Karena Perempuan Berkalung Sorban sedang diributkan…
Novel karya Abidah yang berjudul Perempuan Berkalung Sorban (PBS) merupakan sebuah novel yang sebetulnya sudah saya lupakan kisahnya. Saya membaca novel ini sekitar tahun 2003-an lalu mengingat novel ini telah terbit pada tahun 2001. Dulu, di awal mula terbit, tidak ada ribut-ribut tentang novel ini.
Beberapa tahun kemudian, tahun 2009 ini, novel PBS diributkan banyak orang karena dianggap mendiskreditkan kelompok, atau golongan, atau kategori personal/sosial tertentu. Keributan ini terlambat datang, seiring dengan mendadak terkenal ketika telah difilemkan dengan judul yang sama (Duh, lagi-lagi saya juga belum nonton filemnya).
Meskipun saya belum nonton, tetapi saya yakin, bahwa novel yang difilemkan (ecrane : betul gitu, ya?) tentu mirip karya terjemahan.
* * *
Akhir-akhir ini adalah era-nya novel relegius (meskipun tahun ini tampaknya mulai meredup). Yang ada bau agama, yang sedikit ada bahasa Arab-arabnya, lagi laku-lakunya. Lihatlah Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, dan cinta-cinta yang lain. Entah ini sekadar tren atau selera masyarakat atas nuansa religius memang membaik, tak tahu lah saya. Yang jelas, dalam kamus bisnis, meraup keuntungan bis dengan cara ikut tren alias niru-niru. Meniru memang lebih mudah dengan keuntungan finansial juga tinggi, sementara tingkat kesulitannya rendah.
Peniruan ini biasanya dibentuk oleh citra yang pertama, mencakup gagasan, bentuk, citraan,
Kembali ke muka…
Jika di awal-awal munculnya PBS kurang mendapat perhatian, kini, setidaknya setelah difilemkan, atau memang karena juga kebetulan tahun ini merupakan tahun hokinya, menginspirasikan rekan saya, Dharmo Budi Encus, untuk meluncurkan produk “beda tapi tak sama” ini: sebuah saingan berat PBS:
Ladies and gentelmen…
Inilah RBF
Remaja Berkalung Flashdisk…
Tunggul tanggal mainnya di mana Anda suka
design gambar RBF by pangapora
4 komentar:
http://kalahujan.multiply.com/journal/item/29
hehheehhe...moga lebih sippp rbf nya...
Saporanah, Ra. Kaule gheliye' se akomentara e ka'dinto, keng manabi anyamah se biayash pas acorak tak saye ka ca-kancah se laen, polanah ampon kadung apamit nungngep, hehehe...
Wah, hanya satu hal yang saya rasa kurang dari RBF: dengan poster ber-model 'busana' seperti itu, kenapa bukan Revalina yang jadi modelnya ya? :-))
Menarik,
menggugah gerakan jarum detik,
utk selalu menuai hikmah terpetik...
Posting Komentar