Setelah seseorang meninggal dunia, maka akan tersisa namanya, amalnya, hal-hal yang mendalam yang paling berkesan darinya yang tetap eksis di dalam ingatan seseorang atau komunitas. Itulah sejatinya warisan terbesar yang ditinggalkan oleh seseorang ketika dia sudah berpulang. Ini berlaku bagi siapa pun, termasuk bagi KH Muhammad Ali Syakir.
Bagi sebagian anggota kelompok pengajian Al-Mahabbah Shonar Pornama, yang terkenang dari Kiai Syakir tentu aktivitas beliau dalam bermasyarakat, terutama dalam mengajak orang bershalawat. Beliau telah merintis majlis ini dari kecil hingga sekarang menjadi sangat besar. Jamaahnya ribuan. Acaranya selalu meriah. Banyak kisah teladan yang dapat dipetik dari kegiatannya. Sebab itu, pada saat beliau dikabarkan wafat pada tangga 1 Syawal 1446 lalu (Senin, 31 Maret 2025), masyarakat datang berduyun-duyun menghadiri penguburannya, menjadi saksi kebaikan seorang tokoh yang sangat muda (usia kepala empat) tapi telah membuat dampak kebaikan yang sangat besar di dalam masyarakat.
Saya pun juga begitu, punya kesan yang amat baik dan mendalam terhadap kiprahnya, tapi dalam hal lain. Saya ingat sekitar 12 tahun yang lalu beliau menggandeng masyarakat setempat untuk memperbaiki jalan residental yang ada desanya yang rusak parah tanpa tersentuh perbaikan selama bertahun-tahun. Beliau membuat amal di tepi jalan yang umumnya dilakukan masyarakat untuk pembangunan masjid, tapi ini untuk memperbaiki jalan. Hal itu juga ia lakukan lagi di tahun yang lalu, 2024, sehingga saat beliau wafat, jalan rusak di depan komplek madrasahnya sudah bagus.
Membut cegatan amal di jalan umum memang berpotensi menjadi terlarang jika ia mengganggu orang yang melintas karena mereka punya hak untuk itu. Tapi bagaimana jika cegatan itu untuk kebaikan mereka? Yaitu untuk memperbaiki jalan yang mereka lewati? Dari cerita yang saya dapatkan, hasil sumbangan dana yang diperoleh di situ jauh lebih cepat terkumpul dengan mereka yang membuat hal serupa untuk pembangunan masjid. Ini akan ‘pekerjaan rumah’ baru bagi kita semua tentang banyak hal: tentang pemerintah yang justru disokong oleh rakyatnya, tentang kemandirian yang nyaris terlalu mandiri sehingga yang bertanggung jawab malah bermanja, dan tentang banyak pelajaran kebaikan lain yang dapat kita renungkan.
Saya sudah sampaikan kepada salah satu saudaranya (Lora Abror) pada saat takziyah bahwa yang paling terkesan dari beliau adalah itikad baiknya untuk fasilitas umum, mempermudah orang melintas, dan semua itu ada hadis dan dalilnya. Saya bersaksi bahwa yang dia lakukan itu insya Allah akan menjadi salah satu jalan pintas yang akan memudahkannya menuju Surga, yaitu memudahkan orang untuk melintas sebagai tergambar dalam hadis Nabi
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال
«لقد رأيت رجلا يَتَقَلَّبُ في الجنة في شجرة قطعها من ظهر الطريق كانت تؤذي المسلمين»
Saya menulis ini sebagai kesan baik dan persaksian baik sepulang menghadiri acara hari-7 wafatnya, barusan.