“Demikianlah acara demi acara yang…” terdengar penata acara menyampaikan kalimat-kalimat terakhirnya demi menutup seluruh rangkaian acara. Biasanya, kalimat seperti itu disampaikannya setelah “acara penutup/doa”. Dalam pada itu, sering saya perhatikan undangan. Ada sebagian dari mereka yang beranjak dari tempat duduk dan meninggalkan ruangan bahkan sebelum penata cara itu merampungkan ucapannya.
Anda pernah melihat kejadian seperti ini? Saya seringkali menyaksikan urusan remeh-temeh ini. Ketika kita mempercayakan seseorang untuk memandu, mengatur dan menyusun acara sejak dari awal, maka dengan begitu kita harus setia untuk mematuhinya. Apa yang dilakukan mereka yang saya contohkan di atas adalah tipe yang tidak sepakat untuk jenis kapatuhan ini.
Maka, apabila Anda temukan orang (undangan) yang bangkit dari tempat duduk dan meninggalkan tempatnya hanya beberapa detik sebelum acara berakhir, sebelum penata acara selesai bicara, cobalah sesekali diperhatikan. Sekali-dua, mungkin ia melakukannya karena kebelet pipis, karena tergesa-gesa. Namun, jika hal seperti itu juga dia lakukan dalam kesempatan-kesempatan yang lain, berkali-kali, pasti dia adalah tipe orang yang suka bicara tetapi enggan mendengar. Insya Allah, akan banyak capek-nya kalau berurusan dengan orang seperti itu.
Apa susahnya, sih, bertahan duduk 30-60 detik saja sampai penata acara mengucapkan salam tanda acara benar-benar selesai?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Pelajaran akhlak semestinya menyerap dalam prilaku keseharian, apakah berupa etiket, kesopanan atau adat.
Mungkin, perlu ada evaluasi pembelajaran etika terapan.
terima kasih atas tanggapan Anda. saya senang karena komentar Anda sangat menyenangkan juga :)
Posting Komentar