Suatu pagi, tetangga saya, dengan membawa main keponakannya, bertandang ke rumah. Siang harinya, dia menelepon, menyampaikan berita kalau si keponakan menangis karena sandalnya ketinggalan. Dia bilang, “Nanti ashar saya ambil, ya!”
Saya jawab, “Silakan, tetapi saya tidak di rumah. Biar saya letakkan sandal itu di depan pintu dan kamu tinggal mengambilnya..”
Agar tidak tertukar, saya sandingkan sandal-si-keponakan-kawan itu bersama sandal kemaharajaan-ku karena khawatir akan tertukar lagi dengan sandal anakku.
Kesimpulan: cara singkat membuat definisi (untuk memperkenalkan sesuatu kepada orang lain) sebetulnya cukup dengan mengenali/memperkenalkan ciri-cirinya, atau sesuatu yang dekat dengannya. Dakwah, demikian atau iklan, saya kira cukuplah dengan memberi ciri, biarlah orang lain membuat pengertian sendiri berdasarkan persepsinya.Ciri-ciri mobil, misalyna, antara lain: beroda empat , berbahan bakar, berkemudi, berkabin, dll.
Nah, mengapa kita sulit memahami puisi? Ya, karena puisi menyimpan definisi dan ciri yang tidak terduga, dan karena yang majazi cenderung dibaca dengan hakiki, yang metaforis selalu diterima secara literal; sekurang-kurangnya, seperti sandal itu.
Karena itu, yooook berhenti berburuk sangka atau shu’out dhown (gak baik bagi otak dan bisa mematikan komputer!) Siapa tahu yang ada di hadapan Anda itu puisi pada saat Anda membacanya dengan pandangan hakiki.
(nyambung gak nyambung yang penting menjadi satu, itulah
15 komentar:
bentuk sandalnya lucu deh... kalo gitu ga bakalan tertukar donk
Bhuh, ma' pas ngetter bin gideren Kaule, Ra? Ongghuwen nika... Cakang "aghelicek" sampyan...
Mughe manfaat dan barokah...
Sungguh mengerikan!!!
...tamsil yang membukakan.
aku suka ini...
Ya dengan ini, benarlah perkataan saya dulu: sebuah brigitston (tolong merk ban ini dibaca sekali lagi dengan pelaaan pelan sekali dan renyah. ayo...)
hehehhehhe, hebuat nih mas artikelnya...
"melongo"
Bhuh, ma' pas ngetter bin gideren Kaule, Ra? Ongghuwen nika... Cakang "aghelicek" sampyan.
oiya maksudnya bro partelon apa ya mas, bahasa madura ya...aku nggak ngerti...bisa tolong di terjemahin nggak...?
@ Buwel:
Terjemah bebas dari *Bhuh, ma' pas ngetter bin gideren Kaule, Ra? Ongghuwen nika... Cakang "aghelicek" sampyan* Wah,saya kok jadi bergetar kena gelitikanmu.." Gitu mas...
kalau tidak tersungging pasti tersinggung membaca "puisi_sandal"nya M. Puisi, eh M. Faizi ini.
bukan puisi kalau tidak rancak, bukan faizi kalo tidak kocak.
mengenalnya aku sakit perut. hehe
harena sering ketawa sendiri. sukses.....
ku tunggu antologi-kocaknya kak.
oooh gitu yak, makasih yak mas.......
saya setuju dengan bro partelon meski getarannya mungkin kalah...heheheheheh
Buweeeel, mulai deh... :-P
hiks...saya jadi ingat jaman kuliah dulu...sepanjang hampir lima tahun saya make sandal ban made in "pasar laju" sumenep (entah terbuat dari 'brigitstun' atau 'ngeselin' seharga 1500 sampe terakhir naik jadi 3000 rupiah.
sandal itu saya pake bukan cuma di kos2an, tapi juga ke kampus (makanya, sepatu saya masih kinclong sampai saya di wis-sudahkan)
SEPAKAT...Mari Pahami PUISI...seperti makan nasi....
Hamiddin
Terima kasih semua....
puisi tetap ditulis
Posting Komentar