan untuk semua
urusan, misalnya ngemil sambil SMS-an sambil nonton video sambil mengemudi,
begitu pula tidak elok diterapkan seperti ngomong sama teman tapi pandangan
mata terus melolot ke layar ponsel di tangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar