Beberapa kali dalam perjalanan Sumenep-Pamekasan, berkali-kali saya nyaris nyenggol pengendara sepeda motor, gara-gara spion. Kebanyakan, kejadian ini disebabakan oleh pengendara sepeda motor yang pindah jalur secara mendadak tanpa melirik spion terlebih dulu. Namun, ada pula yang memang tanpa spion, atau juga pakai spion imitasi yang menggunakan kaca cermin.
Menyebalkan, memang.
Saya khawatir, jangan-jangan, kasus seperti ini disebabkan oleh ketidaktahuan pelalu lintas atas fungsi spion. Jangan-jangan (pula) mereka memang menganggap kaca spion itu buat berkaca dan macak sebelum berangkat kerja.
Saya usul, uji keterampilan untuk pengadaan SIM wajib ada soal: “Apa gunanya spion ini diciptakan?” Harus itu! Jika tidak, jangan salahkan jika kecelakaan lalu lintas akan terus bertambah hanya karena kurangnya pengetahuan pengendara terhadap fungsi-fungsi dan elemen kendaraan, dan bukan saja minimnya pengetahuan terhadap rambu-rambu lalu lintas. Bahkan, na’udzubillah jika sampai ada yang menganggapnya sebagai aksesoris murni belaka. Atau, jangan-jangan spion itu dianggap seperti puzzle-mainan: yang penting bentuk, tak peduli maknanya.
4 komentar:
selain spion, riting juga perlu ditanyakan ra ke pembuat SIM, biar bisa difungsikan dg baik. btw, aku mau ujian tulis SIM nih minggu depan hehe... ada soal kyk gitu gak ya...
kalau saya yang nguji, saya bikin soalnya seperti ini:
apa beda SIM dan simcard?
haaahaha, nglihat komentar di pertanyaannnya bikin ketawa....
hmmmmmmm, setuju ajah Pak...
a-chen: makasih dan senang sudah bisa bikin ketawa.. :-)
Posting Komentar