07 Juli 2025

Screenshot dan Kengawuran

Blog ini bernama “Kormeddal”. Saya ngeblog sejak tahun 2005, namun nama ini dipilih kemudian. Kata orang Madura tempatan, di Sumenep setahu saya, kata ‘kormeddal’ ini maknanya sama dengan waton dalam bahasa Jawa, yaitu  asal, tanpa pikir panjang, asal bunyi, karena arti kormeddal sendiri adalah asal memancal kaki ke atas pedal yang secara simpelnya dapat dipahami sebagai “asal berangkat, tanpa banyak pertimbangan”. Orang terkini menyebutnya “asal ngegas”. Penyebutan istilah ini mungkin karena sekarang memang lebih banyak sepeda motor daripada sepeda kayuh.

Tujuan akun blog ini, pada mulanya, adalah untuk menuliskan celoteh yang muncul secara mendadak di pikiran, yang mungkin tidak perlu pendalaman dalam permenungan. Wajarlah jika yang direncakan terbit dalam blog ini adalah renungan atas kehidupan sehari-hari. Biasanya, saya menulis tidak lama setelah menjumpai peristiwa atau suatu renungan secara impulsif.

Bertahun-tahun lalu, saya tidak pernah terpikir akan menghadapai era digital seperti sekarang, saat orang lebih menyukai miniblog seperti Facebook, atau media sosial yang lain seperti X atau IG. Di media sosial yang disebut, sekarang, kesembronoan orang dalam menulis saya kira sudah melampaui batas, setidaknya melampaui imajinasi saya ketima membuat blog ini, dulu. Nyaris setiap hari saya menjumpai komentar-komentar yang benar-benar instan, asal bunyi, tidak ada rasa malu pada kedangkalan pengetahuan yang dimiliki, bahkan tidak lagi mempedulikan pada kapasitas orang yang dikomentari dan pada saat yang sama juga tidak mempertimbangkan kapasitas dirinya dalam melihat persoalan. Rasanya, menjadi wajar jika disebut bahwa di zaman ini kepakaran sudah mulai mati perlahan-lahan, disuntik mati oleh akun-akun media sosial.

Kasus hukum terkini adalah hukum sound horeg, tata suara yang suaranya sangat keras (yang desibel-nya mungkin sudah di atas angka toleransi telinga normal manusia). Pernyataan pertama yang dilempar ke publik adalah fatwa haram dari hasil bahsul masail di PP Besuk Pasuruan, dan disampaikan oleh Kiai Muchib Aman. Di foto ini (dan ini hanya sebagian saja), ada dua nama yang berkomettar pedas terhadap hasil bahsul masail itu. Bayangkan, banyaknya referensi yang digunakan untuk merujuk hukum, waktu yang dipakai, serta diskusi panjang untuk membuat keputusan, ternyata hanya cukup ditolak dengan 10 kata saja, itupun dengan caci maki.

Kita ini harus sedih melihat kenyataan seperti ini. Mengapa makin banyak orang yang begitu mudah ngomong sesuatu tanpa kapasitas. Ini malapetaka.
Tidak setuju, ya, tidak setuju, tidak suka, ya, tidak suka, sebagaimana judi difatwakan haram namun tetap banyak yang melakukannya, tapi kan bukan dengan asbun atau kormeddal seperti itu caranya?

Produk hukum dari bahsul masail adalah karya ilmiah, hasil diskusi, renungan dan perdebatan panjang untuk menghasilkan formula hukum. Bahsul masail umumnya adalah untuk menjawab persoalan terkini dengan pandangan yang relevan. Maka, untuk menghargai prosesnya, kita harus menghargai diri kita juga dengan meletakkan posisi kita sesuai kapasitasnya. Janganlah kita mati terus dan hanya meninggalkan screenshot orang-orang atas kecerobohan kita, sementara gambar itu terus beredar, sedangkan kita sudah puluhan tahun dikuburkan.

Blog ini bernama “Kormeddal”. Saya ngeblog sejak tahun 2005, namun nama ini dipilih kemudian. Kata orang Madura tempatan, di Sumenep setahu saya, kata ‘kormeddal’ ini maknanya sama dengan waton dalam bahasa Jawa, yaitu  asal, tanpa pikir panjang, asal bunyi, karena arti kormeddal sendiri adalah asal memancal kaki ke atas pedal yang secara simpelnya dapat dipahami sebagai “asal berangkat, tanpa banyak pertimbangan”. Orang terkini menyebutnya “asal ngegas”. Penyebutan istilah ini mungkin karena sekarang memang lebih banyak sepeda motor daripada sepeda kayuh.

