Di acara tahlilan Pak Fulan…
Seorang tokoh datang terlambat, yakni ketika tahlilan sudah dimulai. Kedatangannya mencuri perhatian. Yang telat, pasti mencuri perhatian.
“Oh, panjenengan, ya?” kata Sahrul yang menyambut tamu.
“Maaf, saya terlambat,” balas Su’din, orang yang baru datang itu.
“Oh, ndak apa-apa. Baru dimulai kok. Mari, silakan…”
…dan tahlilan pun berjalan sebagaimana biasa! Seusai acara, orang-orang bubar. Tetapi, sebagian yang lain tidak segera pulang karena rupanaya, Su’din tidak segera pulang. Yang lain sungkan. Su’din memulai pembicaraan bernuansa kampanye:
“Hmm. Maaf, telat. Soalnya tadi malam saya melayani tamu sampai larut malam. Kawan-kawan politisi mengundang saya untuk nyaleg. Sebetulnya saya tidak mau mencalonkan diri, tetapi mereka ngotot dan meminta serta memaksa saya untuk menjadi caleg dari PEG yakni “Partai-Eceran dan Grosir”. Saya bilang, pokoknya saya tidak mau mencalonkan diri. Saya akan merasa berat jika mendapat tugas mewakili suara rakyat. Kalau Kalian mau, ya, segala sesuatunya tolong Kalian yang persipakan. Pokonyna saya tidak mau ribet ngurus ini-itunya.”
Su’din menarik napas. Ia menebar senyuman kepada seluruh hadirin yang ada di majelis tahlilan itu. Setelah menyeruput kopinya, ia melanjutkan, “Ya, saya bilang ke mereka tentang suara hati saya itu. Dan mereka akhirnya sepakat. Mereka siap mengurus segala urusan administrasinya.” Su’din tersenym lagi, “Alhmdulillah. ternyata saya masih paraddu (laku) sama kawan-kawan dan masyarakat untuk menjadi caleg yang semoga nanti dapat mewakili suara-suara rakyat di gedung dewan.”
Su’din masih bercerita panjang lebar tentang masalah-masalah masyarakat yang sudah pernah ditanganainya. Pada intinya, dengan ceritanya itu, dia merasa memang cekatan dan mampu menjadi pengayom dan menjadi penyambung lidah masyarakat dengan pemerintah.
Tapi, tiba-tiba Sahrul menyeletuk, “Kalau begitu, saya tidak mendukung Panjenennan!”
Su’din terheran-heran.
Sahrul: “Lha, bagaimana mau mendukung orang yang gak niat? Tadi sampeyan bilang sebetulnya saya tidak mau mencalonkan diri, tetapi dicalonkan… Ini
Tag: “tidak mencalonkan diri, tetapi mau kalau dicalonkan” adalah pernyataan yang mirip dengan “mengapa pohon-pohon kelapa itu ditebang? Ya, karena kalau dicabut gak ada yang kuwat, Bro!”
4 komentar:
saya memang mencalonkan diri, maka dukung saya di nomor urut 6............
Waduhhhhh. Iya begitulah para calon klo udah ada maunya, pasti banyak cara untuk mencari dukungan. Oya, Soal foto saya,itu memang aslinya sejak dulu kok. Siapa yang tidak tahu klo saya lumayan paraddu?hehe. Dari itu,bisa bantu carikan calon pendamping hidup?hohoho.
Eatornah longghu ka partelon...
ongghu ecoblossa mon badha e kartu pemilih, haahaaaa haaaa
Posting Komentar