Di beberapa madrasah (pondok pesantren) di Madura khususnya,
bulan-bulan Sya’ban (Juni-Juli) seperti sekarang merupakan masa tutup tahun
pelajaran. Untuk ini, ada lembaga yang menggunakan istilah ‘haflah akhir sanah’
dan ada pula yang menggunakna istilah ‘halaltful imtihan’. Intinya, haflah atau
perayaan atau festival itu adalah bentuk ungkapan rasa syukur anak didik dan
awak pendidikan atas telah berakhirnya proses belajar-mengajar selama satu
tahuan di sebuah lembaga pendidikan.
Perayaan, namanya perayaan, biasanya selalu dipungkasi
dengan lomba-lomba selama beberapa hari sebelum hari-H. Di dekat lokasi,
biasanya juga ada bazar alias pasar dadakan. Pada malam puncaknya, malam
penganugerahan juara kelas dan siswa teladan, ‘hiburan’-nya .yang umum adalah
ceramah agama. Ya, di tempat saya, ceramah agama adalah sejenis ‘hiburan’ bagi
masyarakat, bukan konser dangdut atau yang lain.
Namun, hiburan sesungguhnya untuk rakyat biasanya
dilangsungkan pada sore hari-H, yaitu karnawal di jalanan. Karnaval ini berupa kirab
atau pawai. Biasanya, kelas per kelas menampilkan lakon, seperti happening
art, atau semacam drama berjalan. Di awal, atau di ujung kirab, biasanya ada kelompok drum band.
Di musim seperti sekarang ini, banyak orang males bepergian
di sore hari. Soalnya, kirab akan menghadang. Itulah hiburan masyarakat
setempat tetapi juga sekaligus mengganggu masyarakat yang lain, terutama mereka
yang berlalu lintas. Tidak semua memang, tapi rata-rata, kirab dan pawai macam
ini jelas memacetkan jalan. Yang lebih menyebalkan adalah apabila penanggap
tidak mau tahu-menahu bagaimana menguraikan kemacetan, seperti turut memikirkan
area parkir penonton, lokasi titik akhir dan pembongkaran karnaval, ruang untuk
papasan mobil, dan seterusnya.
Apakah karnaval jalanan seperti ini telah mengantongi izin
keramaian dari kepolisian? Dalam beberapa kali kesempatan terjebak macet, sama
sekali saya tidak melihat adanya pihak kepolisian yang tampak untuk membantu
menguraikan kemacetan. Saya maklum karena jumlah aparat yang terbatas
sementara jumlah karnaval bisa saja berlangsaung secara bersamaan dalam hari
dan jam yang sama. Tapi, mengapa tak satu pun yang datang? Kemacetan seperti ini
mungkin tidak dianggap masalah serius bagi masyarakat sekitar yang sudah mengetahui
jadwal dan situasi jalan jauh hari sebelumnya. Namun, bayangkan jika yang
mengalaminya adalah ambulan atau sejenisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar