Saya selalu merasa risih setiap menerima pertanyaan “kerja di mana?”. Tentu, hal ini disebabkan oleh, antara lain, karena saya sendiri adalah seorang “pengangguran”. Pengangguran? Ya, kalau pun saya bekerja sebagai penulis, sebagai penerjemah misalnya, sebagai guru ngaji umpamanya, semua jenis pekerjaan yang tekuni itu tidak dapat dicantumkan di dalam KTP. Mengapa? Ya, karena pekerjaan itu, oleh pandangan umum, dianggap “bukan jenis pekerjaan”. Buktinya, penghasilan dengan menjadi penulis an sich di negeri ini nyaris tidak dapat diandalkan untuk menjadi jawaban yang meyakinkan kepada calon mertua ketika kita hendak melamar anaknya.
Oleh karena itu, terus terang, saya tetap merasa risih ketika ada orang yang bertanya profesi dan jenis pekerjaan itu. Masa saya mau bilang wiraswasta? Rasanya itu kok hanya alasan yang dibuat-buat. Sungguh, saya selalu merasa risih untuk menjawab pertanyaan seperti itu sama risihnya dengan—andaikan—ada orang yang bertanya “Apa agama Anda?”. Umumnya, pertanyaan seperti ini memang cuma pertanyaan basa-basi yang terjadi karena pertemuan singkat di suatu tempat, di atas kendaraan umum misalnya. .
Begitulah, masih banyak orang yang selalu mengidentikkan pekerjaan itu dengan PNS, ngantor, dan jenis pekerjaan harin/rutin lainnya. Bagaimana nasib pekerjaan yang berada luar jenis seperti itu? Mari, kita datang bersama-sama ke kantor catatan sipil untuk menanyakan jawabannya.
10 komentar:
mendukung penyair sebagai kolom pekerjaan di KTP. Tapi, dengan syarat, yang bersangkutan mendapatkan sertifikat lebih dulu. :-)
hahahaha.. salut. Anda rupanya dapat membaca arah tulisan ini meskipun tidak disebutkan secara tersurat :-D
waduh, malu saya membacanya. Ketika diminta mengisi formulir di sebuah rumah sakit, mendadak istri saya berhenti menulis. Dan berkata: mas, ini soal pekerjaan diisi apa ya??
eh?? Iya ya?
Diisi apa ya enaknya dik??
Wiraswasta aje deh..
haha...
Terima kasih, "Wiraswasta". engkau telah menyelamatkan muka banyak orang di muka umum. hahaha...
Begitu, ya, Tamam...
haha..
saya kira ini lebih-kurang disebabkan oleh catatan KTP.
Entah apa yang sebenarnya terjadi di kelurahan, sehingga tercatat dalam profesi pekerjaan saya di KTP, subagai Tukang Kebun. Saya khawatir dokternya jadi shock.
Demikian kesalahpaham saya betulkan sebagaimana mestinya. Surabaya, 09 Mei 2012, terima kasih.
Tamam: seru sekali pengalaman Anda. hahahah.... saya aja takut membacanya. hahah. tapi saya terima saja andai saya yang mengalami itu, bahkan saya akan senang karena tukang kebun itu merupakan pekerjaan yang mulia, seperti kata Rabindranath Tagore
Catatan Sipil tak punya jawabanya juga, mau ditulis: Wiraswasta atau wartawan?
hahaha.. iya, ya.. terima kasih bung Koto, sudah membuat komentar yang lucu
Di KTP, pekerjaan saya tertera sebagai Wiraswasta. Padahal, secara nyata, saya hanyalah 'wira-wiri'.
Nah, itu, Mas. karena memang harus begitu caranya, hehe...
Posting Komentar