Tujuan akun blog ini, pada mulanya, adalah untuk menuliskan celoteh yang muncul secara mendadak di pikiran, yang mungkin tidak perlu pendalaman dalam permenungan. Wajarlah jika yang direncakan terbit dalam blog ini adalah renungan atas kehidupan sehari-hari. Biasanya, saya menulis tidak lama setelah menjumpai peristiwa atau suatu renungan secara impulsif.

Bertahun-tahun lalu, saya tidak pernah terpikir akan menghadapai era digital seperti sekarang, saat orang lebih menyukai miniblog seperti Facebook, atau media sosial yang lain seperti X atau IG. Di media sosial yang disebut, sekarang, kesembronoan orang dalam menulis saya kira sudah melampaui batas, setidaknya melampaui imajinasi saya ketima membuat blog ini, dulu. Nyaris setiap hari saya menjumpai komentar-komentar yang benar-benar instan, asal bunyi, tidak ada rasa malu pada kedangkalan pengetahuan yang dimiliki, bahkan tidak lagi mempedulikan pada kapasitas orang yang dikomentari dan pada saat yang sama juga tidak mempertimbangkan kapasitas dirinya dalam melihat persoalan. Rasanya, menjadi wajar jika disebut bahwa di zaman ini kepakaran sudah mulai mati perlahan-lahan, disuntik mati oleh akun-akun media sosial.

Kasus hukum terkini adalah hukum sound horeg, tata suara yang suaranya sangat keras (yang desibel-nya mungkin sudah di atas angka toleransi telinga normal manusia). Pernyataan pertama yang dilempar ke publik adalah fatwa haram dari hasil bahsul masail di PP Besuk Pasuruan, dan disampaikan oleh Kiai Muchib Aman. Di foto ini (dan ini hanya sebagian saja), ada dua nama yang berkomettar pedas terhadap hasil bahsul masail itu. Bayangkan, banyaknya referensi yang digunakan untuk merujuk hukum, waktu yang dipakai, serta diskusi panjang untuk membuat keputusan, ternyata hanya cukup ditolak dengan 10 kata saja, itupun dengan caci maki.

Kita ini harus sedih melihat kenyataan seperti ini. Mengapa makin banyak orang yang begitu mudah ngomong sesuatu tanpa kapasitas. Ini malapetaka.
Tidak setuju, ya, tidak setuju, tidak suka, ya, tidak suka, sebagaimana judi difatwakan haram namun tetap banyak yang melakukannya, tapi kan bukan dengan asbun atau kormeddal seperti itu caranya?

Produk hukum dari bahsul masail adalah karya ilmiah, hasil diskusi, renungan dan perdebatan panjang untuk menghasilkan formula hukum. Bahsul masail umumnya adalah untuk menjawab persoalan terkini dengan pandangan yang relevan. Maka, untuk menghargai prosesnya, kita harus menghargai diri kita juga dengan meletakkan posisi kita sesuai kapasitasnya. Janganlah kita mati terus dan hanya meninggalkan screenshot orang-orang atas kecerobohan kita, sementara gambar itu terus beredar, sedangkan kita sudah puluhan tahun dikuburkan.




 

Tidak ada komentar:

Entri Populer

Shohibu-kormeddaL

Foto saya

Saya adalah, antara lain: 6310i, R520m, Colt T-120, Bismania, Fairouz, Wadi As Shofi, Van Halen, Puisi, Hard Rock dll

