Saya sangat suka parfum ini, Silver Stone. Aromanya segar. Maaf, ini bukan iklan. Sekitar 15 bulan yang lalu, paman saya mengirim parfum ini dari Makkah, dua satu kotak sekaligus. Pafum bikinan Abdul Rahman Qurban Parfume Factory ini berisi satuan, per botol isi 8 ml. Kotak yang satunya berisi versi 3 ml-an. Meja saya seperti warung penjual minya wangi.
Tiga hari yang lalu, saat saya menyelenggarakan shalat tarawih, tiba-tiba sajadah saya menyemburkan aroma parfum. Namun, yang ini beda, bukan silver stone, karena saya memang tidak mengolesi sajadah itu. Yang ini, baunya sangat tajam, lebih tajam daripada wangi hajar aswad. Mungkin dari keluarga misik. Saya akui, saya terganggui dengan aroma tersebut. Siapakah yang mengolesi sajadah saya tadi? Apa maksudnya? Saya berbaik sangka, barangkali salah seorang anggota shalat tarawih ingin berbaik hati. Sayang, ia melakukan cara yang keliru.
Esoknya, sajadah itu dicuci dan saya menggunakan sajadah yang lain. Eh, ternyata, tadi malam, begitu saya bersujud untuk rakaat pertama shalat Isya’, astaga, wangi parfum menyengat itu muncul lagi. Rupanya, seseorang telah mengolesi parfum itu pada waktu antara Maghrib dan Isya’.
Konsentrasi langsung buyar. Apa boleh buat, selesai shalat Isya’ dan sebelum shalat tarawih, saya langsung melipat sajadah berparfum tersebut dan menggantinya dengan sajadah yang lain yang juga saya tinggal di mushalla. Saya tidak tahan, concentrated parfume itu telah mengalahkan konsentrasi saya yang lain. Saya berharap, semoga si pengoles parfum itu tidak mengolesi parfum kebanggaannya di sajadah saya, nanti malam.
7 komentar:
ah..hajar aswad, sengatan bahunya mengingatkan saya pada jamaah haji
ini lebih dari sekadar hajar aswad
ternyata, malam ini sajadah saya tanpa olesan minyak wangi itu.
Seperti lidah,hidung pun punya selera sendiri,rupanya.
Selidiki saja,adakah salah satu jamaah adalah penjual minyak wangi...
semuanya petani mas
kopi dapat menetralkan aroma parfum
@Air: iya, betul. bau amis pun kalah sama kopi.
Posting Komentar