Jumat pagi, 24 Agustus lalu, saya naik kendaraan dari Pamekasan ke Guluk-Guluk. Sambil lalu, saya menghitung jumlah sepeda motor yang mendahului/didahului oleh saya. Jumlah totalnya adalah 42 sepeda motor. Jarak penghitungan dimulai dari Accemmanis (Pamekasan) hingga Guluk-Guluk (Sumenep). Adapun total jumlah jarak yang ditempuh adalah 30 kilometer. Waktu lama perjalanan berkisar 45 menit.
Apa yang ingin saya catat dari sepeda motor itu? Saya menghitung berdasarkan kaca spion. Dari jumlah total 42 sepeda motor, hanya ada 17 sepeda motor yang menggunakan 2 spion standar; ada 9 sepeda motor tidak memakai spion sama sekali, dan 16 tersisa hanya menggunakan “spion-spionan”, yaitu spion kecil/kaca datar yang jelas-jelas tidak dapat memantulkan onjek bergerak/kendaraan yang ada di belakangnnya karena terhalang oleh lengan atau tangan si pengendara.
Hampir dua tahun yang lalu, di suatu malam, saya juga melakukan penghitungan serupa. Bedanya, kali itu saya menghitung jumlah sepeda motor yang tidak menggunakan lampu belakang (lampu ekor). Hasilnya, dari 24 sepeda motor yang didahului, ada 9 sepeda motor yang mati lampu belakangnya. Angka ini sangat menakjubkan mengingat jalan itu adalah jalan raya, bukan jalan pedesaan yang mana arus lalu lintas sangat padat dan kendaraan yang melintas pun begitu ramai.
Setiap kali menempuh rute ini, ada satu atau dua momen kaget. Momen kaget ini hampir pasti saya alami setiap lewat di jalur tersebut, baik berupa belok mendadak tanpa lampu sein, aksi melongok dengan mata kepala karena tidak ada spion standar, dan jenis kecerobohan yang lain. saya berharap agar operasi lalu lintas tidak hanya getol di siang hari, yang notabene hanya mengecek kelengkapan surat-surat kendaraan. Betul, mengecek kelengkapan surat-surat itu berhubungan dengan pajak. Namun juga mengecek kelengkapan lampu di malam hari, menurut saya, akan banyak membantu masyarakat menyelamatkan nyawa agar tidak hilang percuma di jalan raya.
Betul, soal mati kapan dan di mana itu urusan Tuhan. Namun sikap hati-hati adalah ikhtiar yang wajib dilakukan. Wajib hukumnya, bukan main-main.
2. Spion
5 komentar:
Saat mudik (dan balik) ke LA kemarin, sebenarnya saya hendak menghitung sandal anak kecil yang terjatuh (yang sebelah saja) di jalan raya. Benda itu, karena cuma sebelah, tentu tak ada harganya. Seperti juga kunci rumah yang terjatuh di jalan.
Artinya, menemukan pun tidak senang, tetapi bagi yang kehilangan sungguhlah menyedihkan.
Begitu ha-ha-ha-ha-nya ide, Anda, Mas Edwin. Saya tidak membayangkan yang Anda rencanakan itu. Sungguh, bakal seru kalau saja diwujudkan. Cuma, harus ada target yang tujuan yang jelas agar mudah nanti penulisan proposalnya, hehe....
benar banget tuh.. banyak yang gak ngecek kelengkapan motornya.
semoga saja semua sadar yah..
@Rental Mobil: iya. memang demikian kenyataannya
@Iklan Baris: semoga demikian
Posting Komentar