Pengikut

Label

666 (1) Abdul basith Abdus Shamad (1) adi putro (1) adsl (1) Agra Mas (1) air horn (1) akronim (1) Al-Husari (2) alih media (1) Alquran (1) amplop (1) Andes (1) Android (1) anekdot (3) aula asy-syarqawi (1) Bacrit (2) bahasa (5) bahsul masail (1) baju baru (1) baju lebaran (1) Bambang Hertadi Mas (1) Bangkalan (1) bani (1) banter (1) Basa Madura (1) basabasi (1) batuk (1) bau badan (1) bau ketiak (1) becak. setiakawan (1) belanja ke toko tetangga (1) benci (1) bhasa Madura (1) bis (3) bismania (2) BlackBerry (1) Blega (1) blogger (2) bodong (1) bohong (2) bolos (1) bonceng (1) bromhidrosis (1) Buang Air Besar (BAB) (1) buat mp3 (1) budaya (1) buku (2) buruk sangka (2) catatan ramadan (4) celoteh jalanan (1) ceramah (1) chatting (1) chemistry (1) cht (1) Cicada (1) Colt T 120 (1) corona virus (1) Covid 19 (1) cukai (1) curhat (5) defensive driving behavior development (1) dering (1) desibel (2) diary (1) durasi waktu (1) durno (1) ecrane (1) etiket (17) fashion (2) feri (1) fikih jalan raya (1) fikih lalu lintas (1) fiksi (2) filem (1) flu (1) gandol (1) gaya (1) ghasab (1) google (1) guru (2) guyon (1) hadrah (1) handphone (1) Hella (1) hemar air (1) Hiromi Sinya (1) horeg (1) humor (2) IAA (1) ibadah (2) identitas (1) ikhlas (1) indihome (1) inferior (1) jalan raya milik bersama (1) jamu (1) jembatan madura (1) jembatan suramadu (2) jenis pekerjaan (3) jiplak (2) jual beli suara (1) Jujur (3) Jujur Madura (1) jurnalisme (1) jurnalistik (3) KAI (1) kansabuh (1) Karamaian (1) karcis (1) Karina (1) Karma (1) Kartun (1) kasokan (1) kebiasaan (5) kecelakaan (2) kehilangan (1) kenangan di pondok (1) Kendaraan (2) kereta api (1) keselamatan (1) khusyuk (1) kisah nyata (7) Kitahara (1) kites (1) klakson (1) klakson telolet (1) kode pos (2) kopdar (2) kopi (1) kormeddal (19) korupsi (2) KPK (1) kuliner (2) L2 Super (2) lainnya (2) laka lantas (1) lakalantas (1) lampu penerangan jalan (1) lampu sein (1) layang-layang (1) lingkungan hidup (3) main-main (1) makan (1) makanan (1) malam (1) mandor (1) Marco (1) masjid (1) Mazda (1) MC (1) menanam pohon (1) mengeluh (1) menulis (1) mikropon (1) mimesis (1) mirip Syahrini (1) mitos (1) modifikasi (1) money politic (1) Murattal (1) musik (1) nahas (1) napsu (1) narasumber (1) narsis (1) Natuna (1) ngaji (1) niat (1) Nokia (1) nostalgia (2) Orang Madura (1) Paimo (1) pandemi (1) pangapora (1) paragraf induktif (1) parfum (1) partelon (1) pasar (1) pekerjaan idaman (1) pemilu (1) peminta-minta (1) penata acara (1) pendidikan (1) pendidikan sebelum menikah (1) penerbit basabasi (1) pengecut (1) penonton (1) penyair (1) penyerobotan (1) Pepatri (1) perceraian (2) Perempuan Berkalung Sorban (1) perja (1) perjodohan (1) pernikahan (1) persahabatan (1) persiapan pernikahan (1) pertemanan (1) pidato (1) plagiasi (2) plastik (1) PLN (1) pola makan (1) poligami (1) polisi (1) politik (1) polusi (1) polusi suara (2) Pondok Pesantren Sidogiri (1) ponsel (2) popok (1) popok ramah lingkungan (1) popok sekali pakai (1) PP Nurul Jadid (1) preparation (1) profesional (1) PT Pos Indonesia (1) puasa (5) publikasi (1) puisi (2) pungli (1) Qiraah (1) rasa memiliki (1) rekaan (1) rempah (1) ringtone (1) rock (1) rokok (1) rokok durno (1) rumah sakit (1) Sakala (1) salah itung (2) salah kode (3) sanad (1) sandal (1) santri (1) sarwah (1) sastra (1) screenshot (1) sekolah pranikah (1) senter (1) sepeda (3) sertifikasi guru (1) sertifikasi guru. warung kopi (1) shalat (1) shalat dhuha (1) silaturahmi (1) silaturrahmi (1) siyamang (1) SMS (1) sogok bodoh (1) sopir (1) soto (1) sound system (1) stereotip (1) stigma (1) stopwatch (1) sugesti (1) sulit dapat jodoh (1) Sumber Kencono (1) Sumenep (1) suramadu (1) syaikhona Kholil (2) syawalan (1) takhbib (1) taksa (1) tamu (2) Tartil (1) TDL (1) teater (1) teknologi (2) telkomnet@instan (1) tengka (1) tepat waktu (1) teror (3) tertib lalu lintas (28) The Number of The Beast (1) tirakat (1) tiru-meniru (1) TOA (2) tolelot (1) Tom and Jerry (2) tradisi (1) tradisi Madura (4) transportasi (1) ustad (1) wabah (1) workshop (1) Yahoo (1) Yamaha L2 Super (1)

Arsip Blog